Chapter 4

66 4 2
                                    

😁

Amal sangat kesal sekali dengan apa yang dikatakan Bangkit dan Frandika. Walau perkataan mereka ada benarnya, tapi itu sangat memalukan untuk di ungkapkan.

Hari ini Amal pulang tidak dengan mobil Avanza putihnya itu, karena sedang diperbaiki dibengkel. Amal akan menelfon ibunya untuk menjemputnya, namun ponselnya lowbat.

Amal kemudian menunggu ada kendaraan umum lewat, tapi dari tadi sudah tidak ada taxi, minibus, atau angkot yang lewat. Disana juga tidak ada ojek sekalipun.

Karena waktu yang sudah mulai sore, Akhirnya Amal memutuskan untuk berjalan kaki, sambil berharap ada orang baik hati yang ia kenal menawarkan untuk mengantarkan nya pulang ke rumah.

Saat Amal sedang berjalan, tiba tiba sosok laki laki yang mengendarai motor CBR 150 warna merah lengkap dengan jaket boomber dan helm yang warnanya dominan merah, berhenti tepat di samping Amal.

Amal terkejut, dalam hatinya dia bisa menebak siapa sosok laki laki itu. Siapa lagi kalau bukan Adirta Harahap?.

Adirta kemudian membuka kaca helmnya.
"Naik" perintah Adirta.

"Hah? Naik apa?" tanya Amal kebingungan.

"Belakang" jawab Adirta.

"Gue?" ujar Amal yang dibalas Adirta dengan menaikan alisnya dengan muka biasa tanpa ekspresi.

Amal kemudian langsung naik di jok belakang.

Saat berada di sepanjang perjalanan, Amal dan Adirta hanya diam. Tak ada obrolan yang keluar dari mulut mereka. Adirta sibuk menyetir, sedangkan Amal sedang sibuk berfikir kenapa harus Adirta yang mengantarkan nya pulang.

Berada di jarak sekitar 3km dari sekolah, kemudian Adirta langsung membuka kaca jendelanya dan bertanya kepada Amal.
"Dimana" ucap Adirta.

"Apanya?" jawab Amal dengan sedikit rasa tanda tanya.

"Rumah" jawab Adirta.

"Rumahku?" tanya Amal kembali.

Adirta hanya membalas dengan mendengus pelan.

Amal mulai paham apa yang dimaksud Adirta tadi, yaitu sedang menanyakan rumah Amal. Amal memang pintar, tapi jika diajak ngobrol, dia paling telmi (telat mikir) hehehe.

"Rumahku ada di Jalan Rambutan rumah nomor 45, bercat warna abu-abu" ujar Amal. Adirta hanya diam seperti biasa.

Dasar tembok, susah ngajak ngomong! Untung gue masih banyak stok sabar. Gumam Amal dalam hati.

Sampai di depan rumah Amal.
Amal mulai turun dari motor Adirta. Adirta langsung membuka kaca helm nya dan menatap Amal sebentar dan kemudian menutupnya kembali, dan langsung menancap gas.

"Eh belum juga ngucapin terimakasih udah main ngilang ngilang aja" ujar Amal.

Setelah masum rumah, kemudian Amal mengganti pakaianya dan ia langsung merebahkan dirinya di atas kasur busa super big miliknya.

Diraihnya sebuah ponsel diatas nakas. Ia berniat mengucapkan terimakasih kepada Adirta yang tadi tertunda.

Adirta Harahap

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku Ingin HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang