Chapter 2

7 2 2
                                    

Setelah faira bercakap - cakap dengan bundanya ditelvon menggunakan telvon dokter akbar.  Faira lantas memberikan telvon tersebut kepada dokter  sembari mengucapkan terima kasih.

Setelah memberi tahu bunda tentang keadaan bima,  faira masuk keruangan bima.  Ia melihat tubuh anak kecil yang begitu ia sayangan terbaring lemah dirsnjang rumah sakit.  Perlahan faira menghampiri bima yang sedanh tidak sadarkan diri. 
Ia mendudukan tubuh nya dikursi dekat ranjang bima sembari memegang tangan mungil tersebut.

Perlahan air matanya menetes.  Mengingat sebuah kenangan yang amat menyakitkan baginya.

Anak ini mengingatkan faira sebuah kenangan yang tak mungkin faira lupakan.  Kenangan bahwa ia pernah melihat tubuh anak kecil tergeltak dilantai dengan simbahan darah di kepalanya. Yang membuat faira bahkan tidak bisa tidur nyenyak dalam malam nya.

Karena terlalu lama menangis,  ia tak sadar bahwa ia sudah ketiduran di sana selama satu jam.  Cepat - cepat faira bangun dan menuju kamar mandi untuk membersihkan nukanya agar tidak ada yang mengermtahui bahwa ja telah menangis. 
Ya.  Selama jnj ia selalu menyembunyikan lukanya.  Ia selalu berharap agar orang lain tidak menegtahui atau bahkan sampai mengalami luka yang sama dengan apa yang ia lakukan.

Tak lama kemudian bunda dan ayah tiba dirumah sakit  dan langsung memasuki ruangan yang ditujukan oleh perawat.

"Assalamu'alaikum " sapa bnda saat pertama kali membuka ruangan tersebut.
"Wa'alaikumusallam.  Bunda ayah.  Sudah sampai??  Tadi faira baru selesai membersihkan muka. " jawab faira.

"Bagaimana keadaan bima faira?  Bunda tadk sempat khawatir saat kamu menelepon.  Tapi bagaimana lagi jarak yang cukup jauh dan agak macet jadi lama deh sampainya. " jelas bunda pada faira.
" tak apa bun.  Oh iya.  Bunda dan ayah shdah disini.  Ehm faira izin keluar sebentar ya.  Nyari hdara segar.? "
" baiklah kami izinkan.  " sekarang ayahlah yang menjawab pertanyaan faira.
"Assalamu'alaikum "
"Wa'alaikumusallam " jawab bunda dan ayah.

Setelah berpamitan pada ayah dan bunda.  Faira bergegas ketaman bepakang rumah sakit.  Ya.  Disjni memang ada taman yang digunakan untuk hiburan bagi orang - orang yang sakit agar tidak pengab selaku berda diruangan. 

Perlahan mata faira mencari tempat duduk yang kosong.  Dan ia menemukan sebuah tempat duduk kosong yang berada di antara pohon pinus kecil yang menambah kesan asri tersendiri bagi tempat itu.

Ia mulai melaju dan menduduki bangku tersebut.  Dengan segala kekuatan yang masih tersisa ini.  Faira mencoba berdzikir.  Melafadz kan lafadz yang Maha Agung,  Agar hatinya menjadi tenang.

Tak sengana ia melihat seorang laki - laki mengenakan jas dokter putih dengan sentuhan celana hitam yang mebuat ia semakin menarik.  Tubuhnya yang tinggi dan terlihat gagah membuat kesan tambah untuk penampilannya.  Hingga faira tak sadar bahwa ia sedang memperhatikan dan mengagumi seseorang yang bukan muhrimnya.
" astagfirullah.  Apa - apaan sih aku inj.  Pasti otakku sedang konslet gara - gara tidur sambil duduk.  Haduh sadar faira.   Sadar dia bukan muhrimmu.  " rutuk faira pada dirinya sendiri sambil memukul secara halus kepalanya dan menjnduk. 
Karena tak sengaja ia terbawa arus setan yang membujuknya kedalam jurang kesesatan yakni zina mata dan fikiran.

Ketika faira sedang merutuki dirinya sendiri akibat ulahnya.  Tiba - tiba suara mengema ditelinga faira.
" kenapa ukhty" tanya seorang laki- laki yanh kini berada dihadapannya
" astagfirullah.  Akhg mengagetkankum".  Protes faira pada laki- laki tersebut.

" maaf.  Saya hanya heran apa yanh ukhty sedang lakukan.  Apakah uhkty kemukul kepala uhkty karena pusing atas sakit?  Biar saya periksa. " tawar seorang dokter laki - laki itu kepda faira. 
Dan laki - laki itu adalah pria sama yang tadi faira perhatikan.

" ah tidak.  Maaf saya tadi hanya sedang. - ng sedang..? " fikir faira untuk menutupi dirinya yang bodoh.  Masa ia dia akan mengatakan kalau dirijya sedang merutuki diri sendiri karena telah memperhatikan nya.  Kan gak banhet.

" akting.  Nah iya akting" alasan faira yang ngasal agar tidak ketahuan. 

" ehm baiklah uhkty.  Saya kira ada apa.  Kalau butuh bantuan silakan panggil saya. " sambil tersenyum kepada faira.

" dan oh iya.  Kita belum sempat berkenalan.  Nama saya akbar.  Saya seorang dokter dirumah sakit ini. "

" ah.  Iya nama saya faira.  Saya datang bersama anak kecil tadi. "

" oh iya. Namanya tadi kalau gak salah bima ya. baiklah sekian dulu ya.  Saya harus pergi.  Karena masih banyak pasien yang harus saya kunjungin.
Assalamu'alaikum "

"Wa'alaikumusallam "..

Kini hanya punggung tegapnya yang terlihat. 

Di sisi lain seulas senyuman terukir indah dibibir akbar.

Setelah kejadian tadi tiba - tiba.  Sepasang mata yang memperhatikan mereka dari tadi mulai mendekati faira. 

" hei " kata orang tadi

~~~~~~~~~~~~~~~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Puisi Hati FairaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang