Feeling? | 2

22 6 2
                                    

Kringgg.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Saatnya murid-murid SMA Bakti Darma pulang ke rumahnya masing-masing.

"Din!" Panggil Safira. Yang di panggil menoleh. Dia Dina. Teman sekelas Safira.

"Apaan, Fir?" Tanyanya.

"Lo ke kelas XI IPA 6 dulu gak?" Tanya Safira membuat Dina mengangguk.

"Oke, bareng ya!" Ucap Safira kemudian membereskan barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas.

"Gue tunggu diluar, Fir." Ucap Dina lalu melangkah keluar kelas. Safira menjawabnya hanya dengan anggukkan dan mengangkat ibu jarinya pertanda 'oke'.

Setelah di rasa semuanya beres, tak ada yang tertinggal di meja ataupun laci meja, Safira menggendong tasnya di punggung. Dia pun berjalan mendekati Dila yang sedang menyapu. Hari ini hari senin, kebetulan Dila yang bertugas piket kelas.

"Eh, Dila." Ucap Safira membuat Dila menoleh. "Nyapu ya?" Tanya Safira dengan nada mengejek lengkap dengan alis nya yang dinaik-turunkan bermaksud untuk menggoda Dila.

"Kagak. Ngeronda," Ucap Dila terlihat kesal. "Udah tau nyapu pake nanya."

"Oh, iya juga yah." Safira memberikan jeda pada ucapannya. "Kalo gitu, yang bersih ya! Jangan sampe ada kotoran yang nempel. Sedikit pun. Bhay!" Ucap Safira dengan mengibaskan rambutnya lalu melenggang pergi keluar kelas. Namun sebelum sampai di pintu, dia kembali lagi menoleh pada Dila lantas tertawa. Menurutnya, senang menjahili Dila.

"SIALAN LO, FIR!" Teriak Dila membuat Safira semakin tertawa terbahak-bahak.

"Fir, jadi gak?" Tanya Dina yang tiba-tiba muncul di samping Safira.

"Astaghfirullah," Ucapnya refleks lalu menoleh pada Dina. "Ngagetin aja sih lo, Din. Jadi kok jadi. Yuk." Ucapnya setelah itu mereka berdua jalan beriringan menuju kelas XI IPA 6 yang berada dekat dengan kelas mereka.

Memang dekat. Hanya melewati tiga kelas. Hanya saja, Safira terlalu malas melewati lorong kelas XI IPA 5. Karena menurutnya, di sana menyeramkan. Bukan menyeramkan sih, tapi seperti ramai. Dan dia sangat tidak suka keramaian seperti itu.

Sesampainya di kelas XI IPA 6, Dila segera bertanya pada Aurel, temannya dulu saat kelas X.

"Rel, Michelle masih di dalem gak?" Tanya Safira. Michelle, gadis dengan rambut sebahu itu menoleh. "Oh? Ada kok. Masuk aja." Ucapnya setelah itu melenggang pergi.

Safira pun mengecek ke dalam kelas. Ternyata benar, di sana ada Michelle. Michelle melihatnya. Dia pun segera berjalan menuju Safira.

"Ah, Ira! Lo mau nungguin gue, Ra. Kirain gue kagak." Ucapnya. Tanpa sadar, tangannya di kalungkan di lengan Safira.

"Heh, iya iya," Ucap Safira. Dia pun segera melepaskan tangan Michelle di lengannya. "Gak enak, Chel diliatin orang." Ucapnya membuat Michelle nyengir.

"Hehe, sori, sori. Gue refleks."

"Yaudah ayo balik." Ajak Safira. Tapi, Michelle mencegahnya.

"Tungguin Nesya dulu." Ucapnya membuat Safira mendesah pasrah. Film yang ia nantikan akan segera mulai, dan sudah di pastikan, dia akan terlambat menonton.

Lima menit, Nesya keluar. Mereka bertiga pun berjalan bersama. Sampai di kelas XI IPA 8, ada yang memanggil Michelle.

"Michelle!" Panggil seseorang berambut panjang dengan tinggi yang semampai. Maklum lah, anak paskib.

"Ada apaan, La?" Tanya Michelle pada Layla.

Safira tak mau mendengarkan. Bukan karena acuh, tapi karena dia tak mau di sangka 'menguping' dan memang matanya sedang memandang di sudut tikungan antara lorong kelas XI IPA 8 dengan kelas XII.

I can see youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang