2. Heboh

29 4 0
                                    

“Mau merajuk sampai kapan?”

Russely menatap Seinna malas. Gunawan, Ayah Seinna menatap anak dan istrinya heran.

“Kenapa lagi toh dua wanita kesayangan Ayah ini.” Tanya Gunawan sembari menarik kursi utama dimeja makan. Kursi khusus untuknya selama hidup dirumah ini bersama keluarga kecilnya.

“Biasa Mas, Sienna tidak mau Anne liburan disini. Masih dendam soal Mocha.” Jawab Russely lalu memindahkan roti selai dari tangannya ke piring suaminya.

“Udah ya Yah, Bu. Seinna gak mau bahas ini lagi, ngerusak mood pagiku aja.”

“Kamu ini kekanakan banget sih Sei, udah lah kamu ini udah gede, tolong ngertiin sedikit kalau Ibu gak mau keluarga Anne mikir kita gak mau dititipin anak mereka.

Toh Anne itu baik, cantik, pintar, sopan, dan selalu menghargai orang tua. Gak kaya kamu”

prank

Seinna membanting pisau selai yang tadi dipakainya mengoles selai pada rotinya. Sudah cukup rasanya kali ini Russely kembali menginjak harga dirinya didepan Ayahnya.

“Aku berangkat.” Ucap Seinna dingin.

“Dek, jangan terlalu keras sama Seinna, dia cuma masih labil. Maklum dia sakit hati saat melihat hewan kesayangannya hampir mati, entah itu sengaja atau tidak, nyatanya tetap saja hampir membunuh Mocha. Dan Mas rasa kamu gak perlu selalu membandingkan Seinna dengan Anne, karena Seinna adalah anak yang luar biasa untuk keluarga kecil kita, dan aku tahu kamu begitu mencintai Seinna bukan?” Setelah Seinna yang pergi begitu saja tanpa sarapan, kini Gunawan ikut meninggalkan Russely yang masih tercengang karena ucapan telak suaminya.

***

“Ini Mbak buburnya.”

“Sepuluh ribu kan Pak? Makasih ya.”

Seinna memutuskan sarapan didepan kantornya, setelah mendengar Ibunya yang kembali menyulut api pertengkaran yang kini mulai membuatnya muak.

Membandingkannya dengan anak gadis lain. Cih, sudahlah, mungkin ia akan menua lebih cepat karena terlalu sering marah-marah.

Seinna melangkahkan kakinya melewati para karyawan lain dengan senyum kaku diwajahnya.

“Tumben pagi sekali. Mengalami pagi yang buruk eh?”

Dara, teman dekatnya dikantor mulai menganggunya lagi.

“Hm, begitulah. Masalah yang sama Dar.”

Kekehan Dara tak membuat Seinna mendengus atau sebagainya, malah Seinna melanjutkan sendokan bubur yang sempat terhenti.

***

“...”

“Maaf ya Mia, aku gak bermaksud gimana. Cuma sepertinya Anne gak bisa menginap dirumahku, karena ternyata Gunawan akan mengajak aku dan Seinna liburan juga.”

“...”

“Iya, maaf ya sekali lagi.”

Russely mengakhiri sambungan telepon tadi. Terpaksa ia berbohong. Karena tentu ia sangat mencintai Seinna.

****

“Rama, kapan kamu mau meneruskan perusahaan Papa? Papa pikir setelah kamu mencoba membangun usaha kamu yang kecil itu, kamu akan menyerah dan memilih meneruskan perusahaan Papa.”

Rama mendongak dan dengan malas menjawab pertanyaan Papa nya. “Nanti deh Pa, Rama pikirin lagi,

memangnya Papa sudah mau pensiun? Perasaan belum tua dan reot banget kok. Masih terlihat kuat dan perkasa.” Rama menunjukan otot kedua lengannya pada Papanya.

“Hus! mulutnya ya, sopan sedikit bisa?” kini Rama terkekeh pelan karena di tegur Ibunya.

Tomo mendelik pada anaknya. “Bocah kurang ajar, mulutnya minta dikasih bogeman mentah apa gimana.”

“Eits, ampun Pa, bercanda. Serius amat.” Rama memilih mengakhiri sarapannya. Mengingat Jessica adik perempuannya sudah berangkat sekolah bersama sopir Papanya. Maka pagi ini ia hanya perlu pergi ke Cafe miliknya tanpa bingung dan terburu-buru menghantar Ica pergi ke sekolah.

Tentu saja dengan terburu-buru, karena Rama selalu terlambat soal bangun pagi.

***

Seinna menatap Dave dengan sangat malas. Hingga ia bisa tertidur jika tidak ingat sekarang ia berada di taman kantornya.

“Udah Dave ngomongnya? Aku mau nerusin kerjaan yang belum selesai. Kerjaanku banyak.”

“Belum manis, kita baru ngobrol 5 menit, beri aku waktu 5 menit lagi atau terima permintaanku untuk makan siang bersamaku?” Dave kembali menyeringai licik.

“Sialan Dave, apakah kau benar-benar mendekatiku lagi? Mengingat dulu kau juga mengajakku makan siang saat kau mendekatiku.” Seinna memutar bola matanya.

Oh God! Kau sangat mengenalku. Karena aku sudah ketahuan, maka kau mau kan?”

Seinna menatap Dave tak percaya, wah pemuda ini percaya diri sekali. Sok kegantengan lagi.

“Pak!!! Sebelah sini! ada pria gila yang mengangguku.”

Shit! Kali ini kau menang Manis.” Dave mengangkat kedua tangannya saat satpam berbadan kekar mulai menatapnya tajam.

***

“Jadi Dave mendekati kamu lagi?”

Seinna dan Dara memutuskan makan siang di restoran dekat kantor mereka.

“Iya, aku tidak tahu maksudnya apa. Mana mungkin dia kehabisan stok wanita untuk dirayunya.” Seinna membolak-balik menu dengan teliti. Mencari makanan apa yang cocok dimakannya saat ini.

“Siapa tau dia memang benar-benar tertarik padamu kali ini?”

“Oh tidak untuk kedua kali bersama pria gila yang menggoda setiap wanita yang dijumpainya. Paling tidak aku masih waras untuk menolak dimadu.”

Lalu kedua gadis itu tertawa.

***

Maaf singkat, vomment ya.

RELATIONSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang