Menjadi anak rantau itu hebat apalagi jika kamu perempuan dan merupakan anak tunggal di keluargamu karena akan susah mendapatkan izin.
Contoh kasusnya adalah aku yang nekat kabur ke Ibu Kota setelah lulus SMA. Aku tidak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi karena minimnya biaya dari keluargaku, jalur beasiswa pun tidak sanggup ku gapai karena aku tak sepandai itu.
Dan bermodalkan nekat akhirnya akupun bekerja seadanya disini, salah satunya adalah menjadi cleaning service callingan sebuah hotel mewah berbintang 5, aku sudah melamar menjadi pegawai cleaning service tetap disini tapi ditolak karena katanya tidak menerima lowongan lagi, alhasil aku hanya dipanggil saat hotel sedang ramai-ramainya dan disaat mereka kuwalahan.
Contohnya sekarang ini, bulan ini adalah bulan liburan dan banyak pelancong yang melakukan reservasi di hotel ini, seperti yang diduga walaupun tempat ini sudah berbintang 5 dan banyak pegawainya mereka tetap kelabakan mengurusi para pengunjung yang membeludak.
Malam ini sangat banyak sekali pelanggan yang check in maupun check out, setiap ada pelanggan yang check out selang kemudian pasti ada pelanggan yang check in sehingga pembersihan kamar harus segera dilakukan dengan cepat, dan ini sudah kamar yang kesekian yang akan ku bersihkan.
Katanya kamar 609 ini adalah kamar terakhir yang akan kubersihkan karena pelanggan juga sudah mulai sepi mengingat ini sudah pukul 2 dini hari, untunglah kamar ini tidak terlalu berantakan sehingga aku hanya perlu merapikannya saja dan menyedot beberapa debu nakal, tak perlu waktu lama mungkin hanya memakan waktu 15 menit semuanya selesai, rencanaku setelah ini adalah pulang ke rumah kosku dan menghitung berapa uang yang ku hasilkan, mebayangkannya saja aku sudah sangat senang.
Baru saja kupegang knop pintu berniat untuk keluar tapi dari balik sana sudah ada yang memutarnya duluan sehingga membuatku harus memundurkan langkah juga dengan kereta dorongku yang mengangkut alat kebersihanku.
"Selamat datang Tuan selamat beristirahat, saya sudah membersihkan kamar yang anda pesan semoga anda merasa nyaman" ucapku seramah mungkin dan berniat untuk pergi tapi sang pelanggan malah berdiam diri di ambang pintu dengan sebotol alkoholnya, sepertinya dia mabuk.
"Permisi Tuan, bisa anda menepi sebentar saya harus membersihkan beberapa kamar lagi" ucapku lagi beralasan agar orang ini cepat memberiku jalan, perasaan ku tidak enak.
"Gue udah bayar lo mahal-mahal, jangan pikir lo bisa kabur" ucapnya yang membuatku bingung.
Kapan dia bayar gue?
"Maaf Tuan sepertinya ada kesalah pahaman disini, saya hanya pegawai kebersihan di hotel ini" terangku berharap orang mabuk ini mengerti.
Tapi harapanku pupus begitu laki-laki mabuk yang sayangnya tampan ini malah menutup pintu dan menarikku kearah ranjang.
Semua temanku selalu mengakui tenaga superku sebagai seorang perempuan entah itu teman SD, SMP maupun SMA, tapi percayalah sekuat kuatnya tenaga perempuan tetap tidak ada apa-apanya dengan tenaga laki-laki.
Aku sudah berusaha melepaskan diri dari kungkungan laki-laki mabuk ini yang tengah menciumi wajahku, tapi laki-laki ini malah dengan gampangnya mengikat kedua tanganku keatas menggunakan dasi yang tadi ia kenakan di lehernya.
Tak sampai disitu saja dia juga kini mencengkram rahangku agar aku membuka mulutku, mengingat dia yang datang membawa sebotol alkohol membuatku semakin panik, sepertinya dia ingin mencekokiku dengan minuman laknat itu.
Dan benar saja kini cairan coklat kekuningan itu mengalir lancar di tenggorokanku, sensasi pahit dan membakar tenggorokan itu membuatku langsung tak sadarkan diri mengingat toleransi alkoholku 0%.
***
Aku terbangun begitu mendapati ponselku berdering dan begitu aku mengangkatnya aku malah mendapati suara asing yang terdengar.
"Hun, sorry cewek yang gue pesenin buat lo gue pake, lo bisa tahankan?" suara dari sebrang sana
"Hah?" hanya tanggapan bodoh yang aku suarakan.
"Eh anjir ini bocah udah dapet toh, ngapain gue panik kalo gitu" kekeh orang disebrang sana
"Hah?" lagi- lagi hanya itu yang bisa kulakukan
"Hehe.. Sorry ganggu, selamat bersenang senang" ucap orang dari sebrang sana sebelum akhirnya menutup sambungan.
Setelah menutup panggilan itu aku masih bingung dengan keadaanku, kepalaku sangat pusing tenggorokanku terasa sangat kering dan badanku juga sangat pegal, dan juga ternyata ponsel yang tengah ku genggam ini ternyata bukan milikku.
Perasaanku menjadi tidak enak mengingat mimpi burukku tadi malam, di mimpiku aku hampir di perkosa dan aku di cekoki minuman beralkohol, aku hanya bisa bergidik ngeri mengingatnya.
Baru saja aku hendak bangun tapi aku menyadari sesuatu, kenapa kamar kosku sebagus ini?
Tubuhku menegang begitu mendapati pakaianku tercecer dilantai, aku ingin tidak memercayainya tapi kondisi tubuhku kini telanjang, semuanya semakin jelas dan menakutkan begitu tangan kekar melingkar dengan nyamannya di pinggangku.
Pikiran ku melayang, jadi ternyata ingatanku itu bukanlah mimpi tapi kenyataan? dan sekarang si pelaku malah dengan asyiknya tidur dan mengeratkan pelukannya ke tubuhku.
Kusingkirkan lengan kokoh dengan otot bisep yang menggiurkan itu dengan perlahan, aku ingin kabur diam- diam, inginku terisak tapi ini bukan waktu yang tepat.
Kupakai pakaian lengkapku di kamar mandi, sedikit susah memang mengingat betapa sakitnya organ intimku karena ini pengalaman pertamaku, aku juga mendapati pergelangan tanganku yang sedikit membiru, aku sempat bingung kenapa tapi setelah mengingat bagaimana kencangnya laki-laki itu mengikat tanganku dengan dasinya membuatku tersenyum kecut.
Aku keluar dari kamar mandi dan laki-laki itu masih terlelap dengan nyamannya, air mataku menetes, aku bahkan tidak mengenal laki-laki ini tapi aku harus kehilangan keistimewaanku karena dia.
Aku berjalan kearah celana milik laki- laki itu yang tergeletak dilantai dan mengambil dompetnya. Tidak, aku tidak sebejat itu yang akan merampoknya, aku hanya ingin tahu identitas laki-laki ini.
Batinku mencelos begitu mengetahui ternyata laki-laki ini adalah Oh Sehun pemilik hotel ini, niatku yang ingin meminta pertanggung jawaban darinya pun menguap begitu saja, dia terlalu jauh untuk di raih.
Aku menghela nafas berat, sudah 3 tahun aku tidak pulang dan hanya mengirim uang kepada orang tua ku, haruskah aku menelpon Ibuku sekarang dan menyuruhnya mencoret namaku dari kartu keluarga, karena jika mereka tahu keadaanku sekarang pun mereka juga akan melakukan hal yang sama.
Aku keluar dari kamar hotel 609 itu dengan keadaan kacau, aku juga berpapasan dengan mbak Irene yang juga bekerja sebagai pegawai kebersihan disini tapi sayangnya dia pegawai tetap disini.
"Kamu semalem kemana? Mau di bayar kok ngilang?" tanya Mbak Irene yang ku diami, pikiranku masih kacau
"Kamu semalem nggak pulang?" tanyanya lagi begitu menyadari pakaian yang kupakai masih sama dengan semalam.
"Mbak bayarannya kirim ke rekening aku aja ya" ucapku dan berlalu pergi begitu saja.
Jarak kosanku dan hotel ini bisa dibilang dekat jika menaiki kendaraan, kalau untuk jalan kaki itu beda cerita, tapi entahlah pikiranku terlalu kacau untuk saat ini, pandanganku kini hanya terfokus kearah apotek yang baru saja dibuka, tanpa pikir panjang aku pun melangkahkan kaki kesana.
"Selamat datang, mau beli obat apa mbak?" sapa ramah penjaga apotek tersebut
"Mbak ada pil kontrasepsi?"
******************************
Selamat datang ^^ selamat membaca^^
Terima kasih telah membaca karya saya^^
Mohon maaf bila ada salah yang kurang berkenan di hati^^
Kritik dan saran bisa anda layangkan di kolom komentar^^Terima kasih sudah membaca 🤗
Jangan lupa vote ⭐️ dan komennya 🗨
❤❤❤❤❤❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
I Married With Mr. Perfect (Beralih Ke Dreame)
FanficBerawal dari kesalahan akhirnya Mr. Perfect yang di gandrungi para kaum hawa menjadi suamiku