My father.

31.4K 1.6K 414
                                    

Happy reading!

Latarnya mengambil sedikit setting canon.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Cerita ini pernah saya publish sebelumya dan saya unpublish lagi karena dalam proses revisi. Chapter selanjutnya akan dipublish dalam waktu dekat.

.

Cerita ini sudah tamat juli, 2018.
Apabila ada informasi yang berbeda dengan Anime Boruto sekarang (2020) maka itu hanya kesalahan.
.
.
.
.
.

.

"SELAMAT ULANG TAHUN,SAYANG!"

Sarada tertawa kecil, tak lupa ia menutupi cengirannya dengan punggung tangan mungil milik tunggal Uchiha itu. Manik hitam memancarkan kebahagiaan mutlak. Bahwa hari ini resmi bertambah umurnya juga perayaan bersama keluarganya.

Tak ia sangka. Di hari ulang tahun nya yang ke-13, sang papa datang. Untuk pertama kali nya ikut merayakan hal ini bersama dia, rasa di dada gadis ini sungguh membuncah. Seakan ada letupan euforia bersarang, apabila bisa dikatakan dengan kata maka sejuta paragraf akan kurang untuk  menjelaskan kebahagiaan ini. Sarada bahkan tak henti-henti menebar senyuman, sangat berbeda dari ia yang biasa memasang wajah cool.

Apalagi melihat bagaimana Sakura yang ikut-ikutan memancarkan rona merah di saat papanya yang juga mengulas senyuman tipis penuh arti kepada Sarada. Pemandangan langka bagi orang di luar sana namun, sebenarnya Sakura dan Sarada sudah terbiasa melihat Sasuke yang seperti itu.

"Terimakasih, mama." Sarada melepas kacamata nya, dan mengusap sedikit ujung pelupuk mata. Bisa dikatakan sekarang dia sedang terharu oleh semua ini. Efek dorongan sukacita itu memang nyata.

"Kenapa menangis begitu?" Jempol Sakura membantu mengusap area mata Sarada laluSakura tersenyum keibuan, ia berkata, "kemari mama ingin memeluk putri mama," Dua detik setelahnya wanita bersurai bak gulali tersebut merentangkan tangan untuk menyambut Sarada di dalam pelukannya.

Pelukan hangat ini melengkapi hatinya. Sakura yang antusias dengan tubuh mungil putrinya, "Coba lihat?kau sudah remaja sekarang, padahal baru kemarin mama mengganti popok mu."

Sarada mengangguk. Hidungnya menghirup dalam-dalam aroma sang ibu yang menenangkan. Tubuhnya yang kurus dan menggemaskan membuat Sakura semakin mengeratkan pelukannya.

"Uh..mama.. berhenti, ini sesak," Keluh Sarada.

Sakura terkekeh. Ia melepas pelukan nya dan mencubit pipi gembil Sarada.

"M-maaf, soalnya kau menggemaskan sekali. Apalagi saat melepas kacamata mu..," Sakura mengacungkan jempol. Secara jujur memuji visual putrinya "matamu besar dan berkilau," Kata Sakura.

Sarada mendengus, "Jika saja mataku berwarna hijau bening sepertimu, kilau itu akan nyata, " Sarada menatap kacamata yang ia lepaskan tadi kemudian mengangguk paham.

"Tapi..aku harus belajar melepas kacamata ini. Berkat bantuan medis mu, mata ku sepertinya semakin membaik, ma," Ucap Sarada dengan tulus.

My Father? [SasuSakuSara] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang