Ku usap perutku yang mulai menyembul ini, usia kandunganku sudah 5 bulan, beginikah rasanya menjadi seorang Ibu? Aku merasa bangga bisa menjaga kehidupan lain yang hidup di rahimku, tapi akan lebih menyenangkan bila ada sosok laki- laki yang disebut suami mendampingiku.
"Maaf ya, Nak kamu nggak punya Ayah, Ayah kamu terlalu sulit digapai" lirihku sembari mengusap lembut perut buncitku.
"Tapi Bunda janji, Bunda akan menjadi sosok Ibu sekaligus Ayah yang hebat buat kamu" ucapku lagi dengan senyuman mengembang.
Jujur aku masih belum siap untuk memiliki anak di usiaku yang baru 21 tahun ini, tapi aku juga senang saat mengetahui ada kehidupan lain yang tumbuh di tubuhku walaupun aku sedikit shock.
"Udah makan?" tanya Bu Miran
"Udah" jawabku dengan senyuman seperti biasa.
"Susunya udah diminum?" tanyanya lagi
"Udah" jawabku lagi
"Kapan kamu mau cerita tentang Ayah bayi?" pertanyaan dari Bu Miran membuatku bergeming.
"Orang tua kamu udah percayain kamu ke Ibu, kamu tahu gimana menyesalnya Ibu karena gagal menjaga kamu? Gagal menjaga amanah dari orang tua kamu?" kata Bu Miran sarat akan rasa penyesalan seorang Ibu
"Tera, kamu udah Ibu anggap sebagai anak Ibu sendiri jadi jangan sungkan buat cerita ke Ibu ya, bilang siapa Ayah bayi yang kamu kandung?" desak Bu Miran yang membuatku menarik nafas panjang, haruskah aku cerita? Apakah Bu Miran akan percaya?
"Kalo Tera bilang Ayah dari bayi ini adalah laki- laki itu apa Bu Miran percaya?" kataku sembari menunjuk laki-laki yang menjadi cover majalah edisi minggu ini.
"Ibu akan percaya kalo kamu menceritakan detailnya" ucap Bu Miran lagi yang membuatku menceritakan kejadian waktu itu.
"Ayo Ibu anter kamu ke OH Company bayi ini harus ada yang bertanggung jawab" ujar Bu Miran menggebu
"Nggak Bu, kalau Tera kesana bukannya dia mau tanggung jawab tapi Tera malah di suruh gugurin bayi ini dan Tera nggak mau" jawabku dengan senyuman getir
"Kalo gitu ayo Ibu anterin kamu pulang, orang tua kamu harus tahu" ujar Bu Miran lagi kali ini dengan air mata
"Nggak Bu, Tera nggak mau ngecewain mereka lagi, Tera pasti akan ngasih tahu orang tua Tera tapi nggak sekarang, Tera belum siap" kataku kali ini sedikit bergetar
"Terus Ibu harus gimana? Ibu nggak bisa lihat kamu lebih menderita dari ini" tangis Bu Miran yang membuatku merasa bersalah karena telah menyayat hati seorang Ibu, Ibuku mungkin akan lebih terluka dari Bu Miran, jadi setelah bayi ini lahir mungkin aku akan mengatakannya agar beliau bisa memukulku dengan rotan.
"Cukup disamping Tera terus Bu, dan dukung Tera" ucapku sembari menggenggam tangan hangat Bu Miran.
"Kamu tahu betapa menyesalnya Ibu waktu kehilangan anak perempuan Ibu? Ibu merasa gagal menjaganya dan sekarang Ibu nggak mau gagal lagi" ucap Bu Miran bersungguh- sungguh yang membuatku menitikan air mata.
***
"Ini rumah apa kuburan sepi banget?" dengus Mamah Sehun disela menyantap makan malamnya
"Punya anak satu cowok kok nggak bisa ngasih cucu" sindir Mamah Sehun
"Hun, Mamah tahu kamu sering nyewa cewek buat main, dari pada ngehamburin uang buat hal nggak guna mending kamu nikah jadi nggak usah repot-repot nyewa cewek" kesal Mamah Sehun sedangkan yang diomeli hanya asik dengan makan malamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Married With Mr. Perfect (Beralih Ke Dreame)
FanfictionBerawal dari kesalahan akhirnya Mr. Perfect yang di gandrungi para kaum hawa menjadi suamiku