Setibanya Raina di rumah barunya, dia langsung membersihkan rumah tersebut bersama Ibunya. Rumah ini tidak terlalu kotor dan besar, hanya saja barang Raina yang terlampau banyak membuat rumah ini terlihat sempit.
Contohnya saja kamarnya. Disudut kanan ruangan terletak lemari bajunya, di samping lemari tersebut ada lemari buku. Di sudut kiri terdapat kasur kecil yang hanya memuat satu orang saja. Raina menghela napas kasar. Dimana dia harus meletakkan kaca dan meja rias kalau ruangan ini saja sudah penuh dengan 3 benda. Belum lagi kasurnya yang kecil, tidak sama seperti kasurnya yang di rumah lamanya.
"Udah Mama bilang, jangan bawa semua barang kamu. Kamunya sih, ngeyel!" teriak Rita di dapur sana. Dia melihat putrinya kebingungan di depan kamarnya.
"Ma, meja rias Raina mau di tarok dimana? Masa kecil gini sih, kamar Raina." Raina berkacak pinggang di depan pintu.
"Tarok di gudang aja sana! Dari pada kamu kesempitan di dalam kamar."
"Mama. . . "
Dengan di bantu oleh Rita, Raina mendorong meja riasnya ke gudang. Gudangnya terletak di samping rumah, jadi butuh tenaga besar untuk mendorongnya.
Raina menepuk tangannya. Debu bertebaran dimana-mana. Kalau sudah begini, Raina pasti akan —
Hatchim!
"Keluar sana, trus cuci tangan kamu! Mama gak bisa beliin kamu obat kalo kamu sakit nanti."
"Jahat,"
Raina memiliki alergi terhadap debu. Ketika dia tidak sengaja menghirup debu, seketika Raina akan bersin berkali-kali. Setelah itu Raina akan ingusan, kemudian batuk, dan pada akhirnya dia demam tinggi. Siklusnya memang selalu begitu. Terkadang Aryo —Papa Raina— selalu menyediakan obat di rumah, bila mendadak Raina sakit, bisa langsung diberikannya obat tersebut.
Raina langsung berlari menuju kamar mandi. Di rumah ini hanya memiliki satu kamar mandi, yaitu hanya di dapur saja. Jadi kalau malam-malam Raina hendak ke kamar mandi, dia harus pergi ke dapur. Raina bergindik ngeri.
Raina kembali ke kamarnya. Mungkin dia harus istirahat terlebih dahulu agar penyakit bersin-bersinnya tidak berkembang menjadi ingusan.
Tapi, baru beberapa detik Raina berbaring di kasurnya, tiba-tiba saja ponselnya bergetar tanda pesan masuk.
Gusti💖
Rain, bisa ketemuan di taman biasa? Ada yg mau aku omongin sama kamu
19.48
Tanpa menunggu lama, Raina langsung bangkit dari tempat tidurnya dan langsung berganti pakaian. Sudah lama dia tidak bertemu dengan pacarnya ini.
Tapi, emang apa yang mau di bicarain Gusti?
Raina menggeleng. Bukan saatnya Raina berpikiran buruk. Toh, yang penting kan ketemu sama Gusti.
"Aduh, kangennya sama Gusti aku!"
"Mau kemana kamu, Raina? Udah selesai bersih-bersihnya?" Tanya Rita dari pintu dapur sana.
Sambil memasang sepatunya, Raina menjawab, "mau ketemuan sama Gusti, Ma. Raina pamit dulu, ya! Sebelum jam 9 Raina pulang! Dadah!" Kemudian Raina berlari menuju keluar. Rita hanya mengangguk, dia mengerti keadaan Raina saat ini.
🌻🌻🌻
Sesampainya di taman, Raina melihat ke sana kemari. Mencari sosok laki-laki tinggi dengan rambut pendek itu. Setelah mendapatkannya, Raina langsung berlari ke arah laki-laki tersebut.
![](https://img.wattpad.com/cover/141275821-288-k534132.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Folowers
Roman pour AdolescentsHidup Raina berubah 180 derajat setelah perceraian orang tuanya. Belum lagi karena putus dengan pacarnya yang tanpa alasan itu. Semuanya semakin rumit. Kehidupan Raina terasa semakin pahit. Tapi Raina percaya, jika suatu hari nanti dia akan mendapa...