12 Februari 2015
Gadis berusia 14 tahun itu bernama Rema
Ia berjalan seorang diri, menyusuri jalanan sepi dengan tangan kanannya sibuk menenteng sebuah kantung plastik putih
Ia sesekali merapatkan jaket abu-abu nya berusaha meminimalisir angin malam yang mencoba memerobos masuk, siap untuk menusuk kulitnya
Jalanan disekitar rumah Rema memanglah bukan jalan utama jadi bukanlah hal aneh bila jam masih menunjukkan pukul 7 malam sudah terasa hening dan sepi seperti tengah malam, yang ada hanyalah suara gemerisik daun yang tertiup angin malam yang menjadi teman Rema disepanjang jalan
Penerangan jalannya pun hanyalah bersumber dari beberapa lampu jalan yang dibuat setiap sepuluh meter dengan cahaya temaram
Tak sedikit juga diantaranya yang sudah tak berfungsi, apalagi jejeran pohon yang tumbuh lebat di sisi kanan dan kiri jalan menambah kesan suasana yang menakutkan
Sebenarnya ia terpaksa. Jika saja bukan karena persediaan makanan dan minuman yang biasa dibelinya sudah habis, Rema takut harus berjalan sendirian seperti ini
Sebenarnya itu adalah hal yang sepele namun tidak bagi Rema
Akibat serius dari makanannya yang habis ini yaitu otaknya akan kurang mampu menyerap buku pelajaran yang akan ia pelajari
Aneh, tapi itulah kebiasaannya
Menurutnya, belajar tanpa ditemani dengan camilan rasanya seperti orang Manado makan tanpa sambal. Hambar!
Jadi mau tidak mau Rema harus rela berjalan sendirian malam malam begini