Chapter 1 - God gives me second chance

657 98 7
                                    

Luna membuka matanya, napasnya memburu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luna membuka matanya, napasnya memburu. Ia bermimpi sangat panjang dan terasa sangat nyata. Ia melirik jam di dinding kamarnya, pukul enam pagi.

Luna harus bergegas untuk sekolah hari ini, tetapi ia hanya mengingat sedikit tentang mimpi semalam. Ia hanya ingat dirinya berpacaran dengan Austin, sang bintang di sekolahnya.

Lelaki tampan dan berprestasi, idola para siswi. Luna yang hanya murid biasa tidak mungkin bisa berpacaran dengan Austin bahkan dia sampai bermimpi berciuman dengan lelaki itu.

Wajah Luna memerah mengingatnya, ia malu sekali, untungnya di akhir mimpinya, ia tertabrak truk sehingga ia segera bangun dari tidur panjangnya. Ya, ia pantas mendapatkan akhir yang seperti itu karena dengan beraninya memimpikan seorang Austin Ganeswara, kakak kelasnya yang dicap sebagai si nomor satu.

Luna menepuk ke dua pipinya agar berhenti memikirkan mimpi yang terasa seperti nyata itu. Ia harus memikirkan realita yang akan di hadapinya nanti.

🃏🃏🃏

Luna mengusap dahinya yang mengeluarkan keringat karena merasa gerah sesudah melakukan upacara. Luna masih berdiri di lapangan tepat di samping Sheena, sahabatnya, karena ada pengumuman mengenai pemenang acara lomba antar kelas yang dilakukan beberapa hari yang lalu. Posisi mereka berada di barisan paling belakang, di bawah pohon untuk menghindari sengatan sinar matahari pagi.

"Kak Austin di mana ya?" tanya Sheena dengan lesu. Luna sudah paham sekali kalau sahabatnya itu sangat mengidolakan Austin yang duduk di bangku kelas sebelas. Matanya berbinar-binar setiap membicarakan Austin. "Lo tau ada desas-desusnya kalau kak Austin gak bakal jadi King selanjutnya karena kak Kairos gak setuju."

Kairos adalah siswa kelas dua belas yang sedang menjabat sebagai King di sekolah ini. Lelaki itu sangat berkuasa dan semena-mena. Untungnya Luna tidak pernah melakukan hal yang mencolok sama sekali, jadi lelaki itu sama sekali tidak pernah melirik dirinya.

Jika sampai dirinya membuat masalah, maka Luna bisa jadi akan dijadikan kacung untuk melayani King dan Queen. Ugh! Luna membenci itu.

Bukan rahasia umum lagi kalau Kairos sangat membenci Austin yang selalu menentangnya, padahal Austin merupakan adik kelas dari Kairos.

Austin memiliki wajah yang sangat tampan dan dijuluki titisan dewa Apollo, dewa paling tampan di antara para dewa. Tinggi lelaki itu sekitar 186 cm dengan badan yang sangat atletis. Alis tebalnya sering menaut dengan sorot mata tajam.

Ada tiga julukan yang disematkan pada Austin, yaitu Apollo, AI, dan Joker

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada tiga julukan yang disematkan pada Austin, yaitu Apollo, AI, dan Joker.

Austin dipanggil Joker karena lelaki itu tidak pernah mengenal takut pada yang namanya King dan Queen. Lelaki itu menunjukkan kekuasaannya sendiri dan enggan untuk menuruti peraturan untuk patuh pada King dan Queen, sang penguasa sekolah.

Hal itulah yang membuatnya semakin disegani oleh para gadis maupun lelaki di SMA angkasa, bahkan Elora yang menjadi Queen saat ini juga menyukai lelaki itu dan hal itu juga yang membuat Austin dibenci oleh Kairos.

Luna juga tidak munafik, dia mengakui Austin sangat tampan bahkan sampai memimpikan lelaki itu malam tadi. Tetapi Luna tau kalau lelaki itu tidak akan bisa digapainya, dia juga sudah memiliki seorang pacar dari kelas sebelah, Kafka yang lumayan tampan.

"Gak perlu jadi King, Austin udah jadi Joker. Tahtanya di atas King."

Seseorang tiba-tiba menceletuk dari belakang Luna dan Sheena. Mereka hapal suara siapa itu, Felix, sahabat Luna sejak sekolah menengah pertama. Mereka satu sekolah lagi dan bahkan satu kelas, lalu mereka berteman dengan Sheena yang mereka temui saat mos.

"Tapi gak ada yang cocok jadi King selanjutnya selain kak Austin," ujar Sheena.

"Padahal kak Austin paling ideal jadi King. Gak kayak King sekarang yang diktator." Luna bergidik ngeri membayangkan bagaimana perilaku Kairos yang sangat diluar batas.

Guru-guru sudah tahu kalau ada sistem semacam ini di sekolah, tetapi mereka memilih bungkam karena kuasa para siswa disini lebih tinggi daripada guru yang digaji dari uang siswa. Mereka lebih memilih diam daripada kehilangan pekerjaan.

"Ssstt, nanti ada yang denger, mati lo!" Felix menatap sekeliling yang untungnya tidak mendengar ucapan Luna tadi. "Mendingan lo putusin cowok lo itu."

Luna melotot pada Felix lalu mencubit lengan lelaki itu dengan kuat. "Lo kenapa sih dendam banget sama Kafka?!"

"Kafka tuh gak cinta sama lo. Coba gue tanya, lo pernah ciuman gak sama dia?"

Luna diam sebentar, bukannya memikirkan Kafka, ia malah memikirkan mimpi semalam saat bersama Austin.

"Belom kan?" Felix tertawa melihat Luna yang bergeming. "Nih ya, lo kan agak enggak waras. Gue saranin lo duluan aja yang nyium Kafka."

Luna menyipitkan matanya pada Felix, "lo pikir gue cewek apaan?!"

"Kalo emang dia cinta sama lo, dia bakal nerima ciuman lo." Felix menyilangkan lengannya di depan dada dan menaik turunkan alisnya, menggoda Luna.

"Felix ide lo aneh—"

"Bagus juga ide lo!" Luna memotong ucapan Sheena, ia mengangguk-anggukan kepalanya merasa setuju pada Felix. Ia yakin seratus persen bahwa Kafka yang sudah menjadi pacarnya selama dua bulan ini pasti sangat mencintainya.

Luna akan membuktikan pada Felix, bahwa Kafka akan menerima ciuman darinya. Luna terkekeh sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

Sementara Sheena memutar kedua matanya melihat dua orang gila di depannya.

"Eh itu kak Austin!"

"Ganteng banget!"

"Kak Austin jalan kesini!"

Secara mendadak barisan paling belakang menjadi heboh saat melihat Austin berjalan membelah kerumunan. Luna melirik Austin yang berjalan ke arahnya dengan wajah yang terlihat agak sedikit cemas.

Austin terlihat sangat tergesa saat berjalan seakan ada sesuatu yang sangat dinantinya. Lelaki itu berhenti tepat di depan Luna yang menatapnya bingung.

Para siswa di sekitar sana langsung berteriak tertahan saat melihat Austin mendekap Luna dengan erat.

Luna melebarkan matanya, ia sangat terkejut hingga belum bisa mencerna situasi di sekitarnya yang sedang sangat heboh. Austin berbisik dengan serak tepat di telinga Luna.

"It's real, Laluna Harumi."

To Be Continued

jangan lupa Vote dan comment ❤️

Joker: I Will Decide The EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang