fouw

374 46 5
                                    

Minhyuk berjalan di trotoar dengan langkah yang sedikit besar, tangannya yang sedari tadi menganggur mulai memeluk dirinya sendiri. Sedikit mengeratkan jaketnya guna mendapatkan sedikit kehangatan.

Saat ini ia tengah menuju cafe tempat ia bekerja. Ia bukan orang yang sangat lebay hingga harus larut berhari-hari dalam kesedihannya. Meski ia akui butuh waktu 2 hari untuk benar-benar merelakan Jooheon. Kekasih sekaligus cibta pertamanya. Jika dikatakan sakit, ya memang bahkan sangat. Tapi Minhyuk mengambilnya dengan positif, ia tak mau larut dalam kesedihan hingga membuat pekerjaannya terbengkalai. Siapa nanti yang membiayai hidupnya dengan Changkyun jika ia tak bekerja.

Lagipula Minhyuk hanya bisa pasrah jika itu keinginan Jooheon, selama Jooheon bahagia ia akan merelakan apapun. Mungkin ini takdirnya, dia dan Jooheon tidak bisa bersatu. Toh juga ada calon bayinya yang selalu bersamanya. Janin itulah yang jadi prioritas minhyuk sekarang.






Membuka pintu cafe, minhyuk langsung di sapa oleh beberapa teman pegawainya. Ia tersenyum kecil dan mulai bersiap untuk melayani pelanggan. Pekerjaan Minhyuk tidak terlalu sulit sebenarnya, ia hanya bertugas membersihkan meja yang telah terpakai atau terkadang teman-temannya meminta tolong padanya untuk mencatat pesanan.

"Minhyuk hyung, bisa kau menolongku?"

"Ada apa Wonwoo-ya?"

"Aku minta tolong untuk melayani meja nomor 5, aku kebelet nih hyung."

"Ya sudah, sana."

"Gomawo hyung."

Minyuk mengambil pena dan buku memo milik Wonwoo kemudian menuju meja nomor 5. "Selamat siang, mau memesan apa?" Sapa Minhyuk ramah, ia menyodorkan buku menu pada pelanggan.

"Aku baru pertama kali berkunjung di sini, jadi bisa kau merekomendasikanku minuman serta makanan ringan?"

"Geurae. Aku merekomendasikan ini." Minhyuk menunjuk salah satu menu. "Ini adalah menu yang sangat laris minggu ini, banyak pelanggan yang menyukainya. Ku pikir, kau juga bisa menyukainya."

Sang pelanggan menatap sejenak menu yang di tunjuk Minhyuk, kemudian matanya kembali menatap Minhyuk yang masih setia dengan senyum kecil ramah miliknya. "Baiklah, aku pesan itu."

"Ok, mohon tunggu sebentar."

Minhyuk pamit dan menuju dapur untuk menyiapkan pesanan tersebut, sekitar 15 menit hingga minuman itu selesai. Ia pun membawakan pesanan itu kepada sang pelanggan.


"Eh permisi, apa kau sedang sibuk?" Tanya sang pelanggan saat Minhyuk menaruh pesanannya di meja. Minhyuk menoleh dan mengarahkan pandangannya ke seluruh cafe, belum terlalu ramai mengingat ini masih pagi hari.

"Tidak terlalu, ada yang bisa saya bantu?"

"Itu, aku hanya ingin minta tolong ditemani duduk. Tak masalah?"

Minhyuk berpikir sebentar, meskipuncafe belum terlalu ramai, tapi Minhyuk tidak ingin berleha-leha. Dua hari yang lalu ia baru saja tidak masuk kerja. Bisa-bisa ia mendapat teguran dari atasannya. Tapi melihat wajah pelanggan yang sedikit memohon membiatbya tidak tega juga sebenarnya. "Jika hanya sepuluh menit, kurasa tak masalah."

Kemudian Minhyuk duduk di hadapan lelaki tersebut dan mereka mulai larut dalam obrolan mereaka. Berbicara dengan nyaman, karena keduanya bisa cukup akrab terlebih karena keduanya yang tidak jauh berbeda.






"Maaf, aku harus kembali bekerja." Minhyuk bangkit menunduk pelan ke arah lelaki tersebut. Obrolan mereka yang kelewat asik hingga tak menyadari hampir memakan waktu sejam. Untung saja Minhyuk segera sadar, terlebih keadaan cafe yang mulai ramai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang