10. putus

3.3K 344 2
                                    

author's POV


malem ini rumah Hilda sepi. cuma ada dua manusia di dalemnya. siapa lagi kalo bukan dia sama Jibran. orang tuanya pergi ada acara kantoran. Jibran tetap dateng ke rumahnya Hilda sesuai permintaannya Hilda sendiri.

seperti biasa perempuan itu menyambut kedatangan Jibran dengan girang. seperti sebelumnya gak ada permasalahan sama sekali.

"ayo masuk." Hilda buru buru menarik Jibran agar cepat masuk kedalam rumahnya. mereka duduk di sofa ruang keluarga. rumah Hilda bisa dibilang sangat besar untuk ukuran anak tunggal sepertinya.

"sayang maafin aku ya. aku bete banget tadi siang sama kamu." ujar Hilda sambil cemberut.

Jibran hanya menatap Hilda dengan raut muka datar. dia sedang berusaha memantapkan diri buat bilang unek-uneknya ke Hilda.

"Bran, kamu kok diem aja sih?" Hilda bertanya masih sambil bersandar pada Jibran.

hening.

Jibran belum menanggapi Hilda. setelah itu Hilda merubah posisinya jadi tegap lagi dan menatap pacarnya. Jibran yang ditatap juga membalas tatapan Hilda. tiba-tiba Hilda mendekatkan wajahnya. namun dengan gerakan cepat, Jibran menoleh untuk menghindar dari  wajah itu yang semakin dekat.

"gue mau ngomong serius sama lo." kata Jibran dingin.

Hilda kembali ke posisinya dengan perasaan kecewa. diam-diam dia tersenyum miring.

"mau minta putus lagi?" tanyanya pelan.

"hubungan ini udah gak kayak orang pacaran, Da. lo tau perasaan gue ke lo itu cuma sesaat. cuma gara gara gue bales budi ke lo waktu lo ngerawat gue pas sakit dan tentang perusahaan ayah gue. gue emang gegabah waktu itu ngajak pacaran lo. tapi maksud gue bukan gini." ujar Jibran panjang lebar

Hilda yang mendengar hal tersebut terkekeh, "lo yang mulai hubungan ini kan?"

"iya. gue tau brengsek banget gue. makanya sebelum semakin kejauhan mending kita sudahi."

"kenapa gak sekalian aja sih? biar lo bisa resmi jadi milik gue seutuhnya?" Hilda menatap Jibran dengan tatapan yang entah apa maksudnya.

Jibran memejamkan matanya sebentar, merasakan pening dikepalanya. "gak usah ngelakuin hal yang aneh-aneh, Da."

"lo gak ada hak bilang kayak gitu. ini semua gara-gara lo!"

Jibran mengusap rambutnya frustasi sambil menunduk. dia udah gak tau harus gimana supaya lepas dari Hilda.

"oke kita putus."

Jibran seketika menoleh menatap Hilda.

"tapi.."

"apa?" tanya Jibran cepat.

"jangan salahin gue kalau misal perusahaan ayah lo ada kejadian sesuatu atau--"

"gue bilang berhentiin semua ini Hilda! lo gak capek apa?"

"enggak! gue gak akan capek nyari cara biar lo jadi milik gue!"

Jibran menatap Hilda beberapa detik lalu mengalihkan pandangannya. dia tau, gak akan semudah itu buat lepas dari Hilda. dia tau dari awal, tapi dia tetap milih buat memulai waktu itu.


line!

Jibran ngambil hp yang barusan bunyi dari saku jaket denimnya.

Jesslyn😗
bro
dimana lo?
temenin gue nyari martabak yu

okey
otw

Trouble Maker [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang