2

38 3 0
                                    

🍁 Karna mereka pasti tau apa yang terbaik untuk anaknya 🍁

*****

"Abang"

Sudah kesekian kalinya Ara memanggil pelan Bara dengan jarinya yang tidak mau berhenti menyentuh pipi Abangnya yang sedang fokus menyetir itu.

"Apaan sih dek? ini abang lagi fokus nyetir, nanti kalo abang gak fokus trus kita kenapa kenapa giman-"

Plak

Ucapan Bara terpotong ketika bibirnya ditepuk oleh tangan mungil Ara. Meskipun tidak terlelu kencang tapi tepukkan Ara dapat menimbulkan rasa nyeri dibibirnya.

"Abang itu kalo ngomong ya disaring dulu, abang lupa kalo ucapan itu doa? Astaghfirullah" ujar Ara sewot

"Iya Ra iya abang inget kok, maaf deh kalo abang salah. Ya abisnya tangan kamu gak mau diem, udah gitu sampe nepuk bibir abang lagi. Kamu kan tau abang lagi nyetir" Bara mencoba membela dirinya sendiri meskipun ia tau jika adiknyalah yang akan menang

"Lho kok abang jadi nyalahin Ara sih, kan abang sendiri yang udah dipanggil sama Ara tapi gak nyaut. Toh tangan yang dipake buat nyetir bukan mulut" ujar Ara tak mau kalah seraya memalingkan wajahnya ke arah luar mobil. Kenapa jadi dirinya yang disalahkan? Toh Ara berulah seperti itu karna ulah abangnya sendiri yang diam saja sejak tadi, padahal ia sudah memanggilnya berkali kali.

"Ya udah iya abang yang salah. Maaf ya" ucap Bara meminta maaf dengan tangan kirinya yang terulur mengusap lembut puncak kepala Ara

"hmm"

Akbar menghembuskan nafas menghadapi sifat kekanak kanakkan adiknya itu.
"Tadi mau ngomong apa?" Tanya Bara yang kembali fokus menyetir

"Gak jadi lupa, gak mood juga" jawab Ara dengan nada ketus

"Ya udah sekarang giliran abang yang ngomong" ujar Bara menengok sebentar ke arah Ara

"Ra, bunda minta abang buat jagain kamu meskipun dari jarak yang gak deket atau ya bisa dibilang ngawasin kamu dari jarak jauh. Abang tau kamu udah mulai dewasa dan bisa jaga diri kamu baik baik, Tapi Ra bunda itu sayang sama kamu dia gak mau putri kesayangannya kenapa napa karna pergaulan yang kurang baik diluaraan sana" Bara memberi jeda sebentar agar Ara tau kemana arah pembicaraan ini

"Kamu tau kenapa Bunda, Ayah, sama abang minta kamu buat pake hijab ?"

"Buat nutup aurat" jawab Ara sekenanya tapi tidak dengan nada yang ketus seperti tadi. rasa kesal Ara seketika hilang bak tertiup angin karna mendengar tutur kata Bara.

Bara mengangguk mengiyakan
"Karna Ayah dan Bunda tau hukum menutup aurat itu wajib. Allah Subhanahu Wa ta'ala berfiman : Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin, "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka !" Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [al-Ahzâb/33:59]"

"Ayah sama bunda mau kamu jadi sosok wanita yang shalihah nantinya, dan menjadi sosok wanita yang bisa mengangkat derajat keluarga" Tangan kiri Bara kembali terulur untuk mengusap lembut puncak kepala Ara

"Tau kenapa Bunda sama ayah suka bahkan sering ngelarang kamu?"

Ara diam tidak menjawab

"Kamu itu udah kaya porselen antik yang dijaga dan dirawat dengan baik dan sepenuh hati sama mereka, Ayah dan bunda. Karna kamu itu berharga Ra"

"Kamu bisa janji ke abang buat gak ngecewain mereka?" Bara lagi-lagi menengok sebentar kearah Maura yang diam saja sejak tadi

Ara diam tubuhnya seperti membeku, tapi sedetik kemudian ia menggeleng pelan

"Kenapa?" Bara heran dengan respon yang diberikan Ara

"Karna Ara juga manusia yang gak luput dari salah bang. Maura takut kalo nantinya Ara gak bisa nepatin janji, tapi Ara bakal usaha buat terus bahagiain Ayah sama bunda Bang inshaAllah"

Bara tersenyum mendengar ucapan Ara tadi. Adiknya memang seperti itu, ada kalanya ia bersikap kekanak kanakkan dan ada kalanya juga ia bersikap dewasa.

Setelah itu tidak ada yang mengeluarkan suara lagi, Bara yang sibuk menyetir dan Ara yang sibuk dengan fikirannya.

"Ara kamu gak mau turun?"

"Ah iya bang" ucapan Bara sukses membuyarkan Ara dari lamunannya

"Kamu kepikiran sama apa yang tadi diomongin sama abang ?" Tanya Bara seraya menengok kearah Maura

"Iya bang, Ara jadi kepikiran sama bunda, apalagi sama kejadian tadi pagi"

"Jangan difikirin Ra, jalanin aja. InshaAllah kedepannya baik-baik aja " ujar Bara mengingatkan

"Iya bang. Kalo gitu Ara pamit Assalamualaikum" setelah berpamitan dengan Bara, Ara langsung keluar dari mobil abangnya itu dan melambaikan tangannya sebentar kearah Bara yang ada didalam mobil

Ara mulai melangkah masuk kedalam Area sekolahnya SMA Garuda.

"Maura"

Merasa namanya dipanggil Ara menghentikan langkahnya dan menengok mencari siapa yang memanggilnya

Kaya ada yang manggil tapi kok gak keliatan wujudnya

Ara kembali melanjutkan langkahnya mencoba acuh dengan suara tadi

Tapi dilangkah berikutnya suara itu terdengar kembali

"Ara"

Tuhkan ada yang manggil apa jangan jangan itu..

"Astagfirullah" kaget Ara sedikit berteriak dengan menutupi wajahnya menggunakan kedua telapak tangan, ketika pundaknya ditepuk oleh seseorang

"Maura lo kenapa sih dari tadi di panggil diem aja malah lanjut jalan lagi, gue kan cape ngejarnya" ujar seseorang didepan Ara

Kok kaya suara mila

Ara menurunkan kedua tangan yang tadi menutupi wajahnya secara perlahan takut takut yang didepannya bukanlah manusia melainkan makhluk lain

Mengetahui yang didapannya ini Mila sahabatnya, Ara menghembuskan nafas lega

"Dikirain tuh siapa Mil" ujar Ara mengelus dadanya

"Emang lo ngiranya siapa? Hantu? Hihihi" jawab Mila dengan bergaya seperti hantu

"Apansih Mil, udah ah ayo kekelas aja" ajak Ara pada mila yang masih berlaga menjadi hantu

"Ya abisnya sekarangkan udah pagi masa ia ada setan" Mila mengekori Ara yang sudah berjalan lebih dulu didepannya

"Tau dari mana coba kalo pagi pagi gak ada setan?"

Mila menaikkan kedua bahunya antara acuh atau malah bingung dengan pertanyaan Ara

"Oh iya Ra gimana, udah ngafalin buat ujian nanti ?" Mila malah balik bertanya mengalihkan ucapan Maura tadi

Ara sendiri hanya mengangguk berberapa kali

"Mau tau ya, gue baru ngafalin sedikit soalnya Ra" pinta Mila dengan puppy eyesnya

"Enggak mau itu sama aja nyontek, dan tandanya kamu gak percaya sama kemampuan yang Allah udah kasih buat kamu Mil" Ara mencoba acuh dengan permintaan sahabatnya itu

Jleb

"Gue bukan nyontek Ra" ujar Mila membela diri

Tiba-tiba Maura berhenti melangkah dan berbalik menghadap Mila yang ada dibelakangnya

"Trus kalo bukan nyotek apa namanya Mil?" Ara menaikkan salah satu halisnya

"Bukan nyontek tapi liat" dengan PDnya Mila menyengir kearah Ara

"Sama aja" Sewot Ara, seraya berbalik meninggalkan Mila

Jangan lupa votte and comment ya 😉

(Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan utama)

Maura AzzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang