Oiya,kayanya cerita ini nanti ada beberapa chap yang di private, jadi yang belum follow jangan lupa follow ya biar kalian dapet notif kalo misalkan ada update an yang di private.
Selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan jejak.
•••
"Pak Daniel." Suara itu membuat Daniel yang tengah membereskan dokumen dokumen pribadinya menoleh
"Loh zi, ada apa?" Tanyanya sedikit gugup
"Anu pak."
"Hm?"
"Saya mau bilang,masalah kemarin.." zi menunduk, menggigit bibir bawahnya dengan kuat,tidak berani menatap Daniel. Sementara Daniel malah mendekat ke arah zi membuat sedikit memundurkan langkahnya
"Masalah kemarin... anggep aja saya nggak ngomong apa apa, saya terlalu terburu buru, kamu jangan bikin itu jadi sebuah beban, yang pasti saya udah ungkapin perasaan saya. Kamu gak usah jawab dulu sampe kamu siap. Saya belum mau denger jawaban kamu dulu, jangan terlalu dipikirin." Ucap Daniel panjang lebar sambil mengacak acak rambut zi membuat zi membeku seketika di tempat, lidahnya kaku, tidak bisa mengeluarkan kata kata lagi, sementara Daniel hanya tersenyum lalu berbalik menuju keluar ruangan
•••
'Ceklek'
Ruangan kantor Minhyun tiba tiba terbuka, membuat pemilik ruangan sedikit terkejut, siapa yang berani membuka tanpa mengetuk terlebih dahulu
"Yo bang." Menampilkan seorang laki laki yang tengah tersenyum lebar,membuat Minhyun berdecak
"Kirain siapa niel." Balas Minhyun pada Daniel
"Oiya maaf, lupa ngetuk tadi."
"Santai aja." Daniel kemudian duduk di kursi yang ada di depan meja Minhyun
"Kenapa?" Tanya Minhyun pada Daniel, tidak biasanya Daniel datang ke ruangan Minhyun di jam segini, apalagi ini sepertinya bukan perihal kerjaan
"Biasa, masalah cewek." Balas Daniel singkat membuat Minhyun tertawa terbahak bahak
"Heran deh niel, mama tuh udah berkali kali nyuruh kamu nikah, udah bukan waktunya lagi kamu tuh ngegalauin cewek, langsung seriusin. Inget dong abangmu ini udah punya istri sama 4 anak."
"Gak segampang itu bang, dia kayanya masih ragu."
"Udah pdkt?." Tanya Minhyun, Daniel menggeleng
"Gak ada pdkt pdkt an, kemarin aku langsung nembak dia, tapi dia gak jawab apa apa malah pamit pergi." Ucapan Daniel membuat Minhyun menghela nafas
"Hm yaudah gini. Deketin dulu pelan pelan, kalo kamu yakin sama dia, seriusin. Buktiin kalo kamu serius sama dia." Ucap Minhyun yang kemudian dibales anggukan oleh Daniel
"Doain ya bang."
"Selalu kok tenang aja."
•••
Waktu menunjukkan pukul 22.00 namun Minhyun belum juga pulang, membuat Roa cemas. Sementara anak anaknya yang lain sudah berada di kamar masing masing, Roa masih terduduk di sofa ruangan tv, menunggu Minhyun pulang.
Tak lama kemudian,terdengar suara mobil terparkir di depan rumah, membuat Roa bernafas lega
Minhyun masuk dengan wajah sedikit lesu, membuat Roa mengernyit dan menghampiri suaminya
"Kenapa? Hm?" Tanpa di komando, Roa mendekat dan memeluk Minhyun yang masih berbalut setelan jas kantor, Minhyun hanya diam dan membalas pelukan Roa
"Loh, kok badan kamu anget. Kamu demam?." Roa menempelkan tangannya ke arah kening Minhyun, Minhyun hanya mengangguk
"Kok bisa demam? Kamu minum apa tadi? Minum es?" Tanya Roa bertubi tubi. Roa sangat tau pasti Minhyun itu sangat sensitive terhadap es. Minum sedikit saja dia bisa langsung flu
KAMU SEDANG MEMBACA
Warm; Hwang Minhyun
Fanfictionbercerita tentang keluarga kecil dari seorang Hwang Minhyun