Enjoy^^
"Hallo selamat pagi semuanya, semoga di pagi yang berbahagia ini kita bisa mensyukuri apa yang telah kita punya. Kita sebagai umat manusia diwajibkan untuk bersyukur dengan semua yang kita telah kita miliki karena kebanyakan orang lupa untuk bersyukur dengan apa yang telah mereka raih. Saya akhiri dulu siaran kali ini karena bel istirahat akan berbunyi, sampai jumpa minggu depan. Saya Agara, jangan lupa untuk tersenyum."
Suara berat seorang laki-laki berlesung pipi itu menggema di seluruh koridor sekolah, semua murid dengan tenang mendengarkan siarannya.
Agara bangkit dari kursi yang hampir setiap minggu ia duduki itu dengan senyum yang selalu tertera di wajahnya yang hitam manis. Ia berjalan melewati koridor yang senggang itu dengan nyanyian-nyanyian kecil.
Hei sayangku...
Hari ini aku syantik...
Syantik bagai bidadara...
Bidadara di hatimu...
Hei...
"Sayangku." Agara menoleh dengan wajah kaget sambil memegangi dada dengan kedua tangannya.
"Kaget gue anjir, kirain siapa!" serunya. Orang yang membalas nyanyiannya tadi tertawa.
Agara menggeplak kepala Satya membuat sang empu meringis kesakitan namun tak lama kembali tertawa. "Lagian, lo ngapain nyanyi-nyanyi sendirian, kek suara lo bagus aja."
"Bodo Sat bod," ucapnya.
Agara berjalan mendahului Satya yang berada di belakangnya. Kakinya melangkah menuju ke ruang kelas untuk mengambil sebuah naskah yang harus ia pelajari untuk materi minggu depan.
Agara berjalan santai menuju kantin dengan mata fokus membaca setiap lembaran-lembaran hingga tak sadar dirinya menabrak seorang perempuan.
BRUK!
Agatha meringis pelan sambil memegangi bahu kanannya lalu menatap Agara tajam sebentar dan berjalan lagi seolah yang baru saja menabraknya adalah angin.
"Agatha!" seru Agara, Agatha berhenti lalu menoleh ke belakang.
"Kenapa?" tanyanya. Suara datar yang keluar dari mulut Agatha membuat Agara menarik kedua sudut bibirnya.
Agara berjalan mendekati, "Buru-buru banget, mau kemana emang?" tanyanya memegang bahu Agatha.
"Jangan pegang."
Agara menatap Agatha horor, "Pegang apaan? Gue gak pegang apa-apaan," serunya.
Agatha menatap tangan Agara yang masih tertempel di bahunya, Agara mengikuti arah pandang Agatha lalu tersenyum jail.
"Pegang dikit masa gak boleh."
Agatha tersenyum sinis di balik maskernya lalu berkata, "Jangan sok kenal sama gue, Agar!" katanya sedikit menekankan. Agara tertawa pelan dengan posisi kedua tangan diangkat seolah menyerah.
"Jangan panggil Agar dong."
Agatha diam menunggu kelanjutan Agara.
"Panggil sayang aja," lanjutnya.
Agatha berlalu begitu saja, meninggalkan Agara yang tersenyum menatap Agatha yang berjalan menjauh dari pandangannya. Lalu tersenyum kecil.
"Agatha, kamu cuek aja aku suka." Agara berkata nyaring membuat sang empu menoleh sebentar lalu kembali berjalan meninggalkan dirinya dengan senyuman kecil di wajahnya.
"I will take care of you..."
***
Agatha berjalan cepat ke toilet lalu dia menatap cermin besar dihadapannya dengan teliti. Tangannya mengepal, dirinya melihat kesana-sini mencari apakah ada orang di sekitarnya. Dirasa tak ada orang ia membuka pelan masker yang terpasang sempurna di wajahnya lalu memejamkan matanya.
'Tenang Agatha, kamu bisa!' batinnya.
Setelah hampir lima belas menit di dalam toilet, Agatha keluar dengan wajah yang orang lain tak dapat mengira apa yang sedang dia pikirkan. Agatha melangkahkan kakinya ke kelasnya yang kebetulan sedang sepi karena jam istirahat. Mungkin sebentar lagi teman-teman kelasnya akan datang mengingat jam istirahat tinggal tersisa sekitar sepuluh menit.
Agatha duduk di bangkunya yang berada di pojokan kelas, membuka sebuah buku tebal yang akhir-akhir ini sering ia baca. Buku fiksi berwarna merah itu selalu ia bawa kemana-mana seperti sebuah teman.
Agatha membuka acak buku itu lalu matanya melotot sempurna ketika ada sebuah tulisan yang terbuat dari darah membuatnya hampir berteriak jika saja ia tak ingat situasi.
"You will die..." gumamnya dengan kedua tangan bergetar.
Pertanyaannya sekarang. Siapa yang membuka bukunya?
~TBC~
Pendek? Gaje? Gada feelnya? Aduuh maapin dd:"
Baru pertama kali bikin cerita campuran semi fantasy bikin puyeng seriusan deh gaboong. Pokoknya kudu vote dan komen ya gaes^^

KAMU SEDANG MEMBACA
Destino
Teen FictionAgatha seperti es, sifat dingin nan ketus yang menjadi ciri khas seorang Agatha membuatnya terkenal dengan julukan ratu es. Selalu datang paling akhir dan selalu pulang paling awal juga merupakan sosok misterius yang mampu membuat seseorang penasara...