Airi menatap Aksa, sekarang dia bisa bernafas lega meski masih dengan bibir bergetar.
"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Aksa, terlihat jelas diraut wajahnya bahwa ia sangat khawatir pada Airi.
Airi menganggukkan kepala cepat, pertanda bahwa ia baik-baik saja. Merasa bahwa dirinya datang di waktu yang tepat, dan sepertinya Airi belum mendapat kekerasan dari para laki-laki itu, Aksa menatap mereka. Iya mereka, para laki-laki yang sepertinya bisa disebut preman.
"Mau sok-sokan jadi pahlawan?" Kata salah satu laki-laki, ia berperawakan berbadan kurus kering.
Aksa menatap tajam ke arahnya.
"Kenapa kalian mengganggu dia?" Tanya Aksa.
"Css.. karena dia mengganggu kami!" Jawab seorang lagi yang perawakannya besar dan tinggi.
Aksa menyeritkan dahi sembari berfikir langkah apa yang harus dilakukan olehnya. Apakah harus melawan mereka? Atau kabur saja?.
Gang ini tidak terlalu besar, namun tidak pula terlalu sempit. Cahaya yang hanya remang-remang, membuatnya merasa sedikit sesak napas. Karena lampu hanya ada dimasing-masing ujung gang ini.
Aksa berniat untuk berlari membawa mereka, Airi dan gadis itu, keluar dari gang ini. Sebab jika harus melawan para preman itu, ia rasa ia tak akan mampu.
Aksa berbisik pada Airi.
"Jika aku mulai dihajar oleh mereka, kamu lari bawa gadis ini mencari bantuan!".
Airi membelalakkan matanya, bagaimana bisa dia meninggalkan Aksa seorang diri ketika dia sedang di hajar oleh para preman itu?
"Tidak mungkin bisa, Aksa!! Aku tidak akan meninggalkanmu!". Jawab Airi dengan sedikit penekanan.
"Ai!!! Dengar perkataan ku! Dan lakukan!". Kata Aksa mantap.
Aksa melangkahkan kakinya lebih mendekatkan dirinya pada preman itu. Sedangkan Airi membantu si gadis untuk bisa berdiri dan lari dari tempat itu.
"Apa yang dia lakukan hingga menurut kalian itu mengganggu?" Kini Aksa mulai mengajak bicara preman itu sekaligus sebagai strategi agar mereka berpindah fokus pada Aksa.
"Dia mengganggu, ketika kami telah akan mendapatkan mangsa". Jawab salah satu dari mereka.
Tunggu? Mangsa? Apa?
Aksa melihat gadis kecil berbaju merah, yang warnanya kini sudah pudar dan sedikit robek, serta celana selutut yang sangat kumal."Mangsa? Apa yang kalian maksud adalah dia, si gadis berbaju merah itu?" Tanya Aksa kini.
Preman itu secara bersamaan melihat kearah si Gadis.
"Iya benar!" Jawab preman berbadan gemuk.
"Udah gak usah banyak bac*t! Kita hajar saja dia!" Tiba-tiba pria berbadan kurus mulai menyerang Aksa.
Dengan sigap Aksa mengelak dan sesekali menyerang. Airi melarikan diri kembali ke arah rumah Aksa sambil menarik gadis kecil tadi.
Berharap akan ada orang yang bisa dimintai bantuan. Namun perumahan di rumah Aksa sangat sepi. Dia memutuskan untuk berlari ke dalam rumah Aksa. Dengan harapan orang tua Aksa telah kembali.Airi telah sampai di rumah Aksa dan menyuruh gadis itu untuk duduk di ruang makan sambil Airi memberinya segelas air putih.
"Minum dulu!". Kata Airi pada gadia itu.
"Terima kasih". Kata si gadis.
"Siapa namamu?" Tanya Airi.
"Uli". Jawab gadis itu yang ternyata bernama Uli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dialah Aksa
RomanceTinggalkan kritik dan saran buat aku ya😆 Cerita ini karangan ku sendiri. Jika ada kesamaan dalam judul, nama, kata, tempat, suasana, jalan cerita, dll. Mohon maaf ya😊 Aku bukan ahli dalam kepenulisan, mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam...