Bukan kemauannya sendiri buat ada di pinggir atap sekolah sambil natap ke bawah dan ngeliat banyak sekali orang yang ngeliatin dia. Apalagi di usianya yang baru menginjak 18 tahun. Masa depannya masih terlalu panjang, bung.
—Min Yoongi, penderita depresi kelas berat.
Memang untuk sebagian orang, bunuh diri itu ngga ada gunanya. Tapi, untuk penderita depresi kelas berat seperti Yoongi, hal itu adalah satu-satunya jalan untuk keluar dari semua masalah yang dialaminya.
Sekarang, ia sudah bersiap untuk melompat ke bawah sana—untuk mengakhiri hidupnya.
"Lo tau? Daripada bunuh diri, mending lo nyari orang buat lo ajak berantem, Yoon." –Tapi aksinya digagalkan oleh suara yang berasal dari belakangnya.
Ia tau, itu pasti Jimin.
Park Jimin, si murid pindahan yang sangat nakal. Atau bisa juga disebut—berandal.
Yoongi membalikkan tubuhnya, melihat Jimin yang tengah berjalan mendekatinya dengan kedua tangannya yang dimasukkan ke dalam saku celana panjangnya.
"Lo ngapain disini? Gue ngga butuh nasehat lo. Anak berandal kaya lo tau apa sih tentang hidup gue?"
Jimin senyum, Cuma itu respon yang Jimin kasih ke Yoongi.
"Gue emang ngga tau gimana hidup lo, Yoon. Tapi, perlu lo tau, hidup Park Jimin lebih keras daripada hidup lo, Yoongi,"
Melihat Jimin yang makin mendekat, Yoongi berteriak, "Jangan mendekat! Atau gue bakal lompat!"
Lagkah Jimin diperbesar, semakin mendekati Yoongi, "Silahkan lompat. Gue ngga bakal ngelarang—"
Jujur, Yoongi sebenarnya takut sekali untuk bunuh diri. Hanya saja—ia sudah tidak kuat untuk melanjutkan hidupnya.
"—karena gue tau kalo lo sebenarnya takut untuk mati, right?"
Karena terkejut, Yoongi terjatuh terduduk dipinggiran atap. Bagaimana Jimin bisa mengetahui isi pikirannya?
Jimin duduk di samping Yoongi dengan kaki mereka yang menjuntai ke bawah. Ia mengeluarkan kedua tangannya yang sedari tadi berada di dalam saku celananya dan meraih tangan Yoongi yang meremat seragamnya sendiri, meraih keduanya dan dielus pelan. Ia tahu sekali bahwa Yoongi sedang ketakutan.
Yoongi mulai menangis, ia sangat ketakutan.
"Jimin, gue—takut. Gue harus gimana? Gue ngga tau lagi. Gue ngga kuat, Jim,"
Jimin menghapus air mata Yoongi, "Jangan nangis. Mana Yoongi yang biasanya selalu kuat untuk bolak-balik dari kantin menuju kelas maupun sebaliknya?"
Air mata Yoongisemakin mengalir deras, "Lo ngga ngerti, Jim. Gue lari-lari, bolak-balik darikantin ke kelas maupun sebaliknya itu karena mereka yang nyuruh. Lo kira, dipukulin sama mereka ngga sakit? Lo kira ngelawan mereka gampang? Hah?"
Salah satu tangan Jimin melepas genggamannya dan merengkuh tubuh bergetar Yoongi, "Lo ketakutan dan lo ngga pernah minta bantuan ke orang lain?"
Hening sejenak.
Setelah sedikit tenang, Yoongi mengangguk kecil, dan sedikit menggerakkan tubuhnya untuk mencari posisi nyaman dalam rengkuhan Jimin.
"Kenapa?" Tanya Jimin.
"Karena gue ngga mau ngebuat orang lain susah, Jimin,"
"Meskipun orang itu mau lo buat susah?" Tanya Jimin sambil natap puncak kepala Yoongi yang sedang ada di dalam rengkuhannya.
"Jangan bercanda. Ngga ada orang yang mau dibuat susah sama orang lain,"
"Gue ngga bercanda, Yoon. Apa yang udah mereka perbuat ke lo sampe lo mikir buat bunuh diri?"
"Mereka selalu minta gue buat beliin makanan pas jam istirahat. Dan kalo makanan yang mereka mau itu habis, gue harus beli ke luar sekolah dan harus balik ke sekolah dalam waktu tiga menit. Kalo ngga, gue bakal dikerjain habis-habisan," Jelas Yoongi yang masih berada di dalam rengkuhan Jimin.
"Termasuk dipukulin?" Tanya Jimin
Yoongi melepaskan tubuhnya dari rengkuhan Jimin dan kembali menunduk. Ternyata orang-orang sudah tidak berada di bawah.
"Iya. Termasuk pemukulan yang mereka lakuin ke gue. Bahkan ngga cuma karena makanan, kadang karena masalah tugas rumah yang ngga mau gue kasih liat ke mereka,"
Jimin masih menatap Yoongi, "Yoongi, lo manis, lo cantik, lo juga pinter. Kenapa mereka ngelakuin ini semua ke lo?"
Jujur, pipi Yoongi sudah bersemu merah sekarang.
Apakah Jimin baru saja mengatakan bahwa ia manis dan cantik? Apakah JImin baru saja memujinya? Seseorang tolong beritahu Yoongi bahwa semua itu benar.
Melihat Yoongi yang hanya diam, Jimin menyadari bahwa ada yang salah dengan ucapannya barusan.
"Ah, maaf. Gue salah ngomong ya? Tapi itu semua bener kok. Lo cantik, manis juga. Ah, atau jangan-jangan lo malu ya?" Ucap Jimin dengan nada menggoda.
Mendengar ucapan Jimin, Yoongi memukul lengan pemuda itu dengan ekspresi kesalnya, "Ish! Diem! Jangan bilang gue cantik! Malu tau!"
"Tuh kan! Gue bilang juga apa! Lo tuh malu. Udah ayo balik ke kelas. Mulai sekarang, gue bakal selalu di samping lo, Yoon. Lo ngga usah takut mereka ganggu lo lagi. Gue yang bakal ngadepin mereka kalo sampe lo digangguin sama mereka,"
"Lo bukan siapa-siapa gue, Jimin. Lo ngga perlu ngelakuin hal itu,"
"Gue pacar lo mulai sekarang dan gue ngga nerima penolakan dalam bentuk apapun dari lo,"
Yoongi terkejut, "Mana bisa kaya gitu?!"
"Oh tentu saja bisa! Mulai sekarang lo harus berubah, lawan mereka dan jangan takut karena gue bakal selalu ada buat lo. Gue bakal lawan mereka bareng lo, ya? Kita bisa lawan mereka, Yoon. Kita bisa,"
Yoongi senyum dan nganggukin kepalanya, "Iya, kita bisa, Jimin,"
Jimin bangkit berdiri, "Ayo kita balik ke kelas, udah cukup kamu bikin gempar satu sekolah,"
KAMU.
"Ng—ngga berani,"
"Kenapa?"
"Takut buat liat ke bawah, Jimin. Serem,"
"Tutup mata kamu, aku yang bakal narik kamu ke tengah rooftop,"
Yoongi menutup kedua matanya dengan kedua tangannya, "Udah,"
Jimin mendekat dan menarik Yoongi ke dalam gendongannya dalam sekali hentakan, lalu berlari menuju ke tengah rooftop.
"Buka mata kamu. Kita udah di tengah rooftop,"
Yoongi melepaskankedua tangannya yang sedang menutup matanya.
"Kok digendong? Katanya mau narik?"
"Iya kalo sadar narik. Kalo malah khilaf dan ngedorong kamu gimana? Masa aku jomblo lagi sih? Punya pacar aja belom genap dua puluh empat jam,"
"Ih! Yaudah turunin lah!"
Jimin menurunkan Yoongi dari gendongannya, "Iya-iya maaf. Jangan marah-marah dong. Aku kan takut jadinya,"
"Apaan sih? Kok dari tadi aku-kamuan mulu?"
"Ya masa udah pacaran masih lo-guean? Ngga lucu, Yoon,"
"Ah banyak omong kamu. Katanya mau ke kelas?"
Jimin masih mematung. Benarkah Yoonginya mengganti panggilan menjadi 'kamu'? Benarkah? Benarkah?
Yoongi sudah berada di tangga, bersiap untuk turun ke bawah dan tidak sengaja mendengar teriakan Jimin dari atas sana.
"YOONGI! KAMU BENERAN PAKE AKU-KAMUAN YA TADI?!"
"YOON, TUNGGUIN AKU TURUN DONG!"
Dan ditambah dengan suara berisik langkah kaki yang berasal dari tangga dan pelakunya yang tak lain dan tak bukan adalah Park Jimin, Kekasih Min Yoongi.
----------------------
Ini apa sih?😭
Iya tau ini ngga jelas:(
Btw, ada yang kangen sayaa?😂
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] Oneshot or Twoshot
Short StoryTop; tae, jimin, namjoon, hoseok Bot; kook, yoongi, jin. FREE REQUEST~! Start; 07/18 Finish; ?? ©mochijungs, 2018.