1

40 2 0
                                    



Malam mulai datang. Paparan sinar matahari mulai meredup, lalu awan akan berwarna keunguan. Semua orang yang berada dikota ini ada yang buru-buru menyelesaikan pekerjaannya atau malah ada yang baru memulai pekerjaannya.

Jieun, gadis yang beberapa jam lalu berubah kepribadiannya itu hanya sibuk menatap langit didepan kaca jendela kamar flat kakaknya. Tatapan matanya kosong dan ditangannya terdapat gelas kecil yang berisi cairan bening yang memabukkan.

Seringai gadis itu muncul takala melihat ruangan ini kosong. Dengan jalan yang oleng ia berjalan menghampiri ranjang dan berniat duduk dibibir ranjang tersebut.

"aku-

Sangat-

Menyukai kesunyian ini" kekehnya terdengar jelas memenuhi ruangan ini.

"dan-

Aku sangat membenci kebisingan" lanjutnya.

Tangannya mulai bergerak membuka laci nakas yang berada disampingnya. Dengan gegebah ia mencari benda runcing yang ia simpan diam-diam dari Seokjin. Air wajahnya pucat ketika ia tak mendapati benda runcing itu, matanya menyorotkan kemarahan. Saking kesalnya ia mengepalkan tangannya dan kuku panjangnya berhasil menusuk telapak tangannya, saking kencangnya ia mengepal.

"Ji, Baekhyun sudah-"

Seokjin membuka pintu dan betapa terkejutnya ia ketika melihat kepalan tangan Jieun yang sudah dipenuhi darah segar. Lalu tak lama Baekhyun ikut menyimpulkan kepalanya kedalam ruangan itu dan matanya membulat sempurna.

"Ji-"

"diam, aku bukan Jieun"

Dengan tergagap Seokjin mencuri satu langkah kedepan "Maksudku, Hyun tanganmu-"

Jieun tak menjawab dan dengan perlahan Baekhyun mendekatinya. Lalu tanpa Jieun sadari tangan Baekhyun sudah mengusap  halus tangannya.

"apa ini sakit?"

Sorot mata Jieun berubah. Matanya berkaca-kaca dan air matanya mulai luruh.

"kubilang menjauh dariku! Aku benci kalian semua!" teriak Jieun.

"kau yang diam" kata Baekhyun datar, senyum tulus yang tadi menghiasi wajah tampannya hilang.

"Jin, boleh panggilkan Dokter Taeil sekarang? Kurasa lukanya harus cepat diobati"

Jin mengangguk menuruti perkataan Baekhyun. Ia mengambil langkah besar sambil menekan ponselnya menelfon orang yang dibilang tadi. Jieun masih diam, hanya isakannya yang mulai terdengar. Dengan lembut Baekhyun mengusap surai kecoklatan Jieun.

"kau jangan seperti ini" kata Baekhyun lembut.

"aku ingin mati"

"kau tidak boleh mati, karena Tuhan belum berkehendak Hyun"

"aku takut" isakan Jieun berganti menjadi sebuah tangisan kencang. Ia lalu menjatuhkan tubuhnya ke pelukan Baekhyun. Baekhyun membalas pelukannya sambil menenangkannya.

"kau hanya perlu sadar, Ji"


Ps: buat kalian yang bingung kenapa panggilannya berubah-ubah, nanti pasti ada part buat aku jelasinnya. Disni maksud panggilan Ji itu biar Jieun kembali kedirinya. Ini bukan berarti kalo dipanggil Hyuna itu lagi kerasukan yaa, wkwk. Dipart selanjutnya bakal aku jelasin ko:)

**

Seokjin terisak sambil terus menanyakan keadaan Jieun pada Taeil yang masih sibuk mengobati luka Jieun yang tengah tertidur.

"Taeil, gimana keadaan adikku, tangannya tidak harus diamputasikan?"

Lalu Jin mendapat satu jitakan dari Baekhyun yang sejak tadi hanya diam.
"lukanya belum separah itu bodoh! Lagipula memang kau mau?-"

"tidak, tidak" jawab panik Jin.

"aku harus mengetahui semuanya setelah Jieun sadar nanti, dia belum menyeritakan semuanya"

"bagaimana kalau besok?Jieun terlihat lelah" imbuh Taeil yang baru selesai mengobati tangan Jieun

Baekhyun nampak berfikir mendengar saran Taeil. Benar kata Taeil, Jieun butuh istirahat. Baekhyun mengangguk dan langsung meraih ponselnya dinakas.

"kalau begitu hubungi aku besok Jin jika Jieun sudah sadar ya?"

Jin tak menjawab tak masih menatap Jieun dengan tatapan khawatir.

"Kim Seokjin..."

"KIM.."

"SEOKJIN"

Baekhyun menghela nafasnya sedangkan Taeil terkekeh pelan.

"HEI KAKEK TUA, APA KAU TULI?"

Jin menoleh dan mengangguk dengan wajah datarnya. Ia sedang malas bertengkar saat ini. Baekhyun langsung pergi ketika melihat Jin hanya mengangguk.

Taeil mendekati Jin lalu mengusap pundak lebar milik Jin. "dia akan baik-baik saja, percaya padaku"

"jauhi tanganmu dari pundak berhargaku dan ya, tentu saja aku percaya bodoh!"

"yasudah kalau begitu, aku pulang dulu. Jangan lupa nomor rekeningku ada dinakasmu ya"

Jin menghela nafas kasar lalu menatap tajam Taeil, teman SMAnya yang sangat jail,walau lebih jailan dia. Tapi Taeil sangat menyebalkan!

"akan kukirimkan lebih!"

"wow, terimakasih!"

⚡⚡⚡

Sip, insyaallah aku bakal update siang-siang terus.

Byebye.

ParasiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang