Prolog

860 101 8
                                    

Austin menghembuskan napas lelah, sudah empat tahun dia berpacaran dengan Luna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Austin menghembuskan napas lelah, sudah empat tahun dia berpacaran dengan Luna. Mereka berpacaran sejak lulus kuliah. Padahal dia sudah berencana untuk melamar gadis itu, tetapi kenapa dia sekarang bimbang?

Perasaannya tidak lagi menggebu-gebu seperti dulu, dia bosan. Austin memejamkan matanya lelah, ia seperti seseorang yang hanya menjalani kehidupan. Dia terus mencari cara untuk mencintai Luna lagi, tetapi perasaannya masih kosong seolah tidak ada siapapun yang mengisi hatinya.

Austin melirik Luna yang kegirangan sambil memegangi permen kapas miliknya. Gadis itu tampak antusias sejak saat mereka menginjak wahana bermain di sini.

"Sayang, ayo kita naik bianglala itu." Luna menarik tangan Austin agar mengikutinya tetapi Austin tampak bergeming di tempatnya. "Kenapa? Gak mau ya?"

Austin memaksakan senyumnya, lalu mengusap pencak kepala Luna. "Aku ada janji siang ini, kita pulang dulu aja ya."

Luna cemberut, "kita kan baru satu jam di sini." Ia menghembuskan napas kesal, padahal sudah beberapa bulan mereka tidak jalan-jalan seperti hari ini, tetapi Luna tidak bisa memaksa karena Austin yang sibuk bekerja sebagai public relations beberapa bulan ini.

Dengan pasrah, akhirnya Luna pulang dengan Austin. Luna duduk di dalam mobil, sedangkan Austin sedang keluar ke mini market untuk membeli minuman untuknya.

Luna mengeluarkan ponselnya untuk mengunggah fotonya ke sosmed bersama Austin tadi, ia tersenyum senang melihat foto yang berhasil di unggahnya. Dia mencintai Austin. Sangat. Luna berharap perasaan Austin juga sama dengannya.

Luna yang sibuk dengan ponselnya tidak sadar bahwa ada truk yang melaju kencang dari arah berlawanan. Truk itu tampak membanting stir saat berusaha menghindari salah satu pengendara motor.

🃏🃏🃏

Austin menerima kantung belanjaannya setelah menerima kembalian dan struk belanja. Ia merogoh saku celananya saat mendengarkan dering ponselnya berbunyi.

"Halo? Jadi ke tempat nongkrong biasa kan? Gue lagi gabut."

Austin tampak terkekeh, ia melirik Luna yang berada di dalam mobilnya sendirian. Austin mematikan panggilan telepon lalu berjalan menuju ke arah mobilnya tetapi—.

BRAKK

Semuanya terjadi dengan secepat kilat tepat di depan mata Austin. Matanya terbelalak lebar saat melihat truk pengangkut kontainer tersebut menabrak mobil miliknya, dengan Luna di dalamnya.

"LUNAA!!"

🃏🃏🃏

Austin menatap kedua tangannya, ia masih mengingat dengan jelas tangannya yang berlumuran darah milik Luna. Gadis itu sudah tiada dan hanya meninggalkan penyesalan yang dalam pada diri Austin.

Disaat gadis itu sudah tidak ada di hadapannya lagi dan tidak bisa lagi ia dekap, Austin baru menyadari bahwa Luna selalu ada di hatinya yang paling dalam. Dia hanya dengan jenuh dengan keadaan, bukan dengan gadis itu.

Austin menatap nisan bertuliskan 'Laluna Harumi' dengan sendu, air matanya tidak bisa lagi keluar. Beberapa orang sudah pergi beberapa menit yang lalu dan hanya menyisakan Austin dan kedua adik Luna, Aksara dan Sadewa.

Austin gagal, ia sudah mengingkari janji untuk menjaga Luna kepada kedua orang tua gadis itu yang sudah meninggal satu tahun yang lalu.

Austin hanya berharap kepada Tuhan untuk memberikannya kesempatan kedua dan ia akan memastikan Luna akan bahagia kali ini.

Ia menunduk, memejamkan mata merasa bersalah pada dirinya yang tidak dapat menjaga Luna.

Joker: I Will Decide The EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang