Amethyst

83 13 0
                                    

 Tangan itu terarah padaku. Dia menawarkan padaku apa yang aku dambakan sejak entah kapan aku sudah tak mengingatnya. Surai emasnya tak pernah kulupakan, iris amethyst-nya selalu membayangiku.

Dialah yang memberikanku...

Tempat tinggal...

.

.

Lacie14

By T.F.Z (HananamiHanajima)

.

.

Hari ini aku kembali berada di bawah pohon rimbun, menunggu seseorang yang sedang ada urusan di bangunan tingkat tiga tersebut. Dengan membawa jas panjang coklat muda yang terlipat rapih di lengan kananku. Sejuknya angin menerpa kulitku.

Dibawah bayangan pohon ku setia menunggunya. Kucoba bersender pada batang pohon, menghilangkan lelah yang kudapat dari kegiatan melempar koran tiap pagi yang sudah menjadi pekerjaanku. Haha, aku memang sudah bekerja walau umurku baru 13 tahun. Setidaknya, aku mencoba mengembalikan kebaikan orang yang kutunggu walau tak sepadan.

"Hiya. Sudah lama menunggu?"

Akhirnya suaranya kudengar. Aku langsung menghampirinya, memberikan jasnya. Ia berganti yang tadinya hanyalah jas hitam sepaha menjadi jas coklat muda panjang sebetis yang tadi kubawa. Walau sudah kuserahkan jasnya, tanganku belum kosong lantaran bawaan tergantikan dengan jas hitam tersebut. "Bagaiman rapat hari ini?" tanyaku sopan.

"Ohohoho. Tentu saja baik." tawanya puas. Aku tersenyum lega melihatnya bahagia seperti itu.

Dia pekerja baru di gedung itu. 26 tahun, baru setengah bulan bekerja. Dialah yang memberikanku tempat tinggal... dia yang memungutku. Dia Ilmuwan yang pintar, lulusan kumlaud dari universitasnya.

"Kau juga, apa kau tidak lelah menungguku sehabis mengantar koran?" tanyanya dengan senyuman yang lembut. "Ah, tidak." kataku malu, meremas celana pendekku. Dia tertawa geli melihat tindakanku.

Kami berjalan berdampingan menuju rumah Ilmuwan itu. Dia terus bercerita tentang apa apa yang ia lalui di kantor. Memang seperti itulah dia. Dia akan bercerita hingga kami sampai di rumah. Walau begitu, di dalam rumah dia juga masih bercerita panjang. Aku suka mendengar ceritanya.

Tiba tiba, dia memajang wajah serius. Dia ingin menceritakan padaku tentang hasil dari rapat yang ia hadiri hari ini.

"Ada apa, tuan?"

"Aduh, sudah kubilang panggil saja kakak, tapi..." dia kembali diam.

"...?"

"Aku mengusulkan penemuan listrik aman dan tak terbatas. Apakah hal itu lucu?" tanyanya.

"Tentu tidak. Jika benda itu memang benar benar ada maka, manusia sangat terbantu. Manusia kan bergantung dengan listrik juga."

"Saat kuucapkan hal itu... peserta rapat seperti mengejekku. Tapi, Pak Kepala bilang, ia akan menjanjikan lima kali lipat dari dana pembuatan penemuan itu kepadaku jika aku berhasil mewujudkan alat itu. Tawaran yang menarik bukan?"

"Lima kali lipat?!" kagetku.

"Ya. Dan aku ingin kau membantuku. Boleh kan?"

"Tentu saja. Apa saja yang anda minta. Saya belum bisa membalas kebaikan anda sepeserpun."

"Sudahlah tak usah begitu. Ini takdir. Melihat orang sangat kelaparan tetapi berpikir dua kali untuk mencuri, bukankah dia anak yang baik? Anak baik akan mendapatkan balasan yang jauh lebih baik. Dan itu ternyata melaluiku. Kau mendapatkan tempat tinggal yang nyaman sekarang. Kalau mau berterimaksih, berterimakasihlah pada Tuhan."

Aku hanya membalas dengan senyuman. Dalam hati aku berdoa yang terbaik bagi Ilmuwan yang sangat baik itu.

"Nah, sekarang... kita tinggal melanjutkan apa yang ada."

Aku memiringkan kepalaku. Melanjutkan? Melanjutkan apa? Dia mengerti keherananku. Dengan seringainya dia menuntunku memasuki sebuah ruangan yang kuketahui sebagai "Ruang Penelitian"-nya.

Dan benar saja. Baru selangkah memasuki ruangan itu, bau bahan bahan kimia menusuk hidungku. Ilmuwan meminta maaf atas ketidaknyamanannya. Dia terus menuntunku memasuki ruangan tak berpintu namun bertirai merah. Disibakkannya tirai itu, menunjukkan meja besar dengan benda aneh ditengahnya.

Dia menjelaskan bahwa ia telah merancang alat ini semenjak ia memasuki universitas. Karena berbagai kesibukan yang ada, perkembangannya menjadi sangat lambat. Ia pernah bercerita bahwa cita citanya ingin menjadi penemu terkenal yang membuat penemuan penemuan berguna bagi manusia dibidang kelistrikkan. Mulia bukan?

Dia mengaku rancangannya selama bertahun tahun ini masih kurang pas. Dan karena sekarang ia harus menyelesaikan penemuan perdananya secepat mungkin, dia memintaku menjadi Asistennya. Pekerjaannya adalah mencatat rancangan yang sudah benar setelah melewati tes tes tertentu. Tentu saja aku menyutujuinya.

Aku membantunya mengeluarkan alat belum jadi tersebut ke ruang tengah. Ia melihat sekali lagi rancangannya. Menurutku dia tersenyum nostalgia melihatnya.

~(~.~)~

"Selamat pagi. Ya? Oh tentu. Ada, Ada. Iya siap. Kau bisa mengambilnya dua minggu setelah pemesanan. Terima kasih telah berlangganan."

Seorang pria menutup telponnya. Ia kembali melanjutkan aktifitasnya. Mulutnya berkomat kamit membaca label label dari raknya. Ia ambil sebuah dari masing masing laci dengan label tertentu di raknya. Setelah itu ia data ulang di mejanya.

Dengan puas ia yakin tak ada barang yang ketinggalan. Note merahnya terbuka lantaran tersenggol tangan besarnya. Ia mengambilnya, melihatnya intensif dan seketika kaget. Ia kembali membaca list pesanan langganannya dengan seksama. Dengan kesal ia menepuk dahinya.

.

.

.

Hewwo hewwo... bagaimana? Disini terbuka bagi review, flame, kritik, apalah itu wkwkwkwkwk. Baru punya wattpad dan caw publish hehe, jadi mohon bantuannya ya pembaca sekalian (>///<)b... ini asalnya cerpen yang saya buat waktu lomba, jadi saya edit edit dikit untuk pemotongan chapternya... jadi kalau pemotongannya gaje maap ya hehe...

Lacie14Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang