empat

16 2 1
                                    

Aku terduduk kaget di atas ranjang, terbangun oleh dering alarm yang nyaring menusuk telinga. Kurasakan kepalaku berdenyut seakan nyaris pecah, tenggorokan kering—meronta kehausan butuh air. Untuk beberapa saat aku hanya duduk di sana, memutar ulang rekaman apa yang terjadi semalam sebelum tertidur dengan pakaian lengkap.

"Ya Tuhan! Aku sudah gila rupanya!" Aku menjerit, mengacak rambut tak karuan ketika teringat ocehan tak masuk akal ku semalam. Tak cukup dengan berbicara omong kosong, aku malah menambah masalah dengan terisak setelahnya di hadapan Park Jimin yang masihlah orang asing bagiku. Setelah beberapa saat merenung, otakku menyerah mengingat apa yang terjadi selanjutnya.

Pagi itu aku bertekad untuk tidak akan pernah membiarkan diriku yang mabuk pulang diantar orang asing. Memang terlalu buru-buru kalau membuka diri dalam semalam. bagiku mengulangi kesalahan itu kembali tak jauh beda bahayanya dengan pulang sendirian malam-malam.

Kuturunkan kakiku dari atas ranjang, menginjak lantai yang dingin untuk meraih handphone di atas nakas.

Jeon Jungkook

kook •
Read 7:04 AM

Aku tak mengira juniorku itu akan segera membaca pesanku dalam beberapa detik. Jungkook tidak terlihat seperti tipe orang yang terbiasa bangun sepagi ini di akhir pekan. Mungkin begadang? Sadar kalau itu bukan urusanku, kusingkirkan rasa penasaranku jauh-jauh.

Jeon Jungkook

• Iya?

aku titip salam untuk park jimin •
sampaikan kalau aku bilang terimakasih  sekaligus minta maaf karena merepotkan •

• Kenapa enggak chat jimin-hyung langsung?

aku kan enggak punya kontaknya •
tolong yaa? •

• Apa sih yang enggak buat noona :)

Aku memutar bola mata usai membacanya.

Jeon Jungkook

thanks 💕 •
whoops salah emoji— •
sorry •
Read 7:05 AM

Usai merasa ringan, aku berjalan keluar dari kamar tidurku dengan terseok; seolah medan gravitasi menarikku ke dalam kamar kembali. Begitu sampai di dapur kubuka pintu lemari es tanpa menemukan apapun yang bisa dimakan untuk sarapan pagi ini. Aku memang sempat meninggalkan apartemenku beberapa hari terakhir untuk pulang ke rumah orangtuaku, lupa sama sekali dengan nasib lemari esku yang kosong tanpa makanan cadangan. Seumur hidup perutku terlatih agar selalu sarapan. Bisa dibilang mustahil bagiku melewatkan ritual pagi itu kalau belum terjadi akhir dunia atau semacamnya.

"Aku malas sekali keluar..." Aku menggerutu ketika membayangkan berapa banyak energi yang harus dikerahkan untuk berjalan keluar dari apartemen, berdiri di lift sampai lantai dasar, lalu berjalan lagi sampai tiba di depan kafe terdekat.

Tiba-tiba handphone yang kuletakkan di atas meja dapur menyala, menunjukkan notifikasi baru.

Unknown Number

   Kalau mau bilang terimakasih langsung
chat orang yang bersangkutan
• dong
• Permintaan maafmu enggak kuterima nih
• Ini Park Jimin ㅋㅋㅋ

Figur pria bersurai pirang dengan suara lembutnya terbesit di benakku. Sontak, kupotret layar pesan itu dan mengirimkannya pada Jungkook.

Jeon Jungkook

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

cinematic record  | pjmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang