🍁Memang benar, harta yang paling berharga hanyalah keluarga 🍁
*****
Seorang gadis cantik berhijab berdiri dihadapan cermin yang memantulkan bayangan dirinya.Kini ia sudah siap dengan seragam putih abu abu dan segala atribut sekolah.
Ini adalah hari dimana Ujian Nasional terakhir disekolahnya, SMA Garuda.
"Dek?" Panggil Bara dari luar kamar adik kesayangannya itu.
"Ra udah siap belum?" Panggil Bara sekali lagi
"Hmm iya bang bentar lagi Ara turun" jawab seorang gadis dari dalam kamar dengan sedikit berteriak karna takut tidak terdengar oleh Bara abangnya.
"Ya udah abang tunggu dibawah" setelah mengatakan itu Bara berbalik melangkah menuruni anak tangga satu persatu
"Gimana? Adik kamu udah siap bang?" Tanya Sarah pada Bara saat posisinya sudah dianak tangga terakhir.
"Nanti katanya bentar lagi Bun dia turun, mungkin masih siap siap maklum Bun, cewek" ujar Bara melangkah mendekat kearah Sarah Bundanya
"Iya bang bunda ngerti kok. Bunda juga perempuan, dan adik kamu itu udah mulai dewasa jadi wajar aja" kini ada satu senyuman tercetak di wajah cantik dari seorang ibu. Sarah memalingkan pendangannya ke arah Bara baru setelah itu kembali lagi kearah meja makan yang sedang ia siapkan. Ia sadar kini kedua anaknya sudah beranjak dewasa dan ia sangat bersyukur karna masih diberi kesehatan agar dapat melihat anak anaknya tumbuh menjadi sosok yang inshaAllah akan membanggakan keluarga. Tapi Sarah juga sedikit merasa takut jika nantinya sang maha kuasa berkata lain.
"Iya bun" Bara mengangguk paham mendengar penjelasan dari Bundanya
"Bunda boleh minta tolong sama Abang ?" Ujar Sarah mendekat kearah anak sulungnya dan seraya mengusap pucuk rambut Bara
"Kenapa bun?" Terlihat jelas ada kerutan dikening Bara. Ia benar benar bingung sekaligus penasaran dengan apa yang di maksud oleh Bundanya. Sepertinya ini masalah yang serius, apa ini ada kaitannya dengan Maura adiknya ?
Sarah menghembuskan nafas dan tersenyum terlebih dulu sebelum melanjutkan ucapannya "abang taukan kalo Ara adik kamu itu udah mulai dewasa ?"
Bara mengangguk mengiyakan paham, jadi benar pembicaraan ini ada kaitannya dengan Maura.
"Bunda mau kamu sebagai Abangnya awasin dia, ya meskipun dari jarak jauh karna bunda tau kalo kamu gak selamanya ada disamping Ara. bunda takut kalo nanti adik kamu tumbuh dengan lingkungan yang gak baik. Apalagi sampai ikut ikutan, bunda takut. Abang mau kan?" Wajah cantik Sarah kini tampak serius membicarakan soal Anak bungsunya itu.
"Iya bun inshaAllah abang awasin dia" Bara tersenyum manis sampai lesung pipinya terlihat.
"Bunda percaya sama kamu bang, kamu pasti bisa" lanjut Sarah tersenyum dengan tangan yang terulur menepuk tiga kali pundak Bara pelan
"Bunda" panggil seorang gadis cantik yang baru saja turun dari lantai atas
Maura Azzahra atau yang kerap disapa Ara itu berjalan kearah bunda dan abangnya yang sepertinya sedang membicarakan sesuatu.
Sarah yang dipanggil oleh anak bungsunya itu tersenyum
"Udah siap toh tuan putri?" Tanya Bara kearah Naya dengan nada becandanya"Ishh abang apaan sih, Nay itu udah siap dari tadi tapi.." Naya sengaja menggantungkan ucapannya agar Abang dan bundanya penasaran
"Tapi apa ?" Tanya Bara menaikan salah satu halisnya
"Rahasia dong wle" jawab Maura cepat dengan menjulurkan lidahnya meledek Bara
KAMU SEDANG MEMBACA
Maura Azzahra
SpiritualKehidupan Maura yang tadinya berwarna kini perlahan berubah menjadi abu bahkan gelap dan sesak. Ini berawal ketika semua yang ia sayangi kembali kepada sang pencipta. Tapi sang Maha Kuasa masih berbaik hati mendatangkan pengganti bak malaikat tak be...