Jangan lupa vommentnya yaa..Flash back on
"Ilaa, ayo kita main petak umpet.. " ajak anak laki-laki itu. Auriga Kahfi Halim.
"Iya ayo Iga, Ila mau kok main petak umpet terus siapa yang jadi? " tanya si anak perempuan yang sedang duduk di kursi taman. Lyra Ariestya. Ia selalu di panggil Ila oleh Auriga.
Dulu saat Auriga masih kecil ia tinggal dirumah neneknya di Bandung dan kebetulan bertetangga dengan Lyra. Dari Auriga masih berusia 3 tahun sampai 7 tahun ia dititipkan oleh orangtuanya karena bisnisnya yang ada di luar negeri.
Mereka berdua selalu bermain bersama. Karena Auriga lebih tua dibandingkan dengan Lyra, ia selalu berusaha menjadi pelindungnya. Auriga selalu membanggakan dirinya dengan sebutan ' Hero-nya Ila'. Baginya tak ada hal yang lebih penting daripada melindungi sahabat kecilnya."Ya udah Ila aja yang jadi, nanti iga yang ngumpet. oke" ujar Auriga.
"Oke. Ila hitung sampai tiga yah," ujar Lyra yang langsung menutup matanya dengan menghadap ke pohon.
"1..2..3, udah belom? "
"Iga udah belom"
Sudah 5 menit tetapi tak ada suara dari Auriga. Akhirnya Lyra pun mulai membuka mata dan melihat sekitarnya. Lyra berjalan menyusuri taman yang penuh dengan tempat bermain. Ia mencoba melihat di balik kursi. Tidak ada. Ia mencoba melihat di bawah perosotan juga tidak ada.
"Igaa kamu dimana? "
"Igaa, "
Lyra sudah mencari Auriga di sekitar taman. Sampai tak terasa matahari mulai terbenam. Ia hanya duduk termenung di bangku taman. Air matanya mulai menetes. Suaranya parau. Baru kali ini Auriga tidak ada di saat Lyra memanggilnya. Hujan pun turun dengan derasnya. Hijab dan bajunya pun sudah basah. Tapi ia tetap kekeuh untuk menunggu Auriga.
"Dek, " ujar seorang anak laki-laki. Dia Alif Octavianto. Kakak kandung Lyra. Menatap adiknya dengan tatapan iba. Alif juga membawakan payung untuk Lyra dan dirinya.
"Kak Alif ngapain disini? " tanya Lyra. Karena air hujan, Lyra tidak perlu khawatir kalau-kalau kakaknya melihat ia menangis.
"Seharusnya kakak yang tanya kamu ngapain disini sendirian?, bukannya kamu sama auriga tadi?, " tanya Alif. Walaupun dia kesal dengan Lyra karena membuat keluarga khawatir tapi ia mencoba sebisa mungkin untuk tetap bersikap lembut terhadap adiknya itu.
"Iga kak.. hiks.. Lyra mau nungguin Iga, "jawab Lyra dengan suara menahan tangis.
"Auriga udah pergi dek, dia udah pergi ninggalin kita, " jelas Alif dengan mata berkaca-kaca. Ia juga tidak suka perpisahan. Auriga sudah ia anggap sebagai adik sendiri dan sekarang ia juga kehilangan senyuman adiknya.
"Nggak mungkin kak. Tadi iga juga main sama Lyra. Kita main petak umpet bareng. Iga nggak mungkin ninggalin Lyraaa, " ujar Lyra dengan nada yang tinggi.
"Lyra, Auriga udah pergi. Dia mau ngelanjutin sekolahnya di luar negeri, dia udah berangkat tadi. Kamu harus ikhlasin dia Lyra. Dia pindah karena disuruh orang tuanya, ". Sebenarnya sulit bagi Alif untuk memberitahukan hal ini kepada Lyra. Lyra pasti sangat sedih mendengarnya.
"Tapi kenapa Iga nggak ngomong dulu sama Lyra kak. Kenapa Iga langsung pergi gitu aja. Iga bilang kita akan sama-sama terus sampai besar nanti. Kenapa Iga ninggalin Lyra kak. Kenapaa? ,". Tangis Lyra pun pecah. Ia sudah tidak bisa menahannya lagi.
Lyra langsung bangkit dari duduknya dan berlari secepat mungkin. Ia akan mencoba mencari Auriga sekali lagi. Panggilan dari Alif pun tak dihiraukanya. Baginya yang terpenting saat ini adalah bertemu dengan Auriga.
Saat Lyra menyeberang jalan tiba-tiba ada sebuah mobil yang melaju kencang. Dan..
Brakk
Tabrakkan pun tak terelakkan. Tubuh Lyra terpental jauh. Lyra merasa badannya sakit semua. Ia tidak tahu bagaimana keadaannya saat ini. Saat ia melihat kearah kak Alif yang sedang berlari ke arahnya dengan tergopoh-gopoh. Ia hanya ingin mengucapkan satu kalimat..
'Aku benci kamu Auriga', batin Lyra.
Lalu tiba-tiba semuanya berubah menjadi gelap.
Flash back off
Lyra pov.
Sejenak bayangan masa lalu menghantuiku. Aku teringat lagi akan kenangan pahit itu. Ah rasanya sulit sekali untuk melupakannya. Setelah tabrakkan itu terjadi, aku koma selama setahun. Dan setelah sadar yang kulihat pertama kali adalah wajah Abi yang tirus dan tubuh kurus Umi. Kata kak Alif, Umi dan Abi jarang makan karena mengurusku. Mereka selalu bersabar, berharap aku akan cepat sadar dan berkumpul kembali bersama mereka. Dan sekarang disaat aku sudah mulai melupakan penderitaan itu. Kenapa orang itu muncul lagi disaat luka ini belum mengering. Bagaikan tersiram air garam, hatiku semakin sakit saat mengingatnya.
Ya Allah redakanlah kekecewaanku terhadapnya. Aku tak ingin menyimpan kekecewaan di hatiku.
Aku harus tenang. Mungkin pergi ke masjid bisa menenangkan hati dan pikiranku. Aku pun bergegas ke masjid kampus. Tadi aku hanya sebentar saja di kantor untuk menyerahkan laporan kepada CEO. Jadi disinilah aku sekarang. Di masjid kampus yang agak ramai karena orang-orang yang mau menjalankan ibadah shalat dhuha.
Aku langsung meletakkan tas ranselku di depan masjid dan pergi ke tempat wudhu. Setelah itu aku berjalan masuk ke masjid untuk sholat.
Setelah selesai shalat aku langsung pergi menuju kelasku yang akan dimulai sepuluh menit lagi.
"Tyaa..," ada orang yang memanggilku. Lantas aku pun berbalik untuk mengetahui si pemilik suara. Dimanapun aku memang dipanggil Tya, karena aku tidak mengizinkan siapapun memanggilku Lyra. Hanya keluargaku saja. Aku tidak ingin mendengar orang yan tidak bisa bicara huruf 'r' memanggilku Lila, karena itu bisa membuatku mengingat masa lalu. Mulai saat itu aku memutuskan untuk mengubah nama panggilanku.
"Assalamualaikum, " ujarku dengan nada penuh sindiran.
"Waalaikumsalam. Hehe afwan yaa aku lupa, " katanya dengan watados. Ia adalah sahabatku sejak duduk di bangku kuliah. Maryam Auliya Fajrin. Kita kuliah di fakultas yang sama. Fakultas Ekonomi.
"Iya gpp lain kali jangan lupa yah. Ya udah yuk ke kelas bareng, " ajakku.
"Yuk, ".
"Lyra..," ada orang yang memanggilku Lyra.
Siapa?
***
Segini dulu ya buat part 2. Jangan lupa vommentya. Maaf kalo pendek. Nanti aku usahain bikin yang panjaaang bgt.
Salam..
Penulis amatir Mutiah 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
RomanceLoving before finding.. Please believe me i'll be loving you before i find you. Aku percaya kalau aku menempatkan harapan yang benar dengan mempercayai kedatanganmu yang telah Allah takdirkan untuk melengkapiku. Allah menciptakan manusia untuk ber...