Somehow

2.1K 228 41
                                    

Lee Taeyong — pemuda berusia 28 tahun yang kini tengah di desak kedua orang tuanya untuk diperkenalkan. Mereka lelah menunggu anak semata wayangnya yang masih saja melajang di usianya yang sudah terbilang mapan.

"Sampai kapan kau akan melajang terus wahai anakku. Lee Tiwai." Ujar ibu Taeyong dengan nada penuh penekanan.

"Sabar wahai ibu ratuku, Lee Sehun. Aku sedang berusaha mencari yang—"

"Kau berusaha mencari yang cantik seperti ibumu kan?" Tembak ayah Taeyong yang kini sudah tua dan rambut yang mulai di penuhi uban.

"Nah, that's right. Aku mencari seperti eomma. Yang pengertian dengan appa walaupun appa sedikit yah, eomma tahu maksudku." Canda Taeyong.

"Yak. Anak durhaka. Jangan sampai kau, aish ! Appa masukkan kembali ke perut eommamu eoh!" Balas Lee Chanyeol — ayahnya yang barusan ia katakan ubanan.

Sehun—selaku orang yang paling waras disini hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Ia ternyata baru sadar jika anaknya tidak menurunkan sifatnya sama sekali.

Atau memang ada sifat anaknya yang belum ia tunjukkan sama sekali.

Entahlah Sehun tak ingin ambil pusing dengan persoalan itu, persoalan yang lebih penting adalah ia hanya ingin anaknya segera menikah!

Ia sudah tak sabar untuk menggendong cucu-cucunya yang lucu dimasa tuanya.

Tidak ada yang tahu umur seseorang bukan?

Sehun hanya takut bahwa itu menjadi angan-angannya saja tanpa bisa teralisasikan, maka itu ia benar-benar memaksa untuk anak lelakinya segera menikah."

"Eomma tidak ingin tahu Yong, kau harus segera mencari seorang istri!" Titah sang ibu.

"Ya. Eomma, mencari istri tidak semudah aku mencari sebuah mobil. Aish." Taeyong mengerang akan titah ibunya yang tak bisa di ganggu gugat.

"Itu urusanmu. Eomma sudah lelah melihatmu tak terurus. Lihat dirimu nak. Kau bekerja pagi hingga pagi kembali. Makanmu tak teratur jika eomma tidak membawakanmu bekal, tidurmu pun juga jika eomma tak memarahimu. Padahal kau seorang dokter Lee Taeyong." Cercah sang ibu.

Semua yang dikatakan ibunya memang ada benarnya, ia pun merasakannya bahwa hidupnya sedikit—sangat tidak teratur.

Bukannya Taeyong tak tahu selama ini, ia sadar akan hal itu.
Cuman memang itu hal yang menyenangkan untuknya walaupun lelah.

Mungkin memang benar bahwa ia harus segera mencari seorang pendamping untuk mengurusnya, mengingatkannya, dan untuk saling berbagi mungkin (?)

Jujur saja Taeyong masih belum terpikirkan hingga saat ini.

"Sayang.. Sudahlah,- Tiwai sudah dewasa. Suatu saat ia pasti akan mendapatkan pendamping hidupnya." Ujar sang  ayah yang kini menjadi malaikat bagi Taeyong. Ayahnya memang akan menjadi penengah jika sudah seperti ini dan Taeyong bersyukur disaat keadaan darurat ayahnya memang paling bisa diandalkan.

Sehun dan Taeyong hanya bisa menghembuskan nafas kasar namun bersamaan.

Mungkin kali ini, Sehun harus meralat semua ucapannya.

Anaknya mewarisi sifatnya, "Keras Kepala dan Tidak Mau Mengalah".

"Baiklah. Jangan terlalu gila bekerja. Ini sudah malam. Sebaiknya kau tidur disini. Lagipula tidak ada pasien bukan?" Ibu Taeyong kembali berceloteh ria.

Secerewet apapun ibunya, ia tetap mencintai ibunya. Juga ayahnya.

"Tidak eomma, tapi sepertinya aku ingin berjalan-jalan sebentar di daerah sini." Taeyong hanya ingin menghirup udara segar sebelum ia benar-benar kelelahan.

Taedo Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang