#1

31 3 0
                                    

Dia manis, bagai madu. Terkadang ia juga mematikan, bagai bisa.

Hidup ku harusnya berjalan sebagaimana mestinya seorang hidup Jeon Jieun berjalan sampai pada hari dimana aku benar-benar merutuki keputusan ku kala itu.

•••

"Park Jimin! Kyaa Kim Taehyung!"

"Wah daebak!"

"Fighting Oppa!"

Aku dan Hana duduk diantara teriakan-teriakan gadis lainnya yang senang melihat idolanya. Sejujurnya, aku bukan tipe gadis yang rela menghabiskan tenaga hanya untuk berteriak. Hanya saja aku senang menatap wajah itu tersenyum sembari menari. Wajah milik seorang lelaki yang pernah menolong ku dulu sekali.

•••
Busan, Korea Selatan
[4 Juni 2012]

"Kau suka menangis ya?" Saat itu aku tengah terduduk lemas setelah hal buruk yang menimpa ku.

Aku mengerti bahwa tubuhku dan wajah ku tak serupawan mereka yang menertawai dan menjelekkan diriku. Aku juga tak berharap banyak disukai oleh orang-orang bermulut kejam seperti mereka.

Memangnya siapa yang akan suka pada gadis gendut cengeng seperti ku. Namun, anak laki-laki lusuh yang kala itu datang padaku merubah semua hal yang kupandangi buruk sekali pada awalnya.

Dengan matanya yang sedikit memerah, ia menatapku penuh tanya, dan mengusap air mataku dengan jari kecilnya. "Kau kelas berapa?"

Alih-alih menjawab, aku menepis tangannya dan mendorongnya pelan. "Kalau kau datang untuk mengejek ku seperti babi, tolong pergi sekarang. Aku lelah"

Ia tertawa, tapi ia seolah tak bisa bohong, bahwa harinya tak seceria tawanya. Aku menundukkan pandangan ku menatap aspal yang sudah mulai sedikit basah oleh bulir-bulir air hujan yang jatuh.

"Kau imut, aku ingin sekali punya adik yang pipinya seperti pipi mu. Bisa di cubit-cubit. Kalau rambut mu panjang sedikit saja lagi, kau akan tambah imut" Ucapnya mengelus rambut ku.

"Aku imut?" Tanya ku, dan ia mengangguk penuh antusias dan masih tersenyum menatapku.

"Sudah mau hujan, kau tak ingin pulang? Nanti kau bisa sakit dan merepotkan banyak orang termasuk aku"

Aku tidak mengerti perasaan yang muncul kala itu, rasanya tercampur aduk. Tanpa sadar, lekungan sedikit tampak diwajahku hingga anak laki-laki itu tertawa lagi.

"Nah karena kau sudah tersenyum dan kembali ceria, aku rasa aku bisa membiarkan mu pulang sekarang. Jangan duduk disini lagi sambil menangis ya?" Ia menjulurkan jari kelingkingnya padaku, dan aku membalasnya perlahan. Beberapa lama setelahnya ia memberikan ku sapu tangan dari saku nya. Sapu tangan itu memiliki rajutan tanda tangan seseorang. "Hapus air mata mu"

Aku sangat senang kurasa, hingga hari demi hari aku selalu menunggu anak laki-laki tu ditempat yang sama dengan membawa sapu tangan miliknya. Namun, aku rasa itu kali pertama dan terakhir aku melihat dirinya. Karena sejak saat itu, anak laki-laki berpakaian lusuh itu tak pernah lagi terlihat.

Bahkan ketika diriku sudah banyak berubah karenanya.

•••

"Jeon Jieun!" Hana menarik baju ku dengan kasar hingga aku tersentak sedikit saat memori itu menyeruak dan mengambil alih pikiranku. "Kau baru saja melewatkan bagian Jimin-ssi!"

"Sungguh?! Argh" aku menggerutu sendiri kemudian menatap Hana sungguh-sungguh, berharap gadis itu mengerti bahwa aku sudah muak berada diantara bisingnya gadis-gadis ini.

Namun Hana masih menatap segerombolan anak laki-laki yang tengah berlatih dance mereka dengan semangat hingga membuat beberapa diantara gadis-gadis ini terpesona melihatnya termasuk teman karib ku ini.

"Hana, aku sudah bosan. Tidak bisakah kita kembali ke kelas?"

"Jieun, kau harus membagi rasa suka mu sama rata terhadap semuanya. Jangan hanya pada Jimin-ssi mu itu" celotehnya dengan wajah di cemberut kan.

Tentu saja gadis itu tak tahu alasan mengenai kenapa aku yang tiba-tiba tertarik menonton hal seperti ini, itu dikarena kan seorang Park Jimin yang sangat dermawan dulunya.

Iya, si bocah laki-laki yang mengubah pola pikir ku kala itu. Orang yang tak pernah lagi kutemui sejak beberapa tahun silam.

Hana hanya mengerti alasan dibalik semua ini ialah aku yang senang dengan si kecil Park Jimin yang manis tanpa tahu cerita dibaliknya.

Tepat beberapa bulan lalu, gadis itu bercerita padaku bahwa akhirnya beberapa foto dari idola mereka ini sudah tersebar.

Menurut ku itu terdengar sangat menyeramkan. Itu berarti salah satu diantara mereka itu penguntit kan. Namun satu foto benar-benar membuat perasaan ku jumpalitan.

Diantara beberapa foto tersebut, ada wajah yang sangat ku kenali dan ku rindukan sekali. Wajah yang sudah lama tak terlihat oleh atensi ku. Wajah yang pemiliknya ku tunggu-tunggu kehadirannya kala itu ternyata tak sangat jauh dariku karena ia adalah kakak kelas ku di sekolah.

Ia adalah Park Jimin. Salah satu siswa paling populer disekolah yang pernah tidak ku sukai saat pertama kali masuk SMA.

•••

AUTOGRAPH [BTS FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang