BAB 1♡

64 4 0
                                    

Jakarta,12 Januari 2018.

Dear Diary.
Aku Kembali. Mungkin Tuhan akan bosan saat melihat isi Diary ini adalah dirimu. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya ingin menyalurkan rasa rindu yang terus bergejolak di dalam hatiku. Rasa rindu tentang sederet peristiwa di masa laluku yang sekarang telah menyatu dalam bentuk kenangan.
Kenangan masa kecilku bersama mu. Kenangan tentang kepolosan dua orang anak kecil. Kenangan tentang hujan dan sebagainya. Mungkin hujan dan masa lalu adalah saksi bisu melihat kebahagiaan kita dulu,sebelum kenyataan dan takdir datang.
Kenyataan yang sangat pahit dan takdir yang kejam. Kolaborasi antara keduanya begitu hebat,hingga dalam sekejap mampu menlenyapkan kebahagiaan itu dan tentu saja memisahkan kita berdua. Aku mengaku kalah kepada mereka.
Aku pasrah kepada kenyataan dan takdir. Sungguh aku tak mampu.
Kau tahu? Aku begitu lemah, untuk mengingat hal itu kembali. Aku tidak sanggup untuk mengingat itu lagi.
Tapi aku tidak akan melupakanmu. Bahkan sedetik pun,mustahil jika aku tidak merindukan mu. Merindukan anugrah Tuhan terindah di dalam masa kecilku.
Aku pun tidak mau terus terpuruk di dalam luka. Aku tahu,kau akan marah dan mencubit telingaku,jika aku sedih.
Tetapi, aku mohon pada mu. Biarkan diary ini menjadi tempat untuk meyalurkan kerinduan ini. Menjadi tempat untuk aku mencurhatkan suka duka kehidupan ku yang baru, tentu saja tanpa mu di sampingku.
Aku mohon izinkan aku untuk itu.
Sesuai dengan nama mu,kau adalah anugrah Tuhan terindah dalam hidupku.
Aku menyayangimu.
Mahesa Anugrah Setiawan.

Tertanda:
Ragina.

Aku duduk di meja belajarku. Menatap buku diary yang sangat berarti bagiku. Bagiku diary itu,adalah sahabat yang baik. Hanya dia yang mampu membuat kita mencurhatkan beban di dalam hati,tanpa ada yang di sembunyikan. Tentu saja kita akan lega setelahnya,karena beban sedikit berkurang dan juga diary tidak akan membongkar masalah kita pada orang lain.

Malam itu di luar sedang hujan deras. Aku memlilih untuk menulis diary,untuk menghilangkan rasa bosan.

Tok..tok..tok

Pintu kamarku berbunyi.

"Gina? Ragina?" Aku mendengar suara mama. Suara yang lembut itu bisa aku kenali tanpa harus melihat sosoknya.

"Iya ma. Masuk aja." Sahutku. Setelah itu pintu kamarku terbuka dan menampilkan sosok mama dengan semangkok mie rebus di tangannya.

"Gina. Ini mie kamu nak." Kata mama sambil meletakan mangkok berisi mie itu ke meja belajarku.

"Wahh. Makasih mama." Kataku dengan mata yang berbinar-berbinar.

"Iya nak. Kamu udah siapin semua perlengkapan sekolah kan?" Tanya mama.

"Ia Ma,udah kok." Sahutku lagi. Mama kemudian mengambil kursi dan duduk di sampingku. Mengelus rambutku dengan penuh kasih sayang.

"Anak mama udah mau SMA aja. Gak kerasa yah. Dulu masih gemes bangettt. Bikin mama pengen nyubit pipinya." Kata mama sambil tersenyum ke arahku.

"Ish mama. Jadi sekarang aku gak gemes lagi gitu?" Tanya ku dengan wajah yang cemberut.

"Kamu ini. Kamu tuh mau udah SMA ataupun udah kuliah nanti, kamu tetap putri kecilnya papa sama mama." Kata mama kepadaku. Air mata ku lolos dengan sendirinya. Aku memeluk mamaku,mencari kehangatan sekaligus kenyaman dalam pelukannya.

MemóriasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang