First Day at School.
Bel masuk kelas sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Tapi Aurora dan beberapa murid lainnya masih berdiri di depan ruangan BK. Seharusnya dia sudah masuk kelas dan mencari tempat duduk. Tetapi karena saat pembagian kelas, beberapa nama murid tidak tercantum di mading termasuk Aurora. Katanya karena kesalahan teknis. Sehingga membuat mereka harus menunggu beberapa menit lagi.
Terlihat para murid baru di lantai dua yang sedang menyiapkan kelasnya.
Seorang guru wanita keluar dari ruang BK dengan memakai name text bertuliskan INDRIYANI, kemudian menghampiri mereka.
"Mari nak ikut Ibu. Nama kalian sudah ibu tentukan akan masuk kelas mana. Tentunya sesuai dengan jurusan yang sudah kalian pilih." Guru itu memberi penjelasan sembari berjalan mengajak mereka untuk segera menuju kelas masing-masing.
Kini Aurora berjalan menaiki tangga untuk ke lantai dua, dengan guru tadi dan beberapa murid yang mengambil jurusan IPA. Sesampainya dilantai dua diantara ruang kelas X IPA 1, X IPA 2, dan X IPA 3 mereka di absen oleh seorang guru wanita tadi.
"Aurora Valerie, silahkan kamu masuk di ruang X IPA 1 dan cari tempat duduk." Ujar guru itu yang mengabsen Aurora.
Ia merasa kesal, terlalu cepat masuk kelas padahal baru saja ia menaiki tangga. Tapi apalah daya nama awalnya berabjad 'A' selalu pada urutan pertama. Bahkan sejak masih SMP, untuk urusan mengumpul tugas dan hafalan dia selalu pada urutan pertama. Sebenarnya ia sedikit menyesali kenapa namanya diawali dengan huruf A.
Aurora berjalan memasuki kelas. Suasana kelas sangat ramai, setiap siswa asik bercengkrama dengan teman barunya. Mendadak semua diam ketika suara sepatu Aurora sedikit beradu dengan lantai. Sejenak perhatian mereka tertuju padanya. Aurora masih mematung memperhatikan sekelilingnya.
"Hai semua." Sapaan terlontar begitu saja dari mulutnya diiringi dengan senyum tipis. Sebagian dari mereka ada yang merespon dengan say hay, dengan senyum, bahkan tak sedikit yang acuh. Maklum masih kelas baru. Ia menghela nafas memperhatikan setiap sudut kelas, mencari bangku yang belum di tempati.
Pandangan nya tertuju pada sebuah bangku tepat didepan meja guru. Pantes aja kosong, didepan meja guru!. Ia memutar bola matanya malas. Kemudian berjalan menghampiri bangku itu.
Ia langsung duduk dan menaruh tasnya diatas meja, tanpa memperhatikan sekelilingnya lagi.
***
"Hey Ra, masih inget gue?" Suara yang muncul dari belakang terdengar tak asing baginya. Tepat dibelakang Aurora, cowok itu tersenyum.
"Lah elo! Sejak kapan lo duduk dibelakang gue?" Tanya Aurora heran, sambil bersalaman dengan Rafael dan rekan sebangkunya.
"Sejak zaman batu gue disini."
"Emang orang segede gue nggak keliatan ya? Padahal dari pertama lo masuk gue udah ada disini loh." Lanjutnya.
"Oh gitu. Gue masuk kelas ini langsung nyari bangku yang belum ada penghuninya, bukan nyari elo jadi maklum kalo nggak liat." Kekeh Aurora.
"Ternyata lo ngambil jurusan IPA juga ya, nggak nyangka bakal ketemu lagi dan satu kelas bareng lo." Ujar Rafael dengan senang.
Aurora tersenyum.
"Oh iya, ini temen lo namanya siapa?" Tanya Aurora. Teman Rafael buru-buru memberitahu namanya.
"Gue Alfa, tapi jangan ditambahin Mart ya." Ujarnya sambil tersenyum memamerkan gigi rapihnya dan disusul tawa pecah Aurora dan Rafael.
"ALFAMART dong!" Itu suara mereka berdua. Ya, Aurora dan Rafael kompak, mereka saling melirik kemudian tertawa lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA
Teen FictionIni adalah sebuah cerita tentang masa SMA. Aurora Valerie, gadis yang begitu menyukai senja dan malam berbintang. Tapi tidak lagi setelah pengkhianatan menghancurkan segalanya. Satu hari sebelum ulang tahunnya yang ke-17, sebuah tragedi membuatnya m...