Sun's POV
"Aku senang kamu tidak telat datang." Phat pacarku terlihat senang ketika aku tiba di apartemennya.
"Aku berusaha sebisaku." Jawabku datar.
Disela-sela kesibukanku sebagai public figure, Phat memintaku datang ke rumahnya. Entah apa yang dia inginkan.
Phat adalah pacarku yang ke delapan. Kurasa, atau ke sembilan? aku lupa pokoknya kesekian.
Dia tinggi, tingginya sekitar 184cm, putih, badannya tegap karena tempaan gym yang rutin dia lakukan. Dia seorang model. Dia masih kuliah semester empat di salah satu universitas ternama.
Phat pria yang baik, sabar menghadapi semua sifat burukku, Romantis tapi sedikit manja. Namun entah kenapa aku merasakan hal yang biasa saja terhadapnya.
"Kenapa wajahmu cemberut seperti itu?." tanya Phat seraya mencubit kedua pipiku yang terasa mulai berlemak.
Aku hanya terdiam malas menjawab. Sebenarnya aku malas untuk datang menemui orang satu ini, selain aku masih merasa lelah setelah seharian berkeliling dari mal ke mal menjadi seorang brand ambassador sebuah produk perawatan kulit.
Seharusnya ini waktunya aku istirahat. Tapi pria tampan ini mengganggu waktu istirahatku!.
"Jangan cemberut seperti itu. Aku tahu... mau dibentuk dengan ekspresi apa pun wajahmu tetap menggemaskan." Phat mencoba menggodaku.
Aku masih malas berbicara dengannya.
"Baiklah, aku minta maaf. Aku kesepian. Aku butuh pacarku disisiku." Lanjut Phat mengeluh. Wajah tampannya sedikit ditekuk.
Tidak biasanya dia bersikap semanja itu padaku.
Aku duduk di sebuah sofa dimana aku dan Phat sering bermesraan.
Phat juga mengikutiku duduk disebelahku. Tangannya menggenggam tanganku. Tubuhnya mulai merapat mendekati tubuhku. Bibirnya mendekat kemudian berbisik lembut ditelingaku.
"Aku ingin bersamamu malam ini."
Bisikannya ditelingaku selalu membuat sekujur tubuhku seperti tersengat aliran listrik, aku tidak bisa menahan semua ini. Aku hanya terdiam menunggu apa yang akan dilakukan selanjutnya oleh Phat.
Bibirnya mulai bergeser dari telinga kemudian menelusuri pipiku dan akhirnya tiba di depan wajahku. Bibir kami terpaut hanya 2 senti saja. Dapat kurasakan hembusan nafasnya menerpa wajahku. Aku yang tadi malas dengannya, kini... entahlah. Entah sihir apa yang dia gunakan, aku tidak bisa menolak semua ini.
Kini tatapan Phat terlihat tajam seperti seekor elang yang sedang mengincar magsanya. Bukannya takut dengan semua itu, aku justru merasa diriku dipenuhi gairah akibat tatapan tajam nan manisnya itu.
Sial!!! Tatapan macam apa itu?!!!
Aku bersumpah, aku belum pernah melihat tatapan mata seperti ini sebelumnya. Tajam, manis tapi penuh gairah. Tatapannya seperti candu yang memabukkan, membuat aku lupa akan rasa lelah yang tadi aku rasakan.
Tanpa sadar aku menempelkan bibirku di bibirnya. Aku pagut dengan lembut. Awalnya Phat hanya terdiam tidak membalas apa yang aku lakukan. Tanganku mulai bergerak menuju lehernya yang jenjang. Aku mulai meremas rambutnya yang hitam tertata rapi, namun sekejap saja rambut Phat sudah berantakan tidak beraturan lagi.
Tanganku kini sudah berada dibahunya. Aku mulai melenguh dan mendesah.
Bibir Phat perlahan mulai bergerak. Lidahnya mulai nakal dan bibirnya yang basah membuatku semakin gila. Bibirnya menyeruak memasuki rongga mulutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE
RomanceBerawal dari ketidaksengajaan, Sun bertemu dengan seorang calon dokter bernama Dark dalam sebuah pesta anak muda, hingga hal yang tidak terduga terjadi yang membawa keduanya pada percintaan yang kompleks, ditambah Sun tengah berpacaran dengan Path. ...