Zayad, sahabat Liam, memang memiliki karakter yang berbeda dengan Liam. Datang dari keluarga berada, Zayad merupakan tipe pria genit dan mudah mencari teman kencan, pembawaannya lebih terbuka dan luwes dibanding dengan Liam yang cukup pendiam.
Sejak SMA, mereka adalah idola para wanita, sayangnya, untuk mendekati Liam tidak pernah mudah, sementara Zayad, dia pria yang mudah didekati sehingga terkesan playboy. Padahal sih, belum tentu Zayad suka juga sama cewek itu.
Pun begitu, Zayad seolah tidak bisa lepas dari Liam, hidup dia seringkali bergantung padanya. Misalnya saja saat ujian, dia minta bantuan Liam. Saat mendekati cewek, dia pun mengajak Liam, bahkan saat dia tidak akur dengan orang tuanya, dia mendatangi kediaman Liam dan menginap di rumah sahabatnya itu. Tidak hanya itu, di umur sekarang pun, Zayad masih meminta bantuan pada Liam untuk mengurus ini itu. Iya, bisa dibilang Zayad ini tidak mandiri, hampir semua keputusan dalam hidupnya, selalu ada keterlibatan Liam.
Suara dering telepon milik Zayad berkali-kali berbunyi.
"Angkat dulu, bro," ucap Liam.
Zayad melengos. "Males ah, palingan juga cewek yang kemaren ngajak gue kenalan."
"Ck, ck, ck, masih? Umur lo sudah matang lho, Yad. Sebaiknya lo cari yang untuk dibawa serius alias nikah,"
"Maunya sih gitu, tapi belum ketemu yang cocok, lagipula, gue belajar dari teman gue, yang sudah yakin seribu persen cocok, tapi ternyata dia sedang dalam proses cerai,"
Liam tidak menjawab.
"Eh, kok lo diam? Biasanya gue ledekin gitu nggak marah?"
Sahabat Zayad itu menarik satu sudut bibirnya.
"Yaa kaan bapeer ah!"
"Biasa aja, cuman entah kenapa ya, udah beberapa hari terakhir ini gue ingat sama almarhum bokap,"
Zayad berhenti berjalan. "Ada apa?"
Liam mengangkat bahu. "Teringat pesan bokap aja, Yad. Apa gue urungkan aja niat untuk berpisah dengan Sofia?"
"Serius lo? Yah tapi kan bokap lo gak tahu kelakuan Sofia bagaimana setelah kalian menikah?"
Liam tidak berkomentar.
"Li, kan yang menjalankan pernikahan itu elo dan Sofia. Okee gue tahu, bokap lo selalu berpesan agar pernikahan itu selalu dijaga dan sekali seumur hidup, harus setia. Tapi semua itu kembali ke elo aja sih. Kalian pacaran sudah lama, harusnya sih begitu menikah sudah saling paham,"
Liam mendengus."Percaya sama gue, pacaran lama atau pacaran sebentar tidak akan menjamin rumah tangga lo awet dan bahagia."
"Nah, lo paham itu, lo pasti lebih paham lah, tema pernikahan kan udah jadi tema hidup lo sehari-hari," Zayad terkekeh.
Liam tersenyum menarik bibir. "Yah, kita lihat saja nanti hidup gue akan dibawa kemana," ujar Liam.
YOU ARE READING
Blushing For Two
RomanceAniza tidak percaya pernikahan. Dia mampu jatuh cinta, namun ketika harus dihadapkan pada keseriusan, dia justru ketakutan. Ironisnya, dia bekerja di sebuah konsultan pernikahan dengan bos bernama Liam, yang juga tidak mempercayai pernikahan, padah...