Part 6

246 22 0
                                    

⚠typo banyak

"Eh elu, gue nebeng ya." Ujar Firla bersemangat.

"Naik." Kata lelaki itu, membuat Firla menurut dan segera menaiki motor.

"Lo ngikutin gue ya?" Teriak Firla ditengah-tengah perjalan dan pas sekali ditelinga kanan lelaki itu.

"Gue ga budek! Gausah teriak bisa?" Decaknya kesal.

Firla nyengir menanggapinya. "Yaudah, gue tanya sekali lagi, apa Lo ngikutin gue? Ko bisa berpapasan gini si? Perasaan tadi Lo bilang mau main game." Tanya Firla sedikit mengencangkan suaranya.

"Apa?! Gadenger gue!" Teriak Gema.

"Gajadi! Cepetan dikit jalannya, gue pengen ee." Kata Firla kesal.

Tanpa Firla sadari, Gema sudah tertawa penuh kemenangan dibalik helmnya sambil melihat Firla dalam diam lewat kaca spion nya.

"Thanks ya, Gem. Semoga aja kalo gue disuruh sama mamih, lo bakalan anterin gue kayak gini lagi." Ujar Firla kemudian langsung pergi begitu saja meninggalkan Gema.

"Mamih!!! Ini es krim nya udah dapet, cepetan dimakan nanti keburu cair." Pekik Firla. Pekikan itu ternyata masih bisa terdengar oleh Gema karena dia belum beranjak pergi dari halaman depan rumah Firla.

Ketika Firla sudah masuk kedalam rumahnya, Gema pun segera meluncur kerumahnya kembali.

*****

Firla POV

"Dor."

Seseorang mengagetkanku dengan cara berteriak dan memukul kedua bahuku dari belakang. Akupun menoleh dengan sangat kesal.

"Halo Firla." Sapa perempuan berlesung pipi itu sambil melambaikan tangannya padaku.

"Ih, Tati ganggu aku aja." Kataku dengan sedikit menahan kesal.

Yoii, perempuan itu bernama Tita Narnia. Tapi aku selalu memanggilnya dengan sebutan Tati, gatau juga deh alasan apa yang membuat aku memanggil namanya seperti itu, yang jelas kalau manggil dia Tita itu rada sedikit aneh. Oiya, Tati itu adalah teman bermain ku dari aku berumur 2 tahun, rumah kami juga sangat dekat, hanya melewati 10 rumah saja dan setelah itu ada perempatan belok kiri dekat masjid lurus terus sampe deh dirumahnya pak Sagus, RT dikampung ku. Hehehe bercanda, rumah aku dan rumah Tati itu bersebelahan tau dan kami juga sangat begitu dekat.

Selain teman bermain, Tati juga sudah kuanggap seperti kakak ku karena umur kami beda setahun. Aku kelas 2 dan dia kelas 3 selain. Jadi, itu sebabnya setiap aku berbicara dengannya selalu memakai kata 'aku' dan 'kamu'. Pernah aku memanggilnya dengan sebutan kakak, namun dia menolaknya karena merasa risih, yasudah aku tidak lagi menyebutnya dengan embel-embel kakak.

Satu hal yang ingin aku ceritakan dari namanya yaitu, aku selalu terbahak jika mengingat nama belakangnya yaitu Narnia. Setahuku itu nama film holywood yang ditayangkan bukan pada tahun 73, tapi mengapa kedua orang tua Tati bisa-bisanya memberi nama Narnia pada nama belakang anak nya tanpa tahu arti dari kata tersebut lagi?Ah... ada-ada saja.

"Lagi mikirin apa si emangnya?" Tanya Tita, ia duduk disebelahku.

"Lagi mikirin cogan." Ungkapku.

"Wahh, cogan mana nih? Memangnya dikelas mu ada cogannya ya?"

"Boro-boro, meskipun jumlah cowok dikelas ku itu lebih banyak dibandingkan dengan jumlah ceweknya, tapi gaada satupun cowok yang bisa dibilang ganteng. Huh, nyebelin." Ocehku sampai-sampai air liurku muncrat dan mengenai hidung Tita.

"Aduh ludah mu itu kena hidungku." Ketus Tita.

"Hehehe maaf, saking kesalnya tauk."

Tita mengelap ludah dihidungnya. Kemudian kembali lagi membicarakan topik tadi.

"Masa sih? Setahuku dikelas mu ada yang ganteng nya juga. Siapa itu namanya? Duh aku lupa." Ucap Tita sambil mencoba mengingat-ingat nama orang yang dimaksud.

"Yang suka main game dikelasmu! Nah itu!" Sambung Tita.

"Oh Gema?" Tebakku dengan wajah datar.

Tita mengangguk "Iya itu namanya."

"Cowok kayak gitu kamu bilang ganteng? Matamu itu kayak nya katarak, heloww lihat tuh dikelas 10 IPA 1 banyak berondong yang masih pada seger, coba aja kalo aku boleh pindah kelas, aku bakalan pindah lagi ke kelas satu dan bergabung sama mereka para cogan." Kataku berangan-angan sambil tersenyum.

Tita memukul kepalaku agak keras hingga aku memekik sakit. "Auuu." Aku mengusap kasar kepalaku dan berdecak menatap Tita.

"Kamu tuh ngeselin banget si Tati."

"Lagian bilang seperti itu. Ketahuan mamihmu dicekek tuh leher."

Aku yang mendengarnya bergidik ngeri, membayangkan nya saja sudah membuat ku gelisah.

"Ahh sudahlah, aku kan tadi bilang coba aja bisa pindah. Huh, makanya dengarkan baik-baik." Bela ku, dengan kedua tangan yang sengaja aku lipat di dada.

"Oiya Fir, soal Gema, apa kamu ga tertarik sama dia? Menurut ku, dia itu punya karismatik tersendiri loh yang bikin cewek pada klepek-klepek."

Haduh kenapa jadi ngomongin si Bogem si? Batinku.

Aku memegang kedua bahu Tati dan menatapnya. "Tati, aku tegaskan kan ya, sebaiknya kamu periksa tuh mata biar bisa lebih jelas ngebedain mana yang ganteng dan mana yang jel... eh gitu deh pokoknya."

"Ah... Terserahlah kamu mau ngomong apa? Yang jelas Gema itu ganteng, teman-teman ku juga selalu membicarakan dirinya."

Aku berhenti memegang bahu Tati.

Wah, si Gema populer juga ternyata. Tapi kenapa dia malah nembak gue? Sedangkan cewek dikelas Tati juga banyak yang lebih cantik darinya. Batinku heran.

"Jangan berbohong Tati."

"Aku ga berbohong Firla."

"Kalau kamu ga percaya, lihat aja besok pagi ketika Gema lewat kelasku. Pasti cewek-cewek pada ngomongin dia. Kalo benar cewek itu pada ngeliatin Gema, kamu traktir aku ya" Tantang Tita dengan berani padaku.

"Dih ogah." Tolakku.

Apa dia gatau kalo aku itu adalah pacarnya Gema? Huh hampir lupa, aku kan belum cerita sama Tati kalo aku udah jadian sama Gema.

Tapi apa reaksi Tati ya kalo aku bilang padanya tentang hubungan aku sama Gema? Apa dia bakalan histeris atau biasa aja?

"Mmm, Tati." Panggil ku.

"Apa?"

"Kalo aku bilang Gema itu pacar ku gimana?" Ucapku dengan hati-hati.

Tati tertawa ngakak mendengar aku bicara begitu. Ih kesel banget, aku masukin batu itu mulut tahu rasa.

"Kamu lucu banget. Mana mau Gema sama kamu? Hahaha." Ujar Tita sambil mengusap air matanya karena tertawa yang berlebihan.

"Aku serius loh." Kataku kesal.

Tita mengehentikan tawanya. "Setahuku Gema itu tipe cowok yang pendiem deh, mana mungkin dia nyatain perasaannya ke kamu yang tampangnya pas-pasan. Hahaha" Ejek Tita kembali lagi tertawa.

"Nyebelin banget si! Awas aja ya, kalo kamu sampai tau Gema itu pacarku jangan cemburu!" Tegas ku. Lalu pergi meninggalkan Tita.

Sampai dipintu kelas, ketika aku masuk pas sekali aku berpapasan dengan Gema. Dia sempat menoleh padaku, namun hanya sekilas dan kembali lagi melanjutkan jalannya.

"Nyebelin banget!" Gumam ku seraya menghentakkan kaki pada lantai.


Tbc.

Halo! Jangan lupa buat vote, coment, share dan add to your reading list ya. Gomawo😘

Awkward CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang