Dua

34 3 0
                                    

Tarik nafas..

Buang..

Jangan gugup Launa, jangan gugup....

"Haa..lo sem..ua.... Nama saya Laun..a Renattta Putri Tijow. Senang bb..ertem..u t..eman - temann.. "

Pikir Launa murid yang ada di kelas barunya itu akan menertawakan kekonyolannya barusan. Launa bertambah malu, mukanya berubah pucat. Tak ada satu suarapun menyapanya. Mereka hanya sibuk dengan urusannya masing - masing. Sial! Si Debi belum balik dari ruang guru, tadi ada guru yang memanggilnya. Kini semua mata tertuju pada gadis itu, entah tatapan apa yang pasti bukan tatapan senang. Tatapan marahpun bukan, serem amat ni lelas kayak nggak ada tanda-tanda kehidupan. Kalau saja di sekolah yang lalu, pasti sudah sangat berisik dan heboh karena kedatangan murid baru.

" Launa, silahkan duduk di tempat yang kosong. Ah, di belakang sana ada dua tempat, terserah mau duduk di sebelah mana. "

" Baik bu, terima kasih. "

Launa segera mengambil langkah menuju bangkunya.

" Baik anak - anak, sekar... "

Brakkkkk

Suara pintu yang amat keras ditendang dari luar membuat semua murid terlihat tegang seakan mereka semua sudah tau siapa yang melakukannya. Tidak usah tanya bagaimana dengan Launa, gadis itu berteriak karena terkaget setengah mati.

Dengan entengnya orang itu masuk dan langsung duduk manis. OMG dia benar-benar seorang murid? Sangat tidak sopan. Baru kali ini ada yang seperti dia.

" Luffy Pisofar kamu sangat keterlaluan dan selalu keterlaluan. Di mana rasa sopan santunmu? Murid yang kurang ajar seperti kamu seharusnya sudah dikeluarkan. Saya tidak perduli lagi kalau kamu anak pak Pisofar, pemilik sekolah ini. Sekarang kamu keluar dari kelas saya!"

"  Sopan santun...  Baiklah, saya akan keluar. Tapi ingat ini dengan baik ! Jangan sekali lagi anda mengaitkan orang sint_ng itu dengan saya. Memuakkan. "

Guru tersebut hanya diam mematung dan tak berkutik sama sekali. Tatapan orang itu sangatlah menyeramkan apalagi setelah nama pemilik sekolah disebutkan, dia terlihat begitu tidak suka. Orang itu langsung menuju keluar dan rasanya suasana kelas sangat canggung. Setelah Launa tau tempat duduk yang akan dia tempati adalah bersama orang itu perasaannya langsung tidak enak dan takut. Akankah setahun dia bisa tenang dengan duduk bersama seekor serigala buas yang kapan saja bisa memangsanya? Yang Maha Kuasa tolonglah Launa yang tidak berdosa ini.

***

"Launa di sekolah tadi bagimana, so dapat teman jo ade? " tanya ayah Launa dengan suara lembut.

" Belum, mar papa tau Launa so bakudapa deng Debi, kong torang satu kelas. Tadi le, astaga itu sekolah pe besar nda sama deng Launa pe skolah lama. Depe orang - orang ba aneh pa, dorang sama deng mayat hidup... Dapa lia acuh - acuh. Deng Launa leh acu noh. Pokoknya beda pa. "

" Pasti begitu kalo masih anak baru. Nanti pelan - pelan cari teman. Mar ade musti hati - hati. Jangan sembarang ba teman neh. "


" Io pa. "


" Maso tidor jo, beso mo sekolah. Bantar terlambat. "


" Siap bos. " Launa memberi hormat bak seorang tentara.


Launa meninggalkan ayahnya di ruang tamu. Ia hendak masuk ke kamarnya, harus tidur. Besok tidak boleh terlambat lagi.


***

 Cerita LaunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang