Sore itu matahari mulai bersembunyi di balik gumpalan awan. Hansen berjalan menyusuri ibukota. Bermodalkan secarik kertas ia mencoba mencari suatu alamat. Bukan, bukan tentang alamat palsu yang ia cari, melainkan sebuah tempat dimana ia sudah berjanji dengan Taka-san untuk bertemu. Kakinya melangkah memasuki sebuah komplek ruko, berjalan jauh kedalam. Diantara deretan ruko-ruko yang tampak tak terurus, Hansen menemukan tempat yang ia cari. Hanya sebuah plang bertuliskan "ATLANTIS" tidak ada keterangan lain.
Hansen memasuki tempat yang ia tuju. Seorang pria bertubuh kekar berdiri di balik meja. Hansen membaca papan harga. 150ribu adalah uang yang harus dibayarkan untuk memasuki tempat itu. Selesai membayar, pria itu memberikan handuk dan sebuah kunci. Ia menyibakkan tirai dibelakang ia berdiri, Hansen mengikuti pria itu. Dihadapannya terdapat beberapa deret loker. Pria itu menunjukkan loker Hansen. Dan dia pun bingung, tempat apa ini.
"Hari ini adalah no towel day. Jadi kalo kamu naik ke atas, kamu hanya bisa telanjang, dan handuknya hanya bisa disampirkan di bahumu, paham?"
Pria itu pergi berlalu meninggalkan Hansen. Hansen berdiri bingung. Namun belum usai kebingungannya, sebuah pesan masuk dari Taka San.
Kalau kamu sudah di dalam, naik saja keatas cari jacuzzi. saya di jacuzzi.
Demi bisnis usaha nya lancar. Hansen langsung melucuti pakaiannya. Ia kemudian mencari tangga naik. Hansen terpana, di lantai dua isinya semua pria bertelanjang bulat. Tua, muda, berkumpul jadi satu. Beberapa mencoba menyentuh tubuh Hansen. Namun ia menangkisnya dengan sopan.
Hansen melihat seorang pria bertubuh kekar sedang berdiri di depan tangga. Di dada kirinya ada stiker kertas tertempel bertuliskan "crew". Hansen segera bertanya padanya.
"Mas, jacuzzi di sebelah mana ya?"
Pria itu menuntun Hansen melewati ruangan seperti labirin, namun ruangan itu sangat gelap. Hanya penerangan lampu senter dari crew itu yang membantu Hansen berjalan. Ketika menyusuri labirin, Hansen sempat melihat semua ruangan yang paling terang, ruangan itu disinari empat buah lampu sorot. Tepat di tengah ruangan, terdapat sesuatu bergantung. Tampak seperti ayunan, namun bentuknya cukup aneh.Hansen teringat salah satu film bokep straight bertema bdsm yang pernah ia tonton. Di film itu, seorang wanita mengangkang dan dikelilingi oleh pria2 yang siap mengentot wanita itu. "Tempat apa ini?" Hansen bertanya dalam batinnya. Seakan belum cukup pertanyaan-pertanyaan itu mengelilingi kepalanya, Hansen mendapati calon kolega bisnis nya itu sudah berada di jacuzi dan dikelilingi beberapa pria disekitar.
Pria-pria itu tampak menyentuh tubuh Taka-san, namun dia tak bergeming ataupun menolak. "Kau pasti bertanya-tanya kan?" "Masuklah kesini baru kuberitahu persyaratan yang kumaksud." Pria-pria yang mengerubungi Taka-san tadi mulai menjauhi jacuzzi itu. Hingga hanya ada Taka-san sendiri disana.
Disisi lain, Hansen bisa menerka persyaratan seperti apa yang akan diminta oleh Taka-san. pasti tidak jauh-jauh dari urusan selangkangan kaun sesama jenis. Menjijikkan sekali. Tapi dia kali ini betul-betul butuh bantuan Taka-san. Kalau tidak, tidak hanya perusahaannya akan bangkrut, tapi Hansen dan ayahnya akan mendekam di penjara. Taka-san adalah satu-satunya orang yang mampu membantu Hansen. Sebagai pewaris tunggal, ia harus menyelesaikan hutang-hutang perusahaan keluarga itu.
"Jika kamu menuruti permintaanku, tidak hanya akan terbebas dari likitan hutang, tetapi aku akan menjamin perusahaanmu berkembang dan dapat mengakusisi kompetitor."
Begitu lah bunyi persyaratan dari Taka-san saat mengunjungi perusahaannya dua minggu lalu."Baik, apapun persyaratan itu akan aku penuhi" Apa yang paling buruk? paling dia akan menikmati tubuhku, pikir Hansen.
Tebakannya meleset.
"Kau pernah bersetubuh dengan sesama pria?"
"Saya straight, taka san."
"Bagus. Kontol mu besar?"
"Lumayan, taka san."
"Ah, aku tidak percaya. Buktikan! Buat kontolmu ngaceng dihadapanku."
"Bagaimana caranya? disini tidak ada wanita."
"Bukan urusanku. Persyaratan pertama, aku harus liat kontolmu ketika ngaceng"
Taka san benar-benar mesum, pikir Hansen. Tangan Hansen pun mulai mungurut kontolnya. Mungkin karena sudah tiga hari ia tidak merasakan memek, atau karena sensasi whirpool, tak butuh lama untuk membuatnya ngaceng."Ini sudah tegang, Taka-San"
"Berdiri di hadapanku, biar kulihat."Hansen mengangkat tubuhnya dari air. Kontolnya yang hampir 20cm itu menantang tepat di hadapan Taka-san.
"Kontol yang indah!"
Kedua tangan Taka san memegang pinggul Hansen. Perlahan ia mendorong tubuh Hansen mendekatinya, hingga hanya beberapa senti saja jarak antara bibir Taka san dengan kontol Hansen.
"Mari kita lihat!"
HAP
Taka san membuka mulutnya, dan mulai mengemut kontol Hansen. Hansen tak banyak melawan. Otaknya dipenuhi dengan persetujun dari Taka san untuk bisnisnya.Perlahan tapi pasti, Hansen mulai merasakan sensasi nikmat akibat servis oral yang diberikan Taka san.
"Aghhh... "
Kedua tangan Hansen berada di kepala Taka san, meminta Taka san untuk mengulum kontolnya lebih dalam dan Hansen memepercepat gerakan pinggulnya."Aghhh.. Taka San"
Hansen masih mempercepat entotan kontolnya di mulut Taka San. Saat ia sedang di puncak kenikmatan, Taka San mengeluarkan kontol Hansen dari mulutnya.
"Tidak secepat itu my sexy baby"
"Maksudmu , taka san?"Taka san beranjak dari whirlpool, ditariknya lengan Hansen keluar dari whirlpool, mereka memasuki ruangan gelap, sekarang otak Hansen bingung, apakah ia akan diminta memasukkan kontolnya kedalam lubang pntat taka-san?
"Inilah persyaratan kedua, sebelum kujelaskan, apakah kau siap Hansen?"
Hansen tidak tahu apa yang akan terjadi. Namun inu sudah kepalang tanggung, ia setengah basah. Lebih baik nyemplung sekalian.
"Baik, apapun itu akan kulakukan, Taka san"
"Jangan menyesal dengan pernyataanmu, Hansen. Hahahaha"
(bersambung)
![](https://img.wattpad.com/cover/136057206-288-k511826.jpg)