1. Wadah

63 9 0
                                    

-12 Januari 1990-

Brrr.. Tritikkk tritikkk tritikk

Suara hujan saat itu sangatlah lebat, mungkin kalau kamu menyanyi dengan suara sopran maupun tenor pun gak akan terdengar dengan radius sekitar 100 meter karena saking derasnya hujan saat itu.

"Bapak Tony, dengan nomor kamar A-10 atas nama istri Bu Sarah silahkan memasukki kamar bersalin.. Sekali lagi, atas nama bapak Tony dengan nomor kamar A-10 atas nama istri Bu Sarah silahkan memasukki kamar bersalin."

Dengan sigap dan hati yang deg-degan mungkin, pak Tony memasukki kamar bersalin.

"Selamat malam, dokter. Bagaimana keadaan istri saya? Apa semua berjalan sesuai perkiraan dokter?", tanya pak Tony.

Dokter dengan sikap wibawa menjawab, "Syukurlah, istri bapak tuntas melahirkan meski harus mengalami sedikit gangguan sehingga istri bapak melahirkan dengan kesulitan, hal itu membuat kami harus melaksanakan operasi kecil untuk istri bapak."

"Lah? Terus anak saya, gimana?" Hatinya semakin berdebar-debar ketika mendengar ucapan dokter itu.

"Untuk saat ini, saya masih belum bisa memastikan keadaan anak bapak. Karena ada sesuatu yang dalam tanda kutip, berbeda pak.. Dan kami masih berusaha semaksimal mungkin untuk mengusahakan keselamatan anak bapak." Jawab dokter itu yang nampaknya tenang.

Pak Tony bangkit dari kursinya dan menarik kerah jas kerja dokter itu,

"Apa maksudmu mengusahakan keselamatan?!! Apa yang terjadi sama anakku?!! Sekali lagi kamu bilang ada ancaman yang mengancam anak saya, tidak segan-segan saya akan melaporkan kamu ke pihak yang berwajib, dengar kamu??!!", bentak pak Tony.

Dengan sedikit ketakutan, perawat disitu mencoba meredakan dan menahan pak Tony, tapi saking panas hatinya sudah meluap-luap, dihempaskannya perawat-perawat yang mencoba menghentikannya seakan-akan pak Tony lebih kuat dari sebelumnya. Setelah menghempas perawat-perawat itu, pak Tony memukul pelipis dokter itu.

Bukk!

 Karena shock dan sedikit kesakitan dengan reaksi suami pasien yang ia tangani, dokter yang masih dalam genggaman pak Tony dengan reflek menendang perut pak Tony hingga terpental ke belakang.

Bangg!

Pak Tonypun terhempas ke tembok dan sempat pingsan sementara. Dengan keadaan itu, salah satu perawat di situ menghampiri dokter itu,

"Pak Dika, bapak baik-baik saja? Saya ambilkan obat sama es batu, ya pak.. Kepala bapak memar", pinta perawat itu.

"Iya-iya.. Di laci meja itu, ada obat pereda nyeri sama di lemari freezer itu ada es batu, tolong bawa ke sini."

Perawat itu berjalan dan mengambil yang dipinta dokter Dika sembari berkata,

"Pak, kami adukan pada atasan rumah sakit ya? Kalau perlu kami panggil security biar mengusir bapak ini. Kalau dibiarkan, kita akan kena masalah, Pak."

"Jangan! Sekalipun jangan. Nanti malah tidak sesuai ekspetasi kita, bahkan buruknya kita bisa dipecat karena dianggap menggunakan kata yang tidak pantas pada pasien. Sudah bagus pasien lain tidak mendengar kegaduhan yang terjadi, jangan sampai ada yang tahu tentang hal ini atau kita terkena masalah", tegas dokter itu.

"Tapi, Pak.."

"Sudah, urusan itu biar aku yang mengurusnya, sekarang tolong kamu bereskan kegaduhan di sini dan taruh pak Tony di ranjang sebelah istrinya.. Oh ya, tolong juga tambahkan sedikit bius ke istrinya, beruntung dia tidak bangun.. Mungkin efek biusnya masih kuat", kata dokter itu.

ImperfectWhere stories live. Discover now