🌻 Satu

67 10 10
                                    


Cerita ini aku dedikasikan buat soulmate gilaku semenjak kami duduk di bangku kuliah Nara_Line aku menyayangimu buk..thanks buat supportnya..lafyu 😍😍

Bismillah, Enjoy for reading 😊

🌻🌻🌻

Semilirnya angin sepoi-sepoi di bukit kecil yang tengah di pijakinya ini membuat siapapun ingin merebahkan kepala di hijaunya rerumputan. Gadis manis berkulit kuning langsat itu tengah menengadahkan wajahnya menghadap teriknya matahari. Betapa ia sangat menyukai kehangatan sang surya.

"Tiara" sapa seseorang di dekat telinganya.

Tiara menoleh pada si empunya suara. Levy Aditya Widjaya --Mataharinya, pangeran dunia nyatanya, segala-galanya bagi Tiara-- itu melingkarkan tangannya di pinggang mungil gadis manis itu.

"Kamu datang Dit?" Tiara mengulum senyum bahagia.

"Iya dong. Kan hari ini perayaan setahun kita pacaran." Aditya mengulum senyum bahagia. "Dan kenapa kamu pengen kita ketemuannya disini? Bukannya kita udah janji ya ngrayain di tempat kamu, Ra?" Tanya Aditya

Tiara mengelus pelan tangan Aditya yang melingkari perutnya. Merasa Tiara tak akan menjawab pertanyaannya, Aditya pun memilih diam memejamkan matanya menikmati angin sepoi-sepoi menerpa wajah mereka berdua.

"Adit"

"Hmm"

Tiara melepaskan pelukan Aditya di perutnya kemudian berbalik menyentuh pipi sang kekasih. "Kita gak bisa bareng-bareng lagi Dit. Aku harus tetap pergi."

Seketika Aditya membuka matanya. Di tatapnya mata teduh Tiara. "Pergi kemana?" Dahinya berkerut heran.

"Pergi ninggalin kamu"

"Kemana dan kenapa? Kasih aku satu alasan kenapa kamu tetep aja ngotot mau ninggalin aku?" Aditya melipat kedua tangannya di depan dada. Mata tajamnya memicing tidak suka dengan perbincangan ini.

"Ya pengen pergi aja Dit. Gak ada alasan khusus." Tiara mengedikkan bahu tak acuh.

Mendengar jawaban Tiara yang tidak beralasan membuat Aditya mendengus kasar. Tak ada lagi kemarahan yang bisa ia luapkan pada kekasihnya itu. Lelah. Bosan. Berkali-kali dirinya menolak, berkali-kali lipat pula usaha Tiara ingin putus darinya.

"Apa salahku?"

"Gak ada yang salah dari kamu." Jawab Tiara masih dengan senyum nya. "Kamu tampan, tinggi, kaya, baik dan lain sebagainya. Kamu benar-benar pria idaman wanita Dit. Aku selalu bertanya-tanya kenapa kamu tetep keukeuh milih sama aku? Kamu terlalu sempurna buat aku. Aku gak bisa ngimbangin kamu Dit. Berat bebanku kalau terus maksain bareng-bareng kamu. Ku mohon, mengertilah! Mari Kita putus saja. ya?"

Aditya memalingkan wajahnya. Tak mau melihat tatapan memelas Tiara.

"Nggak. Sekali enggak tetep enggak. Aku tidak butuh..." Belum sempat Adit melanjutkan perkataannya, jari telunjuk Tiara menempel di bibirnya.

"Dengerin dulu Dit, jangan di potong!"

Aditya mengangguk pelan. Tiara menurunkan jemarinya kemudian kedua tangannya berganti membelai dada bidang Aditya. Mencoba membujuknya selembut mungkin. Aditya bisa menangkap keengganan di mata kekasihnya itu.

"Tolong biarin aku pergi Dit. Tolong. Suatu hari nanti aku janji kamu akan tahu alasanku." Tiara tersenyum sedih melihat mata Aditya berkaca-kaca. Di kecupnya kening Aditya lama. "Aku mencintaimu. Always."

Tak ayal air mata aditya luruh juga. Sesak tiada tara ia rasakan di hatinya. Entah kenapa bibirnya kelu tak dapat di gerakkan. Untuk terbuka pun tak bisa. Rasanya ada lem yang membuat bibirnya menempel erat.

The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang