1

112 8 3
                                    

"Inikah sumber kebahagiaanmu?
Membuatku bahagia, dan akhirnya kau sendiri yang membiarkanku merasakan luka."-Silvia
--

Setelah hari itu, rasanya semua terasa menyedihkan. Ketika sebuah janji yang selama ini mengikat kita, kau putuskan begitu saja. Begitu mudahkah kau melepaskanku? Sudah tidak pantaskah aku menjadi bagian dari dirimu? Apa yang kau lihat dari sosok penggantiku? Sampai pandanganmu berpaling dari diriku. Bagaimana dengan mimpiku, yang tak lain adalah dirimu? Tegakah kau meruntuhkannya? Meruntuhkan semua mimpi yang sudah ku bangun selama tiga tahun ini? Jujur, aku lelah bertahan dengan banyaknya pertanyaan yang menyedihkan.
Inikah sumber kebahagianmu? Membuatku bahagia, dan akhirnya kau sendiri yang membiarkanku merasakan luka.

Jika iya, selamat atas kebahagiaan yang berhasil kau dapat.

--

"Dia bilang, dia sudah punya yang lain lii. Dia sudah benar² tidak mencintaiku lagi," kata Silvia Rabani Syakila,seorang remaja Cantik dengan pipi chubby dan senyuman manisnya. Namun, tidak untuk beberapa hari terakhir ini.

Dia terlihat sedang duduk bersimpuh di aula sekolah, menyembunyikan wajahnya di pangkuan sahabatnya--prisilia RiskiKela Yolanda (panggil aja lia) ,sambil menangis bersedu sedu.
Dua hari lalu, kekasihnya yang sekarang telah menjadi mantan kekasihnya baru saja memutuskannya. Cinta yang sudah terjalin selama tiga tahun,sekarang hanya menjadi kenangan. Kenangan yang masih selalu terbayang di fikiran Silvia.

Menyakitkan. Bagaimana tidak? Tiga tahun mereka menjalani hubungan, melewati semuanya berdua, menciptakan kenangan indah bersama,tiba² saja mantan kekasihnya--Miftah Rayhandika, meminta dia untuk berhenti mencintainya.
Dan baru tadi pagi, ketika Silvia menemuinya,mencoba memperbaiki semuanya,dia malah mengatakan bahwa dia sudah memiliki peganti Silvia. Begitu cepatkah?

"Siapa wanita itu? Apa dia yang udah buat mutusin aku?" tanya Silvia menatap miftah penuh kebencian.

"Kamu ngga perlu tahu,"jawab Miftah singkat,tak berani menatap Silvia.

"Sudah Sil, jangan terlalu larut dalam kesedihan. Mungkin ini rencana terbaik Allah  untuk kamu. Allah itu ingin ngasih tau kamu, kalau Miftah itu ngga setia seperti apa yang kamu fikir selama ini. Alhamdulillah kamu tahu sekarang, coba kalau ngga, pasti akan semakin sakit kan? "ujar Prisilia mencoba menenangkan sahabatnya itu. Lima tahun bersahabat,Silvia selalu melihat prisilia bagai calon bidadari syurga. Cantik, baik, sholehah,hatinya lembut, dan setiap perkataannya selalu menenangkan. Jilbab syar'i yang menutup kepalanya,menambah anggun dirinya.

Tapi lii, kita udah pacaran selama tiga tahun. Apa semuanya selama ini ngga penting buat dia? "

"Coba deh Sil,kamu pernah ngga sih berpikir kalau setiap kali kita merasa sakit hati karena berharap pada seseorang, itu tuuh bentuk rasa cemburu Allah kepada kita? Allah tuu cemburu karena makhluk-Nya berharap kepada selain dia."

Silvia terdiam mencoba mencerna perkataan Lia. Ia mulai berfikir, bahwa perkataan Lia ada benarnya juga. Selama ini, dia terlalu sibuk berharap pada seseorang hingga dia lupa bahwa Allah lah seharusnya tempat dia berharap. Hanya Allah lah yang selalu memberinya kebahagiaan tanpa menerima imbalan, dan juga hanya dialah yang memberikan janji tanpa harus memberikan luka.

Prisilia mengusap air mata yang terus mengucur membasahi pipi sahabatnya. Perlahan, senyum berhasil sedikit menarik pipi chubby Silvia. Prisilia pun membalas senyuman sahabatnya itu.

"Oiya, kamu mau bantuin aku ngga?"tanya Prisilia sedikit membangkitkan suasana. Silvia dengan matanya yang masih  sembab, mengangkat kedua alisnya,bertanya.

"Sepupu aku, lusa dia mau pindah ke sekolah ini. Dia pindahan dari pondok pesantren. Nah, aku di suruh ummi buat nge bantuin dia nyiapin segala keperluannya. Besok dia minta aku buat temenin dia beli seragam di koperasi sekolah. Kamu mau ya temenin aku? Soalnya kalau cuma berdua kan ngga baik, lagi pula rasanya sedikit canggung dan malu. Apalagi,kita sebelumnya jarang sekali ketemu, jadi belum terlalu akrab."

"Cowo? " tanya Silvia. Suaranya terdengar serak karena dari tadi dia hanya menangis.

"Iya. Dia satu tahun lebih tua dari kita, namanya kak Reza Al-Hafidz.

Silvia memutar bola matanya, memikirkan permintaan Prisilia. Akhirnya dia mengangguk mau.

-

CINTAKU MEMILIH DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang