Tiga

11 2 0
                                    

Pesetujuan.


Hari ini Launa harus memastikan sesuatu. Tapi bagaimana caranya untuk memastikan, ia benar-benar bingung.



"Astaganaga Launa, lu seriusan mau nyamperin tu serigala buas??? Gue saranin jangan. Tapi kalo pengen mati muda, ya serahh lo. "


" Debi, aku mesti mastiin kalo emang dia yang bantu aku, ya harus berterima kasih dong. Tapi iya sih, agak serem gitu  orangnya. "



Launa hendak meyakinkan dirinya, bahwa ia harus yakin. Lagi pula orang itu sudah sangat membantunya. Tapi ia bingung, apa yang mesti ia lakukan.



" Debi, tunggu di sini ya, Launa mau nyamperin dia dulu. Tunggu di sini! Jangan ke mana-mana." Launa langsung pergi mencari pria itu.

Pasti dia di sini. Ya, ruang teater.



Setelah tiba di depan pintu ruang teater, Launa mengetuknya hati-hati. Ia membuka pelan pintu itu.



"Permisi, selamat sore. "



Launa memerhatikan segala tempat, tak ia temui orang itu.   " Permisi...  " Masih tidak ada yang menyehut. Akh, mungkin dia sudah pulang. Yah, pulang aja deh. Launa segera menuju ambang pintu untuk keluar.



Tapi, ternyata ia menemukan lelaki itu. Mereka bertemu di depan pintu teater,  "Eh, hm ha.. llo. Itu, kemarin, kamu yang nolongin aku. Itu, hmm, makasih ya..." Belum ia lanjutkan perkataannya laki-laki itu langsung pergi, tanpa sepatah katapun.




***



" Etdah, gue akuin keberanian lo Na. Gila, terus dia bilang apa ke elo?. "



" Ya itu, dia gak ngomong apa-apa, langsung pergi. Sakit hatiku. "



" Ahahahha seriusan Lu? Eh, seharusnya lo bersyukur dia gak semprot lu pake serangan verbal. "



" Emang dia orangnya seseram itu? "




" Yang gue liat gitu sih. Dia itu keliatan kesepian banget, gak punya temen gitu. Gak niat temenan juga mungkin. Tapi gue akui kemaskulinannya parah abizz, hehe. "



" Kasian ya. "



" Iya, tapi ya emang gitu orangnya. Lo tau gak, dia itu anaknya pak Pisofar kepala sekolah sekaligus pemilik yayasan, tajir melintir. Pengen digebet, tapi boong. Coba aja orangnya baik kek kak Andre... Tuhhh kan jadi inget si unyuu, duh sedih deh.. "



" Udah, aku udah tau. Kemarin pas kamu gak di kelas dia bikin rusuh gitu. Terus kesinggung nama pak Pisofar, terus dia tambah garang, terus gitu deh. " Sontak Launa.



" Wah, ketinggalan drama dong guee."



"Udah ah, Udah mau nyampe rumah juga. Kiri, kiri, pak."




"Yahh gak seru ah, "  Kali ini Debi terpancing untuk terus menggibah.



" Besok aja yak. Bye, Debi. Jangan lupa tugasnya bu Ina dikumpulk besok pagi. "Launa berlalu sambil melambaikan tangannya.




" Akhhhhh gak seru lu. Bye. " Launa terkekeh pelan.


***


Hari itu cukup melelahkan. Saat ini Launa hanya memikirkan peristiwa tadi, kasian banget dia. Pikiran Launa juga langsung membumbung dengan berbagai pertanyaan. Ya ampun, sadar Launa. Kerjain tugas! Langsung tidur!




 Cerita LaunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang