I

472 34 18
                                    

Ada yang berbeda di kelas 11-A yang membuat para cewek cekikikan senang sementara para cowoknya manyun sebal di bangku masing-masing, yaitu siswa baru pindahan dari Kanada. Sejak pagi siswa baru itu sudah duduk anteng di dalam kelas, menempati bangku nomer tiga dari depan, barisan tengah, yang memang bangku kosong semenjak semester dua. Cowok itu hanya memandang bosan ke arah cewek-cewek yang cekikikan sambil melirik padanya, dan juga mengabaikan tatapan sebal cowok-cowok yang tidak ia ketahui penyebabnya.

Bel sekolah berbunyi dan membuat semua murid di kelas itu menempati bangku masing-masing, termasuk pemilik bangku sebelah murid baru. Tidak lama seorang pria berjas abu-abu dan berkaca mata juga memasuki ruangan itu, berjalan ke kursi guru dan berdiri di sana menerima sambutan dari seluruh murid di kelas.

"Selamat pagi, Pak Lee!"

"Selamat pagi!" Balas guru bermarga Lee itu dengan ramah. "Aku lihat ada murid baru di sini. Bisa kau perkenalkan dirimu?" lanjutnya sambil menatap wajah baru di kelas itu.

"Selamat pagi," siswa baru itu berdiri sebelum membungkuk hormat pada guru Lee. "Namaku Kris Wu, aku pindahan dari Kanada. Salam kenal." Ucapnya tenang dan formal.

"Salam kenal, Kris!" Jawab cewek-cewek kompak dengan nada ceria, sementara para cowok hanya memandang sinis, dan seorang mahluk bergender tidak jelas yang duduk sebangku dengan Kris hanya bergumam malas-malasan, Kris sempat meliriknya.

"Salam kenal, Kris. Aku guru Lee Hoo Jun, aku mengajar matematika. Kau boleh kembali duduk."

Kris membungkuk hormat sekali lagi sebelum mendudukkan diri.

***

Bel sekolah kembali berbunyi, waktu terasa berlalu cepat hari ini. Sebagian murid-murid kelas 11-A berlari keluar kelas, sebagian masih berada di kelas, dan banyak dari ceweknya berkumpul di bangku nomer tiga barisan tengah, mengepung Kris. Cowok yang dalam sehari sudah dinobatkan sebagai cowok terganteng se-SMA SM itu mengernyitkan kening saat menerima pertanyaan-pertanyaan sok akrab mereka, bahkan jika di dengarkan lebih teliti, pertanyaan itu menjurus ke penyelidikan.

Seperti,

"Berapa tanggal lahirmu?"

"Dimana kau tinggal?"

"Berapa nomer ponselmu?"

"Bahasa koreamu bagus, apa kau pernah tinggal di Korea sebelumnya?"

"Apa kau punya pacar?"

Kris tidak menjawab satu pun kecuali helaan napas tipis yang baru ia keluarkan sesopan mungkin. Matanya mengerling ke kursi sebelah di mana seharusnya cewek tomboy teman-sebangkunya berada, namun alih-alih menemukan cewek berpotong pendek dengan seragam cowok itu, Kris malah menemukan cewek lain yang seribu kali lebih cantik. Di tengah kebisingan pertanyaan yang tak kunjung mendapat jawaban itu, Kris mengedarkan pandangan dan berhenti pada bangku paling depan, di sana teman sebangkunya berada, bercengkrama dengan beberapa murid lelaki dan sepertinya hendak pergi meninggalkan kelas. Kris bangkit dengan satu gerakan, cukup mengejutkan bagi cewek-cewek yang mengelilinginya. Ia berkata, "Permisi," dengan pelan sambil berjalan menembus blokade di sekitar bangkunya.

"Amber." Kris menghentikan pemilik nama yang tak lain adalah teman sebangkunya.

"Temani aku ke kantin, aku lapar." Katanya sambil menarik lengan Amber, membawanya menjauhi murid-murid lelaki yang sejak tadi mengapitnya bagai bodyguard.

"Lepasin, brengsek!"

Baru beberapa meter mereka keluar dari pintu kelas, Kris merasakan perlawanan dari lengan di dalam genggamannya. Ia menengok tapi tidak kunjung mengendurkan cengkraman. Amber berusaha keras melepaskan diri darinya.

My Step Brother | KrisBerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang