Chapter 2

30 7 11
                                    

"Hari itu adalah hari pertama aku bolos dan bersamamu, dan hari dimana aku merasa bahagia hanya karena perhatian dan kehangatan yang kau berikan untukku, " - Fika.

••••

Pagi ini, seperti biasanya, Farel menjemput Fika untuk pergi ke sekolah. Tapi kali ini, ia memilih untuk menunggu di dalam mobil. Mungkin karena ia sedikit malas untuk keluar. Sambil menunggu Fika keluar, ia memilih untuk memainkan ponselnya dan mendengarkan musik.

Beberapa menit kemudian, Fika datang dan membuka pintu mobil. Cewek itu menatap bingung ke arah Farel yang justru asik bermain ponselnya sambil mendengarkan musik dengan headset yang terpasang rapi di telinganya dan masih belum menyadari kehadiran nya.

"Farel!"

Farel sedikit kaget saat mendengar suara nyaring Fika yang memanggilnya. Ia pun segera memastikan musiknya yang terdengar keras dan melepaskan headset dari telinganya.

Lalu ia tersenyum menatap Fika yang justru tengah menatapnya kesal, "Selamat pagi, sayangku!" ujarnya.

"Pagi, kamu kenapa pagi-pagi udah dengerin musik aja?" tanya Fika.

"Lagi pengen aja, yang,"

"Ooh gitu,"

"Kok gitu doang?"

"Terus maunya gimana?"

"Kamu marah ya sama aku?" tanya Farel setelah menyadari perubahan pada diri Fika.

"Marah kenapa?"

"Marah gara-gara aku gak nungguin di luar?"

"Gak,"

"Serius?"

"Hmm,"

"Kenapa jawabnya jadi singkat gitu sih?"

"Gak apa-apa,"

"Astaga jangan giniin aku dong, sayang... aku gak bisa lihat kamu kayak gini,"

"Emang aku kenapa sih? Kalau kamu pikir aku marah, kamu salah!"

"Ya terus?"

"Aku gak marah, sayang!"

"Baguslah, aku udah takut duluan tadi, hehe..."

"Cie takut pacarnya marah,"

"Iya hehe, hatiku gak kuat buat liat orang yang aku sayang marah."

Lagi-lagi Fika dibuat malu oleh ucapan Farel. Tak terhitung sudah berapa kali jantungnya terus berdebar kencang karena pacarnya yang terus menggodanya.

"Aduuh baper aku, Rel!"

"Gak apa-apa baper sama pacar sendiri, asalkan jangan baper sama cowok lain!"

"Haha kamu ngomong apa sih, ngapain juga aku baper gara-gara cowok lain, kan ada kamu yang baperin aku terus!" ujar Fika sambil terkekeh pelan.

"Nah ini baru namanya pacar aku,"

"Hahaha..."

"Berangkat yuk!"

"Oke!"

Lalu mobil milik Farel melaju menuju sekolah mereka. Di tengah kemacetan kota Jakarta itu, terpaksa Farel harus mengemudi dengan kecepatan penuh dan memilih jalur lain agar mobilnya bisa leluasa membelah jalanan beraspal ibu kota.

Namun, nasib mereka sedikit siap pagi ini karena mereka baru tiba di sekolah saat gerbang sudah terkunci.

Farel berdecak sebal karena kesialan yang menimpa mereka saat ini. Dan sialanya ini adalah keterlambatan pertama seorang Fika ketika datang ke sekolah. Biasanya ia tak pernah setelat ini, sebab sebelum berpacaran dengan Farel, ia selalu diantar oleh supirnya dan berangkat sekolahnya pun harus pagi untuk mencegah terlambat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fian dan FikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang