<in frame: Hari sehabis mandi>
Aku terbangun oleh suara alarm di kamar hotel yang luas ini, setelah kumatikan alarm tersebut, dengan langkah gontai aku menuju toilet untuk sikat gigi dan mencuci mukaku. Memakai boxer renang aku melangkahkan kakiku menuju kolam renang yang tepat berada di teras hotelku. Meskipun ada fasilitas gym di hotel ini, tapi aku memilih renang di subuh ini untuk tetap menjaga staminaku biar gak kendor.Dingin! Kecoa ngesot pun sudah tahu kalo air kolam di subuh hari pasti amat dingin. Namun bukan Andre kalo nyalinya menciut. Selama berenang, aku menyusun rencanaku untuk hari ini. Tak hanya apa yang harus kulakukan untuk bekerja, tapi juga hal selepas pulang kantor nanti.
Ah, aku jadi ingat semalam, karena hotelku lebih dekat dengan mess pegawai daripada rumah Pak Hansen, seusai makan malam aku menawarkan untuk mengantar Pak Hansen terlebih dahulu, dengan alasan kasihan Hari kalau harus bolak-balik. Jadilah aku dan Hari sempat berdua saja di mobil. Dia beberapa kali melihatku dari kaca spion tengah, saat aku melihatnya balik ia mengalihkan pandangnya.
"Kenapa Har, ada yang salahkah denganku? Apa ada sisa makanan dimukaku?" Aku melihat ke kaca spion tengah dan pura-pura mencari sisa makanan di wajahku.
"A.. Anu Pak Andre, nggak ada sisa makanan kok Pak."
"Oh.. Oke." Aku pun membuka aplikasi trading saham sambil memberinya waktu berpikir.
"Pak Andre,"
"Ya?" kini aku berhenti fokus pada hpku dan melihatnya dari kaca tengah spion."Itu, soal tadi di toilet, saya gak bermaksud Pak. Saya terkejut karena ukuran punya Pak Andre yang besar. Mohon jangan dilaporkan pada Pak Hansen ya Pak."
"Oalah.. Hari kamu itu santai saja sama saya. Saya nya juga ngga peduli. Ngapain juga saya harus ngadu."
"Ma, Makasih Pak."
"Saya udah biasa Har, ya konsekuensi punya penis diatas ukuran rata-rata begitu, saat saya kencing di tempat umum, banyak yang bingung seperti kamu tadi ketika melihat milikku." Kini aku berkilah, dan berjalan dengan baik.Hah.. Capek juga renang pagi ini, kulihat dari jam pintar di pergelangan tanganku, sudah 30 menit aku berenang tanpa henti. Dan Hari sudah meneleponku dua kali. Aku mengambil ponselku lalu meneleponnya sambil jalan menuju kamarku.
"Baik Pak." Tuturnya lalu kututup telpon.
Sesampainya di mobil, dia menyapaku dengan senyum termanis yang ia miliki. Setelah menjemput Pak Hansen dari kediamannya, kami menuju lokasi tambang miliki perusahaan Pak Hansen berada. Waktu berlalu cepat hari ini. Hari dan Pak Hansen izin untuk sholat Jumat, meninggalkan aku sendiri dan beberapa pekerja tambang. Tubuh mereka dipenuhi otot kering dan rata-rata kulit mereka coklat akibat sinar matahari. Aku memperhatikan mereka dari jendela kontainer yang disulap menjadi kantor. Pemandangan yang indah!
Sore hari kamu pulang pukul 5 sore dari lokasi tambang. Pak Hansen mengajakku menikmati seafood di pinggir pantai. Aku dapat menikmati semilir angin. Di tengah makan malam Pak Hansen menyampaikan bahwa besok ia tidak dapat menemaniku karena akan ada acara sunatan anak sulungnya di hari minggu. Ia mengundangku untuk datang ke rumahnya di hari minggu. Ia meminta maaf karena tidak dapat menemaniku, ia menugaskan Hari untuk menemaniku selama akhir pekan. Ini benar-benar mendukung rencanaku!!
"Baik Pak, terimakasih atas makan malamnya. Salam buat keluarga dirumah." Aku melambaikan tangan ketika mengantarkan Pak Hansen ke rumahnya. Seperti malam kemarin, kini tinggal aku berdua dengan Hari. Setelah keluar dari komplek dan memasuki jalanan kota, aku bertanya pada Hari,
"Hari, kamu buru-buru kah malam ini?"
"Tidak Pak, tugas saya hanya mengantarkan Pak Andre. Di mess pun tidak akan ada banyak orang, karena rata-rata akan pulang menemui istri masing-masing."
"Oh, mau temani saya minum?"
"Alkohol Pak? Jam segini sudah tidak banyak diskotik yang buka Pak."