LABIL
. . .
18 : 24
Gadis berambut ikal itu menghela napas berat. Berkaki-kali ia melirik jam dinding. Bosan sekali malam minggunya. Ia menyandarkan tubuhnya di sofa kecil, menatap benda kotak bercahaya. "dih, gaada film yang bagusan apa ?" ia mengeluh, sedari tadi ia hanya mengubah saluran televisi.
Berharap siapapun datang bak pangeran. Menjemputnya agar hadir dipesta dansa. Menjadi putri hingga waktu habis.
Suatu hal menyadarkannya. Hatinya berbunga-bunga. Ia mengitip dari jendela. Sebuah mobil berhenti tepat di depan rumahnya. Seorang wanita keluar dari mobil itu, ia buru-buru mematikan televisi dan berniat membukakan pintu.
Namun, aksinya gagal. Tepat sebelum ia berhasil menginjak anak tangga kedua, seseorang telah masuk ke dalam rumahnya. Bahkan dengan emosi yang meledak.
"mami ngak gabis pikir lagi sama kamu. Kamu baru dua bulan di sekolah baru, udah berani bikin ulah aja!" tanya wanita itu sambil melayangkan amplop putih berstempel sekolah ke meja ruang tamu. Ia memijat pangkal hidungnya setelah duduk di kursi sebelah meja.
Gadis itu memejamkan matanya. Menarik napas panjang, lalu mengusap jidatnya. Ia baru ingat. Tadi pagi ia memergoki kakak kelas yang sedang merokok di taman belakang sekolah. Eh, dia malah kepergok guru dan dikira ikut merokok juga.
"mih, jangan marah. Cepet tua loh," Balas gadis itu sedikit gemetar. Ia berjongkok di anak tangga pertama, melihat ibunya dari lantai atas. "haduh, ini anak. Bikin puyeng saja," Omel wanita itu.
"ampun, mih. Itu salah paham aja." Gadis itu gelagapan. "ampun ?" tanya ibu itu sambil mendangak melihat anaknya.
Satu cara yang ampuh terpikirkan untuk meluluhkan hati ibunya. Dengan terburu - buru, gadis itu mengambil jaket yang tergantung dibalik pintu kamar. Berlari kecil menuruni anak tangga dan menyalimi tangan ibunya.
"udah, intinya mamih mau dibeliin apa sekarang ?" tanya si gadis dengan cengiran khasnya. Kerutan di dahi wanita itu tampak semakin jelas. "yaudah, martabak telor spesyal aja. Yang make telor 3,"
"siapp bos !!" Gadis itu segera mengambil sepasang flatshoes di rak dan menutup pintu dari luar. Setengah berlari, gadis itu menuju gerbang komplek. Ia mengenakan jaket putih yang tadi disampirkan di bahunya.
Jalanan begitu gelap. Membuatnya berlari lebih kencang sampai perempatan jalan. Lampu penerang memancarkan cahaya yang redup. Membuatnya sedikit takut sehingga menengok keadaan sekitar terus-menerus.
Tiba-tiba gadis itu memekik kaget. Ia mundur beberapa langkah. nyaris menabrak motor ninja yang sebenarnya tidak berjalan.
"Eh, lo liat-liat dong! Gak jelas amat teriak tiba-tiba!" Kata pemuda berhelm metalik sambil berdiri dari motornya.
"Ma-maaf ya, tadi gue buru-buru," balas gadis itu pelan.
"Gak usah ngagetin orang juga kali, bahaya buat jantung," suara pemuda itu tidak jelas.
Gadis itu menyernyit. Apa dia lagi ngomong ? Ia mengulurkan tangannya untuk membuka kaca helm fullface cowok di depannya.
"Lagi ngomong, mas?" Tanya gadis itu sambil memiringkan kepalanya. Menatap cowok serba hitam itu dengan alis yang menyatu.
"Ck, jadi lo gak denger dari tadi gue ngomong apa ?" Cowok itu meninggikan suaranya sambil menatap tajam gadis didepannya.
Perasaan gua ngomong baik-baik dah. Gadis itu mendongakkan kepalanya. Matanya memicing. Emosinya sedikit terpancing.
Gadis itu menunjuk dada cowok didepannya. "Heh, yang ada gue yang nyalahin lo," gadis itu menjeda kalimat selanjutnya. Ia mengetuh helm cowok didepannya dengan jari telunjuk. "Lo tuh mikir dong, pake otak. Helm lo ke tutup. Mana gue dengar ?"
"tadi tuh, gue udah minta maap. Lo nya aja yang gak dengar," Lanjutnya.
Cowok berjaket hitam itu tidak menjawab. Ia malah menatap dalam mata gadis didepannya yang masih menyipit. "Apa lo, liat-liat ?" Ancam gadis itu dengan matanya yang melebar.
Cowok itu diam. Ia bahkan memajukan tubuhnya lebih dekat. Hingga helm yang ia gunakan menyentuh puncak kepala gadis itu. Gadis itu sedikit mendongak. Menatap wajah pemuda berhelm yang tidak begitu jelas karena gelap.
Sangking dekatnya, gadis itu sampai menghirup aroma segar jeruk lemon yang berasal dari pemuda di depannya. gadis itu buru-buru mendorong cowok di depannya menjauh.
"Apa-apaan si, gak jelas banget hidup, lo ! Tadi ngamuk pake helm, sekarang ngedeket. udah gila ya ? Jauh-jauh lo dari gue," Omel gadis itu panjang lebar.
Cowok itu mendengus pelan. "Oke, lo menang udah bikin gue merasa kalah. Gue minta maaf." Ia mengulurkan tangannya didepan gadis itu. Gadis itu menyugar setengah rambut panjangnya. Lalu membuang muka ke kanan. "Minta maaf aja gak niat. Kayak gak pernah kalah aja, sombong banget," gadis itu menyilangkan tangannya di dada.
Pemuda itu menurunkan resleting jaket hitam yang dikenakannya. Lalu menengok ke arah pandang gadis itu. "Oh, ya." Pemuda itu teringat sesuatu. "Bukannya tadi lo buru-buru?"
Gadis itu langsung berhenti bernapas. "eh? Jam berapa sekarang !" Ia menarik cepat lengan jaket yang kepanjangan. Melirik benda bulat pipih yang melekat di pergelangan kanannya, ia menyipit. Memfokuskan matanya melihat ketelitian jarum.
19 : 43 ? kelamaan debat gue ama cowok nyeselin ini.
Wajah gadis itu berubah muram. "Hanjir, gue telat." Gumamnya pelan. Gadis itu langsung merangkul lengan kiri cowok di depannya. "Anterin gue, plis." Ia mendongak sedikit.
"Gak nerima tumpangan. Apalagi sama cewek kayak lo, gabakal." Cowok itu menunduk. Mereka jadi saling tatap. "Tolongin lah," si gadis menggoyang-goyangkan lengan cowok itu. "Mending lo lari, deh. Biar cepet sampe. Hush," Mendengarnya, gadis itu mengerucutkan bibirnya.
"Lebih cepet, kalo lo anter." Ia mengeluarkan jurus andalannya, merengek. "Gak." Gak mempan brou.
Cewek itu melepas lengan cowok didepannya dan langsung berlari meninggalkan pemuda jangkung itu. Selang beberapa detik, gadis itu memutar. Berlari kembali ke pemuda yang sudah berbalik arah menatapnya. perasaan tadi dia ngebelakangin gue, dah.
Ia kembali bergelantungan di lengan cowok jangkung itu. "Ngapain balik ?" cowok itu keheranan. "Ayo anterin," pintanya manja. Cowok itu menggeleng. "Lagian lo bilang gue sombong," Balas cowok itu. "Gak sombong kok, tapi anterin gue yah, yayayaa ?"
"Kalo gue udah bilang, enggak. Yaudah, berarti ya enggak." Kata cowok itu cuek. Cewek itu mengurucutkan bibirnya sambil mengucek mata kanannya. Bocah.
"Aneh banget sih, dibaikin salah, dijahatin, juga salah. Cowok serba salah." Ungkapnya. "Ga ada numpang-numpang, apa lagi nganter lo." Kata cowok itu. Ia menurunkan kaca helm agar tertutup kembali.
Cewek itu mencubit lengan yang ia pegang. Lalu melepasnya. "Ish, nyebelin banget sih. Dasar cowok sombong !" Gadis itu sempat menghentakkan kakinya di aspal. Lalu berlari kearah yang tadi ia tuju. Cowok itu menatap kepergian gadis itu. Ia kembali menaiki motor hitam nya.
Cewek aneh. Wkwk bocah gila kali.
Dia tertawa kecil dibalik helm fullface hitamnya. Tanpa sadar, ia mengamati gadis itu hingga hilang dari pandangannya.
. . .
Thanks udah bacaaaa, love y'all.
Wkwk, akhirnya jadi juga nih, part 1 nyaa.
gaiss, tungguin kelanjutannya yaa
Jangan lupa vote + comment !!

KAMU SEDANG MEMBACA
Layang-layang (on going)
General FictionSaling melupakan. Lalu, Saling terikat kembali. Apa kau akan sanggup, bila harus kembali mengenal dan tersakiti oleh orang yang sama dilain waktu ?