Alfi berangkat ke sekolah SMA Jaya diantar Pak Iman-sopir pribadi keluarganya. Alfi cuma sarapan roti dan minum segelas susu bikinannya sendiri, sedangkan Bi Siti-pembantu rumah tangga, masih belum datang. Biasanya Bi Siti datang ke rumah majikannya itu sekitar pukul tujuh pagi. Sedangkan Alfi berangkat pukul setengah tujuh.
Ketika Alfi memutuskan pulang dari kafe kemarin siang, sampai malam tiba, Devan tidak pulang-pulang ke rumah. Ada perasaan khawatir yang ia rasakan, tetapi Alfi langsung mengenyahkan pikiran itu, dia mencoba berpikir positif, bisa saja kalau hal itu memang kebiasaan Devan sehari-hari.
Tepat jam dua belas malam, debaman pintu dari kamar Devan terdengar sampai kamar Alfi-kamar mereka bersebelahan. Alfi yang belum tidur cuma bisa bernafas lega, akhirnya yang ditunggu-tunggunya pulang juga. Meskipun ia tidak menampakkan kekhawatirannya secara langsung, tetapi dia adalah orang yang diam-diam memperhatikan Devan. Buktinya ia tidak tidur sampai Devan pulang.
Pagi hari ketika Alfi sudah siap berangkat ke sekolah, dia cuma memandang pintu kamar Devan, ingin rasanya ia membangunkan kakaknya itu dari tidur, tapi Alfi tidak ingin dianggap sebagai seorang pengganggu, yang dapat memicu kemarahan Devan.
Kadang ia merasa iri dengan orang yang punya saudara tetapi mereka sangat akrab, bahkan ada yang menganggap saudara sebagai sahabat, karena enak diajak ngobrol, bisa curhat, bahkan bercanda. Sedangkan Alfi dan Devan, tegur sapa saja tidak ada.
Matahari pagi menyinari bumi, menyapa dengan kehangatan yang ia pancarkan. Semua kembali beraktivitas seperti sedia kala, menjalankan rutinitas. SMA Jaya pagi itu sudah ramai dengan berdatangannya siswa dan siswi untuk menyambut tahun ajaran baru, semangat baru, kelas baru, baju baru, tas baru, sepatu baru, buku baru, pacar baru, eh.
Alfi sudah berada diantara siswa-siswi yang mengikuti kegiatan masa orientasi siswa atau MOS, dia sudah memakai atribut yang diperintahkan sebelumnya melalui grup chat khusus peserta didik baru. Ya, sekarang zamannya modern, jadi apa-apa serba online, beli baju online, sepatu online, tas online, beli makan online, belajar online, tapi chat gak dibalas padahal si doi online, ehhhh.
Alfi sudah mendapatkan teman baru, namanya Shaina. Shaina sangat ramah dan asyik, ia memakai kacamata dan kawat gigi berwarna biru. Rambut Shaina yang panjang dibiarkan tergerai.
Alfi bersama para peserta didik baru lainnya mengikuti acara pembukaan MOS di lapangan sekolah. Alfi mengikuti kegiatan itu dengan saksama, sebisa mungkin ia menghindari masalah, apalagi sampai mendapatkan hukuman.
Hal yang membosankan menurut sebagian siswa adalah acara sambutan-sambutan atau seminar-seminar kecil yang terselip.
Alfi tidak bisa membohongi dirinya, ia sudah bosan dan cape sejak tadi. Tetapi dia cuma diam, sedangkan anak-anak yang lain ada yang mencoba jongkok terus berdiri lagi, jongkok lagi berdiri lagi. Ada yang pingen tidur tapi gak bisa, karena masih berdiri. Ada yang kipas-kipas pakai name tag. Ada yang pingsan, ada juga yang pura-pura pingsan.
Mereka masih berada di lapangan sekolah. Alfi melirik Shaina yang berdiri disampingnya, Shaina pun melirik Alfi, sama-sama memberikan kode, bosen.
"Bosen atau cape?" bisik Shaina.
"Dua-duanya, " jawab Alfi sambil tersenyum.
"Ganteng banget deh wakil OSIS," bisik Shaina lagi. Mereka masih mengikuti acara pembukaan jadi berusaha berbicara sepelan mungkin agar tidak ketahuan panitia. Untung mereka barisnya ditengah-tengah jadi kemungkinan ketahuan sedang berbicara agak minim.
"Yang mana wakilnya?" tanya Alfi, ia mengedarkan pandangannya kedepan, mencari orang yang dimaksud Shaina. Karena disana ada beberapa guru dan juga beberapa orang panitia-OSIS.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLING ✔ [TERBIT]
Teen FictionApa jadinya jika keluarga menolak kehadiranmu, tidak mengakuimu bahkan menyembunyikan identitasmu. Inilah kisah anak remaja SMA tetapi memiliki sisi gelap dan rahasia yang tidak terduga. Bukan tentang kisah A bertemu B lalu jatuh cinta dan menjalin...