Mau nangis ah.
Ga.
Yuk mari belajar menghargai orang lain, mari biasakan vote dulu sebelum membaca.
Happy reading~
"Kau mau kemana?" kejut Won Woo yang baru saja tiba di apartemen dan mendapatiku dengan pakaian rapih dan memindahkan tas besar ke atas koper merah muda yang akan kubawa.
Aku membereskan semua pakaianku.
Untuk pergi dari apartemen kami.
Aku sudah memutuskan secara matang. Aku akan mengatakan kepada keluargaku meskipun dibumbui kebohongan karena tak ingin membuat mereka khawatir lebih banyak lagi. Aku hanya bisa tersenyum pada Won Woo dan melambaikan tanganku mengisyaratkan dirinya untuk mengikutiku ke meja makan.
"Aku bertanya Choi Hye Jeong, kau mau kemana?" lagi ia bertanya setelah tak kunjung mendapatkan jawaban dariku.
Aku duduk di meja makan dan ia mengikutiku untuk duduk di sampingku. Ia sudah terlihat bingung sampai aku menggeser sebuah kertas yang tadi berada di hadapanku kini berada di hadapannya.
Dia mendengus mengejek kertas yang kuberikan, "Jangan bercanda. Kau benar-benar ingin bercerai?" tanyanya terdengar tak terima tapi lagi-lagi aku hanya bisa melontarkan senyumanku padanya. Tangannya yang berada di atas meja itu terkepal seakan menahan amarah, "Apa alasanmu?" lagi ia bertanya kepadaku.
Aku menggigit bibir bawahku sejenak, "Tidakkah semua sudah jelas?" kataku menggantung. Aku merubah posisi dudukku menyerong ke arahnya, "Kita memulai semuanya bukan dalam keadaan yang baik. Bukankah kita harus memperbaiki benang yang kusut ini?" lanjutku balik bertanya namun lagi-lagi terdengar menggantung.
Tertera jelas kerutan di dahinya betapa ia tak mengerti kemana arah pembicaraanku saat ini.
"Kembalilah kepadanya..." ujarku masih diiringi senyuman meskipun sebenarnya aku berusaha keras untuk menahan tangis dan rasa berat di dadaku bahkan hanya untuk bernafas. Aku mengeluarkan amplop coklat tebal dari tas tangan warna biru pastel yang ada di sebelahku dan menaruhnya tepat di hadapannya, "Ini, uang bulanan yang kau berikan padaku. Aku sudah tak menggunakannya sejak kita bertengkar." Kataku kembali mendekatkan amplop coklat itu kepadanya.
"Aku tak mengerti." Bingungnya mencerna semua ini bahkan pandangannya itu melihat kepada kertas dan amplop itu bergantian.
Dia benar-benar kebingungan.
"Sejak kita bertengkar. Aku merasa uang ini bukanlah hakku, maka dari itu aku mengembalikannya kepadamu." Jelasku lagi-lagi kerutan di dahinya lah yang menjelaskan keadaan yang tak mampu ia cerna di otaknya saat ini.
Tapi tak lama ia menghela nafasnya yang terdengar kasar itu, bahkan ia menggeser amplop itu kepadaku dengan sedikit kasar.
Ia marah.
"Aku bekerja untuk menghidupimu, uang itu adalah hakmu sebagai istriku."
Aku menggeleng pelan, "Tidak lagi..." jawabku sekilas tersenyum kepadanya meskipun senyuman ini entah terasa berat hanya untuk terpatri di bibirku. Aku mencium pipinya sekilas dan bangkit dari dudukku, "Tanda tangani itu. Aku akan membawanya lalu... sampai bertemu di persidangan..." kataku dengan tangan mengusap kepalanya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Pilot || Jeon Won Woo
Fanfic[Completed] Kata orang diluar sana kalau lelaki berprofesi sebagai pilot itu pasti memiliki hubungan khusus dengan pramugarinya. Dengan pekerjaan yang menuntut mereka untuk jarang pulang dan memiliki hasrat kebutuhan akan wanita membuat pilot memil...