Sudah dua minggu aku menjalin seks dengan Pak Brama. Dua hari ini dia pulang kampung karena istrinya akan segera melahirkan.
"Ndre, Taka-san memangilmu" Doni yang merupakan sekretaris bosku meneleponku. Segera aku membersihkan sisa makan siangku dan bergegas dari kantin.[Langsung diterjemahkan ke bahasa]
"Andre-san maaf aku memanggilmu mendadak. Begini, aku melihat performamu cukup bagus. Aku berencana meggantikan posisi Hiro-san karena dia akan kembali ke Jepang. Tapi aku akan memberiku tugas terlebih dahulu sebelum itu."
"Maaf Taka-san, tapi saya baru enam bulan disini. Apa itu tidak terlalu terburu-buru."
"Waktu tidak masalah, latar belakang mu sempurna. Andre-san, kamu bisa menyelesaikan magister dalam waktu 4 tahun di China, tak cukup itu saja, di perusahaan sebelumnya, kamu berhasil menjadi account manager dalam waktu kurang dari 5 tahun bahkan disaat kondisi bisnis tidak mendukung. Aku percaya padamu dan yakin kamu bisa menjadi senior manajer yang terbaik."
"Baik kalau begitu menurutmu Taka-san. Lalu apa tugas yang harus kulakukan."
"Aku butuh kamu untuk pergi ke Batam. Disana kamu akan bertugas selama satu bulan. Ada perusahaan lokal yang akan bergabung dengan kita. Dan aku membutuhkanmu untuk mengaudit. Tidak hanya itu, setiap akhir minggu nya kamu harus melaporkan potensi apa yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan nilai perusahaan tersebut. Bisa?"
"Baik kalo begitu Taka-San. Kapan saya harus berangkat?"
"Besok paling pagi. Doni sudah menyiapkan akomodasi termasuk uang perjalanan untukmu selama satu bulan disana."
"Baik Taka-san. Ada lagi?"
"Tidak itu saja. Kamu bisa pulang cepat hari ini jika perlu, Andre-San."
"Baik terima kasih Taka-san."
Apa! Sinting juga bosku satu ini. Sudah memberikan pekerjaan mendadak, lama lagi aku akan disana. Untung saja aku sendiri, jadi tidak repot untuj minta izin keluarga. Oh ya, aku harus infokan Pak Brama.
[whatsapp chat]
"Bram, besok pagi sekali aku harus ke Batam, ada tugas mendadak dari bos."
"Apa? Padahal lusa aku rencananya akan masuk kantor. Aku kangen kamu."
"Kangen diriku atau kontolku?" Godaku pada Bram.
"Dua-duanya!!"
"Ya gimana lagi, ditahan dulu kangennya ya."Aku kembali ke ruanganku. Jam istirahat makan siang sudah usai. Semua karyawan sudah kembali ke meja masing-masing. Dan melanjutkan kerja masing-masing.
Tak terasa jam di layar laptopku sudah menunjukkan pukul 5 sore. Doni menghampiri mejaku,
"Ga cuma maniak seks, ternyata lu maniak kerja juga ya Ndre!"
"Wush, sembarangan lu! Ngapain lu kesini?"
"Nih, tiket pesawat, hotel, dan informasi uang saku lu selama disana."
Aku mengambil berkas dari tangannya. Bagus, ada dapat kursi bisnis, kamar suite, dan uang saku yang menggiurkan.
"Don, ini berlebihan banget."
"Santai aja, itung-itung uang terimakasih."
"Terimakasih?"
"Iya, kalo lu di batam, gue bisa leluasa dientot Taka-san kan?"
"Maksud lu?"
"Iya, gue kan sekarang kucingnya dia. Kenapa lu mau join?"
"Sembarangan lu! Mana mau gue jadi bottom cuma demi karir."
"Yaa lu bisa gabung kapan-kapan kalo lu berubah pikiran Andre-san. Udah ya gue mau balik, bini gue udah di bawah nungguin gue."
"Makasih Doni-san. Salam buat bini lu, yang bener lu jagain hamilnya dia. Jangan sampe katahuan kelakuan bejatnya lu."
"Santai."Doni memang rumit. Dia biseks-bottom. Istrinya sedang hamil anak pertama mereka, tapi tidak pernah bisa tahan ketika melihat kontol apalagi jika orang terebut berkulit putih. Pun cerita hidupnya juga menarik. Tapi next aja lah ya bahas dia.
Keesokan Hari
Ayam bahkan belum berkokok, dan aku sudah tiba di bandara menunggu pesawatku. Segelas kopi berlambang ratu hijau sudah ada di tanganku. Aku sibuk membaca data-data mengenai perusahaan lokal yang akan aku temui di tabletku.Tidak butuh waktu lama dan aku sudah sampai di batam. Keluar dari bandara dengan hanya membawa tas punggung dan rimowa 24 inci. Tak lupa aku membawakan sekotak brownies sebagai buah tangan. Seorang pria bertubuh sedikit gempal berdiri sambil memegang papan yang bertuliskan namaku. Menarik juga orang ini. Tubuhnya sedikit gempal namun tetap tegap. Mungkin kami seumuran atau bisa jadi dia sedikit lebih muda dariku.
"Saya Hari. Ini saja barang-barang Pak Andre?"
"Iya. Kamu bisa bantu bawa koper. Tas dan kantung jinjingan biar aku saja yang bawa Har,"
"Mari Pak, Pak Hansen sudah menunggu dimobil."Setibanya aku didepan Fortuner hitam, seorang pria sudah duduk di kursi tengah. Gila! kenapa supir dan bosnya sama-sama menggairahkan. Meskipun lebih tua dariku, tubuh Pak Hansen tak kalah indahnya dari tubuh Pak Brama. Kulitnya lebih terang, meskipun otot-ototnya tidak terlalu detil, tapi masih enak dilihat bahkan dapat kulihat siluet otot dada dan lengannya dibalik kemeja biru tua yang ia kenakan. Dan janggutnya yang dicukur dengan rapi itu, dia gagah sekali.
"Silahkan Pak Hansen masuk. Har, kita sarapan dulu sebelum ke kantor ya." Senyuman indah terlontar dari Pak Hansen. Hmm, akankah aku dapat menikmati tubuhnya?
Selama di mobil, aku cukup sibuk memeriksa email dari tabletku. Sementara Pak Hansen yang duduk disebelahku, sibuk membolak-balikkan koran. Kami pun sampai di sebuah restoran. Selama sarapan, Pak Hansen menceritakan semua tentang perusahaan keluarga yang ia pegang saat ini. Namun aku menangkap hal lain, dari cara pandangnya, ada yang tak biasa dengan Hari terhadap Pak Hansen. Sorot matanya sangat kukenali. Begitu pun cara dia melihat diriku, meskipun tak seintens dia memandangi bosnya, tapi itu adalah sorot mata PLU. Mungkinkah Hari menyukai gay dan dia tertarik pada Pak Hansen?
Sarapan usai, Pak Hansen mengajakku ke kantornya, mengenalkanku pada pegawainya. Beliau sangat ramah, entah karena tak ingin dicap buruk oleh perusahaan tempatku bekerja atau memang sejatinya dia ramah. Hari ini hari kamis, dan waktu berlalu dengan cepat. Aku duduk tepat didepan Pak Hansen, satu ruangan bersamanya. Baru sehari, tapi wajah Pak Hansen dapat membuat nafsuku meningkat. Tunggu, aku jadi terpikir Hari, apakah dia pernah menyicipi bibir Pak Hansen yang manis ini? Dan diam-diam selama ini apakah dia menyukai atasannya?
Saat makan malam, aku coba memastikan pradugaku. Aku memperhatikan bagaimana Hari menatap dan memperlakukan kami, mulai dari caranya melihat diriku dan Pak Hansen sampai mengambilkan lauk ke piring kami. Meskipun perawakannya jauh dari kata kemayu, tapi beberapa kali ia mencuri pandang melihat diriku dan Pak Hansen. Saat Hari berdiri untuk ke toilet, aku dapat melihat selangkangannya cukup penuh. Kontolnya tercetak dari balik celana.
"Permisi Pak Hansen, saya sepertinya juga perlu buang air kecil. Saya permisi sebentar."
Tanpa disadari Hari, aku mengikutinya ke toilet restoran, saat aku membuka pintu toilet, urinoir hanya tersedia dua, satu sudah diisi oleh Hari. Dan aku berdiri di urinoir sebelahnya. Karena postur tubuhku lebih tinggi, aku dapat melihat kontol Hari di balik urinoir. Dia tidak pipis, melainkan membebaskan kontolnya yang terkengkang di balik celananya selama kami makan malam tadi. Dia tidak menyadari aku memperhatikan kontolnya. Namun dia memang agak canggung dari saat dia menyadari aku berdiri disampingnya.
Terlebih saat aku mundur selangkah, sehingga kontolku yang sedang mengeluarkan air kencing dapat ia lihat. Aku pura-pura membuang muka saat ia mencoba melihat kontolku. Saat aku tiba-tiba menatap balik, ia terkejut dan hanya terdiam karena ketahuan olehku. Beberapa kali dia meneguk ludahnya yang dapat kulihat dari lehernya. Aku hanya memberikan senyum pada Hari. Hari mungkin akan bingung, karena senyuman sejuta arti yang kuberikan padanya. Kami kembali menuju meja makan dalam diam.
Baiklah, sudah kuputuskan. Aku akan mengetesnya!
Yang butuh bahan coli sabar ya, tunggu saja part berikutnya!!
