Dengan langkah tergesa aku menuju ke mesin tiket bus yang terletak di sebelah vending machine. Setelah mengecek ulang jadwal keberangkatan bus, aku lantas menyentuh layar mesin dan dalam hitungan detik sebuah tiket keluar dari mulut mesin bagian bawah. Masih ada 5 menit lagi sebelum keberangkatan. Aku menyeret koper menuju ke tempat duduk yang tersedia di halte. Tak lama setelah aku mengecek isi tas tangan yang kubawa, bus yang kutunggu telah tiba. Petugas halte pun mempersilakan para penumpang masuk dan memasukkan barang bawaan ke dalam bagasi bus.
Bus baru mulai berjalan menyusuri jalanan kota menuju ke bandara. Trotoar mulai dipenuhi para pejalan kaki dan pengendara sepeda. Ketika sadar bahwa pemandangan yang biasa ini akan segera tak bisa kulihat lagi, tak terasa mataku basah kembali. Aku memalingkan wajah dan mencari ponselku di dalam tas tangan, lengkap dengan earphone yang tidak pernah tercabut dari lubangnya. Kubuka playlist lagu favorit yang sering kudengarkan. Namun niat awalku untuk menghapus sejenak rasa sedih akan perpisahan pun sirna sudah. Semua lagu yang kusimpan di playlist itu terlalu banyak mengundang kenangan demi kenangan yang kulalui selama beberapa tahun di kota ini, di negara ini. Aku pun menyerah. Sekali lagi, kubiarkan mataku basah dan pikiranku melayang-layang, menelusuri ribuan kenangan yang terputar bagai video di kepalaku.
Ada banyak aliran kenangan yang terputar, tapi semuanya didominasi oleh sosok itu. Sosok yang selalu menghiasi hari-hariku di kota ini, namun lantas menghilang tanpa jejak dan kabar. Mengingatnya sedetik saja mampu membuat air mataku meleleh kembali. Ah, sejak kapan aku jadi cengeng seperti ini? Mungkin ini salah dia karena pergi tanpa pamit, atau mungkin juga salahku yang terlalu bodoh untuk bisa mengontrol emosi. Lalu hari ini, di dalam bus yang membawaku menuju bandara, aku kembali membiarkan diriku memutar kembali ingatan tentangmu. Terlalu manis untuk diingat, namun mustahil dapat terulang kembali. Apapun itu, aku hanya bisa terus berharap kamu baik-baik saja, di mana pun kamu berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU
Teen FictionMungkin aku tertarik padanya. Jangan salahkan siapa-siapa, karena hati tidak dapat memilih akan jatuh kepada siapa. Ketika sadar, tahu-tahu aku sudah tertarik pada segala sesuatu yang ada padanya. Mata cokelat terangnya, senyuman hangatnya, dan sika...