[DUA] Begin.

71 15 38
                                    

"hei ayolah ini hanya permainan bagaimana?" itu Jimin yang sedang membujuk untuk bermain Truth or Dare, permainan yang kekanakan menurutku. Bel sekolah memang sudah berbunyi beberapa jam yang lalu, dan atas permintaan Ziu yang memohon mohon agar menemaninya melihat Jihoon yang saat ini selesai latihan band untuk festival beberapa hari yang akan datang.

Aku tentu saja malas, aku tidak ada urusannya disini dan parahnhya lagi Sera yang terus menerus menempel pada Jimin membuatku rasanya ingin menjambak rambutnya itu. Bukan, bukannya aku cemburu tentang mereka. Siapa juga yang ingin berpacaran dengan makhluk pendek playboy seperti Jimin.

"Benarkan sayangku Sera?" lanjutunya lagi sera mengangguk patuh tentu saja

Kan sudah kubilang Jimin itu bisanya meluluhkan hati perempuan, buktinya Sera yang kemarin malam mengetuk pintu rumahku menangis di depan pintu dan langsung menerobos masuk ke kamarku yang ingin bercerita kalau Jimin Selingkuh dengan Seulgi hingga jam 2 pagi. Dan lihat sekarang mereka baikan seperti tidak terjadi apa-apa. Satu hal yang kutahu dari seorang Jimin lidahnya berbisa untuk meluluhkan hati perempuan. Menyeramkan sekali.

"Ide bagus, ayo kita refreshing." itu Taehyung

Aku menoleh kearahnhya dengan tatapan malas.

"Tidak, aku harus pulang. Hampir larut." balasku dan mengambil tasku kemudian berdiri

"Ayolah Jea sekali aja ikut yaa." Ziu memohon lagi

"Jaku sekali." Taehyung menimpali

Ini yang Aku tidak suka dengan Taehyung itu dia sangat angkuh dan sombong, sikapnya yang kadang semena-mena membuatku muak. Sok berkuasa

"Bilang saja takut melakukan taruhan." matanya masih mengejek

Hei ayolah Aku tidak ada masalah apapun sebelumnya dengan manusia ini. Dia masih menatapku seperti meremehkan, menyebalkan sekali.

"Ayolah Jea,bermain saja dan biarkan Taehyung tau kalau kau bukan pengecut." Jihoon menyahut dari arah samping Ziu dan tentu saja Ziu sudah senyum senyum memohon.

Mulut mereka tidak ada yang benar, pedas sekali jika bicara.

Mau tak mau aku ikut dan itu merupakan awal neraka bagiku, ditantang Dare oleh Jimin menjadi kekasih seorang Taehyung selama sebulan atau mencium Taehyung sekarang di depan mereka semua.

"apa tidak bisa di ganti."kataku pasrah, siapa yang mau jika Taehyung adalah targetnya, lebih baik jihoon bukan. Wajahnya lebih mengemaskan untuk di tatap.

"Aku tidak mau keduanya." kataku tegas

Ziu dan Sera menatapku memohon, aku tidak ingin tentu saja keduanya merugikanku.

"Baiklah kalau tidak mau, aku punya hukumannya." Jihoon menimpali

"Bagaimana kalau berciuman denganku dan Jimin."katanya final

"Brengsek."

"Baik Aku menerima jadi pacar Taehyung." Cicitku

Bagaimana mungkin aku berciuman dengan Jimin dan Jihoon sedangkan sahabatku menyukai mereka.

Taehyung tersenyum dan menarik tengkuk ku dan dia mengambil ciuman pertamaku. Ini yang kusebut kim brengsek Taehyung.

Sudah cukup lama Aku menunggunya di depan kelas, sesuai dengan perintahnya bukan? Aku ini budak yang pernurut. Dari pada di sebut kekasih bagiku sama saja seperti budak jika kekasihku itu Kim.

Dia berjalan dengan angkuhnya menunjukan smirknya,tebar pesona sudah kuduga.

"Ayo pulang." katanya

Sebenarnya apa maksud dari makhluk ini, kadang baik kadang bersikap dingin, ah benar psikopat berkepribadian ganda.

Aku mengekorinya dari belakang, dia berhenti dan menatapku. Tinggiku hanya sebahu nya dan tentu saja saku mendongak kearahnya.

"Apa?"ucapku sarkas

Dia tidak menjawab melainkan menggengam tanganku dan kami berjalan beriringan.

"Apasih maumu!" ucapku

Hei aku merasa di permainkan oleh makhluk ini.

"Jalanmu lambat, bisa mikir gak? Kalo jalanmu lambat kapan kita sampai."

"Dasar bodoh." katanya menujuk nunjuk dahiku dan dengan ekspresi geramnya

"Duluan saja kalo mau cepat." kataku

Tak~

"Aw, sakit brengsek." dahiku disentil tentu saja aku meringis

"Brengsek itu daftar kata favoritmu ya, astaga tidak bisa di percaya, Kau itu hobi sekali ya mengucapkannya." katanya lagi

"Terserah." aku memutar bola mataku jengah

Ketika sampai teras depan rumah. Terdengar pecahan piring dan suara tamparan.

Aku menghela nafas panjang.

"Tidak-"

"Bolehkah kita pergi saja." ucapku penuh beban memotong ucapan Taehyung.

Taehyung yang tadinya bertanya langsung terdiam, dia menjalankan motornya. Angin sore menyapaku fikiranku masih kalut memikirkan bagaimana kondisi rumah saat ini. Menyakitkan bukan. Ini bukan bagian yang mengerikan ayolah jangan lemah.

"Ayo turun." katanya

Taehyung membawaku di sisi sungai pinggir kota, membantuku melepas helm, memegang tanganku untuk turun dari motor. Dalam hatiku tersenyum setidaknya Tuhan adil masih ada orang yang peduli.

"Kau tau semuanya pada akhirnya akan berakhir bahagia." katanya

Tanganku bertumpu pada sisi pagar di tepi sungai, melihat matahari yang akan tenggelam sebentar lagi, warnaya indah sekali cukup untuk membuat perasaanku sedikit membaik.

"Jea kau tau, semua manusia butuh teman berbagi."

"Dan aku tidak keberatan jika ingin membaginya denganku." ujarnya lagi, Seorang kim taehyung kenapa mendadak menjadi bijak seperti ini. Tunggu kenapa senyumnya itu terlihat manis sekali, tulus sekali.

"Aku tidak perlu di kasihani." kataku sarkas masih dengan pandangan yang lurus kedepan, aku tidak ingin terlihat lemah di depan laki-laki ini. Memalukan. Aku mengerjapkan mata berkali-kali dan mendongak ke atas agar air mataku tidak jatuh.

"Kasihan dengan peduli itu berbeda." jawabnya

"Kau kekasihku, mana ada kekasih yang kasihan dengan kekasihnya, yang ada dia pasti menyayanginya peduli padanya, Kau ini keras kepala sekali." apakah dia seorang aktor, seharusnya dia ikut casting web drama saja gantikan Lee minho .

Aku menoleh kearahnya melihatnya tersenyum dengan begitu tulus, Cih si Kim itu gila ya, mengapa jadi medadak bijak begini. Apa aku salah sudah terlalu berfikir buruk terlalu larut tentangnya, jika di lihat lagi dia itu memang manis dan ya sedikit menggemaskan.

"Jika ingin menangis, menangislah bahu ku ekslusif hanya untuk Nona Jea." katanya diakhiri dengan satu senyuman manis.

Mataku memanas mendengar perkataanya seperti itu ditanbah wajahnya itu tulus sekali.Aku mendekat dan memeluknya, menyembunyikan wajahku didekapannya. Persetan dengan gengsi ataupun itu. Aku hanya tidak ingin dia melihatku menangis. Memalukan sekali nanti kalau dia melihatku menangis.

Tetapi, Bisaku rasakan dagunya bertumpu di kepalaku dan tangannya mendekapku dengan erat.

"Terimakasih." ucapku

Terima kasih itu untuk senja yang begitu adil dan untuk hari ini Kim taehyung. Rasa hangat menjulur ke hatiku.

"kenapa begitu hangat memelukmu seperti ini, seperti dulu di rumah." batinku.




-Blue-

Tbc.

Hir.aethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang