(PROLOG)

16 5 0
                                    

Seorang anak kecil yang berusia tiga tahun menangis saat melihat Ibunya hendak mau pergi. Sekeras apapun ia menangis hal itu tidak akan mengubah keputusan sang ibu untuk pergi meninggalkannya.

" Ibu jangan pergi ", Ucap Jeevan sambil memeluk ibunya.

" Jeevan, ibu harus pergi ", Ucap Sandra dengan mengelus pipinya untuk menghapus air mata Jeevan.

" Kenapa Ibu harus pergi. Ibu tidak sayang lagi sama Jeevan. Ibu tidak cinta lagi sama Jeevan. Ibu jahat ", Ucap Jeevan dengan nada marah

" Bukan begitu Jeev... ", Perkataan Sandra belum selesai tapi Jeevan sudah berlari menjauhi dirinya.

Sandra hanya mampu melihat Jeevan dari kejauhan. Ia pun sebenarnya berat untuk meninggalkan putra - putranya yang masih usia dini. Namun bagaimana lagi ia harus pergi ke Luar Negeri untuk bekerja. Mencari uang untuk biaya kebutuhan putra putranya. Setelah sang suami tiada lagi di dunia ini, ialah yang harus menjadi tulang punggung untuk keluarga kecilnya itu. Hati Sandra sesak saat melihat betapa marahnya Jeevan terhadap dirinya. Rasa batin yang ia rasakan tidak mampu menahan air mata jatuh dari kelopak mata.

" Meime, Ibu tahu meskipun Ghibran dan Jeevan bukan adik kandungmu, Ibu mohon sekali kepadamu Nak, jaga baik - baik adikmu. bagaimana pun juga mereka berdua juga anak Ibu ", Ucap Sandra kepada meime penuh dengan permohonan.

" Kak Sandra ", Suara yang penuh dengan kelembutan memanggil namanya. tatapan matanya jatuh kearah adik bungsunya yang bernama Zainab.

" Kak apakah boleh Ghibran ikut bersamaku, agar meime tidak kerepotan mengurus putramu. Biar Ghibran bersamaku sedangkan Jeevan ikut Meime ", Usul Zainab.

" Apakah itu tidak akan merepotkanmu juga Zainab ", tanya balik untuk memastikan kehidupan putranya.

" Tidak, engkau tahu sendiri aku tidak punya anak laki - laki disini. siapa tahu dengan kehadiran Ghibran di keluargaku, anak yang aku kandungi ini bisa punya teman bermain nanti, begitu juga Sina dan Sania bisa punya teman baru untuk bermain ", Ucap Zainab.

Sandra pun tersenyum memberi tanda bahwa ia setuju dengan permintaan Zainab. Taksi yang sedari tadi menunggu, kini Sandra harus segera pergi agar tidak terlambat sampai di bandara. Taksi yang berwarna biru laut melaju dengan kecepatan normal. Disisi lain Jeevan masih menangis di dalam kamar. Ia tidak mau melihat Ibunya saat hendak pergi. Hatinya sangat terluka atas keputusan sang Ibu meninggalkan dirinya.

Sampai Detik TerakhirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang