3. Apes

30 5 0
                                    

Sialan untuk Seinna pagi ini. Ia terpaksa terburu-buru pergi ke kantornya sebelum Ibunya mengajaknya adu tinju. Oh! Setidaknya mereka belum saling membunuh.

Sialan dua kali untuk Seinna, karena bubur langganannya sedang libur berjualan hari ini.

Tanggal tua bro, Seinna gak bisa buang-buang duit hanya untuk makan direstoran mewah, karena ia bukan lagi gadis yang menadahkan tangan pada orang tuanya.

Tak sengaja saat ia berhenti dilampu merah, matanya menangkap cafe sederhana yang tidak terlalu ramai.

“Rasanya teh dan kudapan tidak masalah.”

Tepat saat lampu berubah hijau, ia melajukan sepeda motor matic miliknya ke arah cafe itu.

Suasana tenang dan damai yang Seinna tangkap saat ia memasuki cafe ini.

Tidak terlalu ramai namun nyaman, mungkin Seinna harus menuliskan cafe ini sebagai tempat yang menarik untuk dikunjungi lagi dibuku catatannya.

“Selamat pagi Mbak, mau pesan apa?”

“Err, rekomendasi mungkin?” Seinna tersenyum kikuk.

“Tentu saja, disini ada dua jenis makanan yaitu tradisional dan modern, dan keduanya memiliki unggulan Mbak.

Untuk traditional food kami memiliki unggulan yaitu semanggi, namun rasanya dijamin berbeda dari semanggi biasa Mbak dan untuk modern foodnya yaitu cheese cake with chocolate lumer, jadi diatas cheese cake diberi coklat lumer.”

“Um, okay aku pesen semanggi dan es teh ya Mas, makasih.”

Setelah pelayan itu berbalik badan dan menyampaikan pesanannya, Seinna memilih mengambil handphone miliknya dari dalam tas dan mengecek apakah Dara sudah mengirim file yang ia minta. Namun nihil, tidak ada email yang masuk satu pun.

“Wah luar biasa sekali wanita ini. Bosan hidup apa gimana.” Seinna bergumam pelan. Karena file yang ia minta pada Dara belum juga masuk dalam kotak email miliknya.

Tak sengaja tatapan matanya bertubrukan dengan seorang laki-laki yang sedang berdiri didekat pintu masuk cafe ini.

Tapi tak lama pria itu yang lebih dulu memutuskan pandangan itu. Seinna menjadi kikuk sendiri rasanya.

“Dasar mata ganjen, kalau ada pria tampan aja langsung ngerti.” Seinna sedang menyindir dirinya sendiri.

Setelah pesanannya datang, ia langsung menyantapnya tanpa basa-basi.

Oh sialan tiga kali, ia hampir terlambat ke kantornya pagi ini. Dan akan menjadi sialan empat kali jika ia ditegur sang manager karena keterlambatannya.

***

“Mati deh aku, telat 15 menit. Bisa kena omel ini.” Seinna masuk kedalam kantornya dengan tergesa-gesa.

“Pagi nona Seinna. Terlambat lagi huh?”

Damn! Sepertinya Seinna benar-benar dikutuk oleh Ibunya.

“Eh Bu Mila, tadi kena macet di jalan Bu.”
kali ini Seinna meringis karena Mila menatapnya tajam. Mila ini adalah managernya, wanita berkepala empat yang sangat sensitif.

“Alasanmu basi. Terlambat ya tetap terlambat, tidak ada alasan lain. Kamu mau saya alasan saat tidak mentransfer gaji kamu? Karena jika iya, saya punya banyak alasan juga tentunya.”

“Jangan gitu dong Bu, saya minta maaf. Saya tidak akan mengulanginya lagi.” Seinna menunduk sambil memainkan kukunya.

“Permisi Bu Mila, anda dipanggil oleh Pak Tama.” demi dewa! Sepertinya dewi fortuna sedang dipihaknya, karena tiba-tiba Bu Mila pergi dengan tatapan tajamnya.

“Selamat.” Seinna menghembuskan nafas lega dan berlari kecil ke kubikelnya.

***

“Senyam senyum terus. Kesambet kamu?” Rama menyenggol pelan pundak karyawannya.

“Eh Pak Bos, engga saya cuma seneng aja, istri saya kemarin melahirkan dengan selamat, anak saya perempuan Pak.”

“Wow, congratulation! Sudah jadi ayah rupanya kamu Mus.”

Tomus tersenyum, “Makanya Pak Rama nyusul nikah dong. Masa mau lajang terus, gak baik Pak menunda pernikahan bila sudah mampu menikah.”

“Hidih, aku bukan menunda. Jodohnya yang belum ada.” Rama rasanya selalu bosan jika ditanya seperti ini.

Kapan nikah, kapan nikah. Emang kalau dia udah ada jodoh dia yang nunda-nunda. Aku mah juga mau nikah, tapi ya jodohnya itu belum ada.

Rama segera melarikan diri menjahui Tomus sebelum topik ini menjadi lebih panjang lagi.

“Eh astaghfirllah! Ica, ngapain kamu disini!” Rama yang baru saja memasuki ruangannya terlonjak kaget melihat adik perempuannya sedang berselonjor disofa sudut kantor kecilnya.

“Loh, Mas gimana sih. Kan Ica selalu disini kalau liburan, numpang wifi sama minta makan gratis. Lumayan.” Jessica tersenyum pepsodent tanpa mengahlikan pandangannya dari layar handphonenya.

“Heh gadis gak waras. Dirumah emang kenapa wifinya?”

“Ya gak papa sih, cuma dirumah kan gak ada macaron gratis.” Jessica tertawa genit.

Rama melongo, gadis satu ini benar-benar menyebalkan. Jika Jessica bukan adik kandungnya mungkin sudah ia tendang dari kantornya ke hutan amazon, biar dimakan binatang buas sekalian.

“Heh anak kecil, pulang sana. Kerjain pr kek, atau ngapain, jangan gangguin Mas kerja.” Rama berkacak pinggang sambil melangkah ke kursi kerjanya.

“Jangan panggil aku anak kecil paman.” Jessica meniru kartun yang sering ia tonton di tv.

“Lagian ya, aku sudah dewasa, sudah umur 14 tahun. Sudah bisa naik sepeda motor keliling komplek, sudah bisa ngomong jorok, sudah bisa nonton film yang bikin mendesah kaya yang sering Mas tonton tiap malam, jadi aku sudah dewasa kan Mas?”

Rama megap-megap karena kesulitan menjawab adik perempuannya.

“JESSICA! MAU MATI KAMU?!”

“Ampun Mas!!!” Jessica keluar dari ruangannya dengan lari terbirit-birit.

“Tahu dari mana setan kecil itu bahwa aku nonton blue film hampir setiap malam.”

Mungkin Rama tidak sadar jika desahan selalu didengar adiknya diam-diam mengingat kamar mereka yang bersebelahan.

***

Jika kalian berpikir aku memiliki keluarga yang tidak akur, kalian salah.

Sebenarnya memang bukan sekali dua kali aku beradu mulut dengan Ibu, tapi ya begitulah. Emak-emak dan pikiran anehnya.

Aku berusia 28 tahun, tapi beruntunglah aku. Tidak ada desakan menikah dari keluargaku. Kulit putih pucat, rambut hitam tebal, mata besar yang terkadang menjadi mata panda jika lembur bekerja.

Aku bekerja disebuah perusahaan properti. Penghasilan 3 juta perbulan, manager menyebalkan, teman kerja yang senang bergosip, tidak memiliki kekasih dan Dave pengganggu yang gila, rasanya hidupku sudah sedikit merepotkan kan?

Aku normal, menyukai pria tampan, bernyanyi saat mandi, berteriak jika oppa memperlihatkan abs-nya, tidur jika lelah, tidak mandi jika hari libur atau jika malas, suka membaca novel, menonton drama korea hingga tertawa seperti kuntilanak dan berteriak seperti orang gila bahkan menangis seperti kehilangan sesuatu yang berharga, menyukai makan namun tidak gemar olahraga, makan jika lapar, tidak ada yang spesial, aku sama seperti kebanyakan wanita di dunia ini.

Mengapa tidak memiliki kekasih? Aku ingin, namun tidak ada yang menginginkanku. Mengenaskan bukan?

Kata Ibu, aku terlalu judes. Kata Ayah aku memang belum dipertemukan jodohku.

Halah, bualan semata. Memang aku tidak menarikkan?

Namun aku percaya, bahwa jika Tuhan menciptakan kita berpasang-pasangan. Maka aku juga manusia, jadi aku pasti memilikinya, namun aku hanya belum menemukannya.

***

Jangan lupa vomment^^

Berikan aku dukungan ya! Terima kasih😊

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RELATIONSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang