SPP
. . .
Setelah mendapatkan makanan favorit ibunya, gadis itu pulang dengan berjalan santai. Ia berhenti sebentar untuk menggulung rambutnya dengan jepit badai. Juga mengikat kedua lengan jaketnya dipinggul. Setelahnya, ia membuka ponsel. Tangan kirinya menggenggam erat plastik berisi 2 kotak martabak.
Saat dia ingin berbelok, samar-samar ia mendengar suara ribut remaja yang sepertinya berkumpul di dekat perempatan. Gadis itu pura-pura terlalu fokus dengan handphonenya. Membiarkan orang yang melihatnya bersahutan.
Ia menyadari, bahwa seseorang sedang mengikutinya dengan motor. Gadis itu berhenti tanpa menengok, ia mengantongi smartphonenya. Lalu lari mendadak seperti sedang dikejar hantu. Sebelah flatshoesnya sampai terlepas.
Dengan panik, ia mengambil sepatunya dan lanjut berlari dengan sebelah kaki tanpa alas. Pengemudi motor besar itu tertawa keras dibalik helmnya. Seperti ada rasa senang yang timbul saat mengerjai gadis itu.
Dia menyamakan laju motornya disebelah gadis itu dan membuka helmnya untuk bicara. Ih, ngapain gue lari dodol. itu cowok yang tadi, pake nyamperin gue segala.
"mau gue anter ?" tawar si cowok jangkung itu. "gak." tolaknya tanpa menengok. "tadi minta di anter," kata pengemudi motor tersebut. "gak jelas," Gadis itu memelankan larinya. Jadilah ia berjalan santai.
"Gue bisa anter lo pulang." Kata cowok itu. "Ya iyalah bisa," Balasnya. Ia sambil mengenakan kembali flatshoes yang tadi terlepas.
"Lagian nih, ya. Lo tuh labil banget coba. Tadi nolak abis-abisan, sekarang ngejar-ngejar buat tumpangan. Gimana sih ?" "Eh, beneran nih." si helm hitam memberhentikan motornya.
Gimana nih. Jadi males jalan, orang masih jauh. lumayan juga irit tenaga. wkwk.
Gadis itu memamerkan deretan giginya. Menerima ajakan cowok itu.
. . .
Gadis itu turun tepat di depan rumah bercat putih dengan garasi berpola sisik duyung. "oh, lo tinggal disini." "iya, pulang sana !" gadis berkaos putuh itu langsung membuka pintu rumahnya. "mih, martabak nih." "bawain ke atas dong," "iyaa,"
"kamu dianterin siapa ?" Tanya ibunya dari lantai atas. "ojek," "masa, sih ? yaudah suruh makan dulu ojeknya," "ih mamih mah,"
. . .
Gadis itu menengok keluar rumahnya. Rupanya pemuda serba hitam itu masih berada di depan rumah aura. "woi, masuk." ajaknya. Ia menyiapkan secangkir teh hangat dengan martabak yang tadi dibelinya sebelum keduanya duduk di ruang tamu.
"cepet abisin, terus pulang." pemilik jaket hitam itu langsung melahap hidangannya.
"lo juga abisin, lah! abis itu kita pergi." Ucapnya setelah makanan dalam mulutnya habis.
"maksud gue tuh, lo habisin, minum, dan lo, pergi sendiri."
"kalo gitu gue gamau pergi. maunya nginep." balasnya santai.
"plis lah, plis. yaudah, ayo berangkat !" dengan terpaksa, gadis itu merapihkan bekas hidangan dan meminta ijin ibunya.
Ia mengganti flatshoesnya dengan sendal jepit toska bermotif sisik ikan. "Mermaid mulu," "Lah, suka-suka gue!" balas si gadis sambil menaiki motor.
"pegangan," "modus lu, dasar ojek !" Seru gadis itu sambil memukul punggung cowok didepannya.
"Pegangan aja sih. safety," "ogah peluk-peluk. dah lah, ga jalan gue turun nih !" "Bukan peluk-peluk, tapi pegangan." Cowok itu melajukan motornya.
Mereka berhenti di sebuah tongkrongan dekat perempatan. banyak motor berjajar.
ngapain gue diajak kesini ?
"mermaid, tunggu bentar," kata cowok itu sebelum bergabung. ia melepas jaket touring kulitnya dan menggantinya dengan jaket abu-abu berkupluk.
"Oh ya, gue pergi bentar. Dare gue aja kalo telat," kata cowok itu kepada anak berkacamata.
"Serius, tuh ? Gue siapin dare paling cocok !" Balas cewek berambut sebahu yang menggunakan hoodie abu-abu gelap.
"Yaudah. Gue cabut," cowok itu meninggalkan helmnya di markas. Dan melajukan motornya sedikit kencang.
"WOI WOI !! LU BAWA ANAK ORANG, JAN NGEBUT DONGG !!"
"HAH ? APA ? MAU PEGANGAN ?"
. . .
Sekarang mereka duduk di pinggiran danau. Dengan minuman dingin yang dibeli sebelum mampir kemari. Gemerlap lampu hias membias pada genangan tenang danau itu.
Angin malam bertiup pelan. Membuat gadis berkaos putih itu memeluk dirinya kedinginan. Melihat itu, cowok disebelahnya segera melepas jaket yang ia kenakan. Memakaikannya ke pundak gadis itu.
"apaan sih,"
"pake aja." Cowok itu tersenyum tipis.Gadis itu membuang muka pelan. Menatap kedua sendalnya dengan debaran aneh.
Kenapa sih, kenapa ? senyum segala si labil..
"Gue laper," lapor singkat dari cowok itu. Ia meraih pergelangan gadis itu seusai mengenakan jaket miliknya.
"Dari tadi, kek. ngomongnya," balas cewek itu.
"Galak sih, jadi cewek. yuk, makan." Cowok itu menggenggam tangan cewek itu, lalu bangkit dan melangkah pergi.
...
"Makasih ya, traktirannya," ucap gadis itu setelah turun dari motor.
"Sama-sama,"
"Yaudah, thanks ya." gadis itu berbalik dan berjalan ke pintu rumahnya.
"Eh, ja-jaketnya !" gadis itu berbalik. "Pake aja. Kapan-kapan lo bisa balikin." Gadis itu mengangguk. Ia segera berbalik dan masuk ke rumah. Lalu mengintip keluar dari jendela.
"Oh ya ! Cari gue kalo butuh ojol !" Teriak cowok itu. Lalu menyalakan mesin motornya dan pergi. Gadis itu tersenyum malu.
"Udah pulang ? Makan dulu, tuh." Ucap wanita yang sedang duduk.
Eh, kaget yaampun..
"Eh, mamih. udah kenyang, habis masak ?""Tadi ada tamu yang bawa makan,"
"Ooh, yaudah. Aku naik ya mih ?" Kata gadis itu setelah menaruh sendal jepit. Ia menaiki anak tangga satu persatu.
"Eh, tadi itu amplop SPP dari sekolah. Jangan lupa bilangin ke papih besok." Ucap wanita yang masih duduk di kursi sebelah tangga.
"Hah, kirain surat peringatan. Mamih aja ngamuk gitu."
"bercanda, tuh. Lagian mami emang lagi pingin martabak,"
"Aish, mami nyebelin."
Gadis itu menjatuhkan dirinya ke atas kasur, ia menatap langit-langit kamarnya. Memikirkan kejadian hari ini membuatnya terkikik geli.
. . .
thanks udah baca :)
jan lupa vote + comment !!

KAMU SEDANG MEMBACA
Layang-layang (on going)
General FictionSaling melupakan. Lalu, Saling terikat kembali. Apa kau akan sanggup, bila harus kembali mengenal dan tersakiti oleh orang yang sama dilain waktu ?