Awal

11 2 0
                                        

*Sebelum yang terjadi di prolog*
(Jovanka P.o.v)

Kala itu, aku melihat seorang anak turun dari kendaraan yang di tumpanginya. Ia seorang anak laki-laki. Aku memperhatikan orang-orang yang sedang menurunkan barang-barang dari mobil itu.
Apakah akhirnya rumah Nathan akan ada penghuni baru? Pikir ku.

Ya dan memang benar. Setelah beberapa hari berlalu. Aku melihatnya di taman komplek, saat itu aku yang masih berusia 5 tahun datang menghampiri anak lelaki berusia 4 tahun yang sedang menangis.

"Hey, kamu tidak apa-apa?" tanya aku si bocah berumur 5 tahun.

"huhuhu ice cleam ku jatuh, lalu seseorang dengan sengaja menginjaknya. Hiks... Aku ingin ice cleam ku" jawab anak itu dengan lidah yang cadel dan ia semakin menangis dengan kencang, membuat diriku merasa kasihan dengannya.

Lalu aku merogoh kantung celana ku dana menemukan uang selembaran 10.000.

"Sudah jangan menangis, ayo kita beli lagi ice cleam nya. Tapi kamu halus belhenti nangisnya. Oke?" ucapku sembari mengancungkan jari kelingking ku, ia hanya menatapku heran.
Dengan masih sesenggukan ia juga mengancungkan jari kelingkingnya dan mengaitkan pada kelingking ku.

"Kalau kata kakakku ini namanya pinky plomise" ucap anak itu, rupanya tangisan dan sesenggukannya sudah berhenti.

"Iya abangku juga bilang begitu"

Lalu kita sama-sama berdiri dan berjalan menuju abang penjual Ice Cream. Setelah membelinya, karena aku belum mengetahui namanya, akupun bertanya namanya.

"Oh iya nama kamu siapa?" tanyaku

"Namaku Liam aku umul 4 tahun. Kalau kamu?" ia menjawab dengan lengkap padahal aku hanya bertanya nama saja.

"Aku Jovanka umulku 5 tahun" ia mengangguki ucapanku, kami berjalan menuju tengah taman untuk duduk kursi yang tersedia.

Aku penasaran apakah ia tinggal bersama orangtuanya atau tidak?

"Liam, kamu tinggal sama siapa di lumah?"

"Aku hanya tinggal sama mama, papa aku tinggal di lual kota jauh dali aku sama mama sama kakak aku. Emang kamu tinggal sama siapa?"

"Aku cuma tinggal sama abang dan bibi" ujarku dengan lesu

"Memangnya mama papa kamu kemana? Udah meninggal?"

"Mama papa masih ada tapi jauh sekali dali aku dan abang. Papa dan mama kelja di lual negeli"

"Tenang aja kamu bisa pinjam mama aku, kalau kamu kangen sama mama dan papa kamu" ucapnya dengan nada yang polos

"Ah engga mau, mama kamu kan beda sama mama aku"

"Ih gapapa tau, nanti kita jadi punya mama belsama"

Aku hanya mengangguki saja ucapannya, lalu kami terdiam dan terus memakan ice cream kami sampai seseorang memanggilnya.

"Liam, kata mami pulang sudah mau malam"

"Iya kakak" lalu ia menatapku "Jova, aku pulang dulu ya. Besok-besok kita main lagi. Dadah" lalu ia pergi sambil melambaikan tangan kecilnya

"Dadah" aku membalas lambaian tangannya.

🍩

Kami selalu bermain bersama, hingga aku mulai memasuki SD lalu dia juga bersekolah di tempat yang sama denganku. Walaupun kami berbeda satu tahun dan kelas kami yang lumayan jauh terpisah, kami tetap saling mengunjungi satu sama lain. Entah itu terkadang aku yang mendatanginya atau dia yang mendatangi ku. Meskipun terkadang kami juga bermain dengan teman sekelas kami. Tapi kami tetap meluangkan waktu untuk bermain bersama.

🍕


Tetapi kami harus berpisah pada saat aku akan menduduki bangku SMP, karena papa dan mama ku meminta kami pindah dari Bogor ke Jakarta. Katanya papa dan mama akan kembali ke Indonesia tapi mereka harus tinggal di Jakarta tidak bisa tinggal di Bogor. Dengan hati yang sedih aku berpamitan pada Liam, Liam tidak mau aku pergi. Tetapi abang dan bibiku menarik lepas aku dan Liam. Hingga di dalan perjalanan menuju Jakarta, aku masih menangis dan tidak mau berbicara pada siapapun.

Dengan bermodalkan handphone yang belum canggih pada saat itu, aku menghubunginya melalui SMS dan memberikan alamat dimana aku tinggal, dengan berharap Liam bisa mengunjungi ku yang ada di Jakarta.

Aku bersekolah di salah satu SMP negeri yang ada di Jakarta. Aku masih berhubungan dengan Liam. Sampai saat aku sudah libur semester. Aku mencoba menghubunginya, yang aku dapati dengan nomor yang sudah tidak aktif, saat itu aku berfikir secara positive mungkin ia lupa men-charge ponselnya. Tetapi sampai liburan usai ia tidak juga dapat di hubungi. Aku sangat sedih.

Setelah memasuki kelas 2 SMP aku mulai melupakan kesedihanku, aku mempunyai teman yang banyak. Dan mulai menyukai temen sekelas ataupun kakak kelasku. Dan aku mulai melupakan Liam, tapi tidak sepenuhnya lupa.

Memasuki kelas 3 SMP, orangtua ku kembali ke Indonesia. Tetapi hanya papa saja yang selalu bekerja, sedangkan mama melanjutkan kembali menjadi ibu rumah tangga.
Kami kembali menjadi keluarga yang lengkap.

Suatu hari, sepulang aku dari sekolah bersama teman-temanku yang lain, kami pergi ke sebuah mall yang ada di daerah Jakarta Pusat. Aku dan teman-temanku pergi berbelanja kebutuhan tugas kami. Sampai kami lelah, kami pergi ke restaurant Jepang yang ada di sana. Dan mataku tidak sengaja menangkap seorang yang aku kenali dari kecil, tetapi dia bersama seorang perempuan yang tidak ku kenali. Karena aku sangat ingat wujud kakak perempuan yang Liam miliki. Mereka begitu mesra, dengan sang perempuan yang menyender di pundak Liam dan Liam mengusap rambut sang perempuan -hal yang selalu Liam lakukan terhadapku, jika aku sedang sedih- di saat itu juga hatiku hancur melihatnya, aku sangat sedih mendapati dia sudah memiliki pacar dan melupakan aku yang pernah ia janjikan akan menjadikanku pacarnya

*saat itu kami sedang beristirahat di taman dekat komplek kami. Aku selalu menyenderkan kepala ku jika aku lelah, dan Liam dengan lembut selalu mengelus rambutku. Hingga terkadang aku tertidur. Tapi saat itu aku tidak tidur lebih tepatnya aku pura-pura tidur dan mendengar ucapannya "Jova, aku janji kalau kita sudah besar kamu akan jadi pacarku" lalu aku merasa ada kecupan manis di dahi ku.*

Aku hanya menghela nafas, dan mengalihkan pandangan ku dari mereka berdua. Nyatanya sekalipun aku pernah menyukai seseorang selain dirinya, aku tetap menjaga hatiku untuknya. Mungkin kami memang tidak di takdirkan untuk bersama.

"Van"

"Vanka"

"Oy. Jovanka"

"JOVANKA"

Aku tersentak kaget lalu mengerjapkan mata pelan, dan beralih melihat teman-teman ku dan mengalihkan pandangan ke tempat Liam dan perempuan itu. Rupanya mereka juga melihat kearah meja ku dan teman-temanku, lalu aku melihat Liam sedikit kaget melihat ku. Aku buru-buru mengalihkan pandangan ku.

Teman-temanku semakin bingung apa yang terjadi denganku

"Lo kemapa sih Van? Kaya liat hantu aja" ucap Dinda salah satu temanku

"Gue gak apa apa kok" ucapku.

"Gak apa-apa tapi begong begitu" seru Mutia salah satu temanku juga.

"Hehehe iya maaf ya"

Lalu kami menyelesaikan makanan kami, dan pergi dari sini. Sebelum kami benar-benar keluar aku melirik ke arah tempat Liam, dan melihat Liam sedang tersenyum manis pada pacarnya. Hhh~

🍥

Hi. Kembali lagi nih sama saya. Saya ingatkan kembali jika cerita ini 50% true story 50% fiction.

Semoga suka ❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Can't Be Together Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang