28 : Dia sendiri

816 62 7
                                    

Mungkin agak aneh bagimu melihat orang berjalan dalam kesendiriannya, duduk di kelas dalam kesendiriannya, dan seperti agak menjauh mungkin(?). 

Ya, ia jarang berbicara. Berbicara hanya sebutuhnya saja. Ia tampak tenang, seolah tanpa masalah, namun siapa yang tahu di balik bola matanya ia menyimpan masalah yang begitu besar?  Siapa yang tahu di dalam dadanya terasa begitu berat dan menahan sesak yang luar biasa?

Tak ada yang tahu, hanya dirinya dan penciptanya yang tahu. 

Sementara kamu? Ya, kamu bersama kelompok teman-temanmu membicarakannya, menghujatnya, mengatakannya yang tidak-tidak. Kamu menertawakannya, kamu menatapnya sebelah mata seolah-olah ia hanyalah makhluk lemah yang menerima begitu saja apabila disakiti. 

Kamu menganggapnya sebagai orang kurang pergaulan, kamu menganggapnya mempunyai selera yang aneh, dan parahnya kamu menganggapnya yah... dia memang tidak pantas mempunyai seorang teman? Bagaimana bisa ia mempunyai seorang teman sementara dirinya seperti itu? 

Ya mungkin itu pikiranmu.

Dan kamu tahu? Di balik ucapanmu, di balik tatapanmu, ia tertawa miris. Tanpa kamu sadari kamulah yang lemah, kamu merasa hebat ketika hanya bersama teman-teman, kamu bisa berbicara, kamu bisa merendahkan orang-orang karena ketika kamu hanya bersama sekelompok teman-temanmu. 

Kutekankan lagi, teman-temanmu. 

Dan ia? Ya, seiring tumbuhnya ucapan miringmu mungkin ia akan merasa sakit tapi tapi tanpa kamu ketahui ia bisa menjadi jauh lebih kuat dari dugaanmu. Hanya saja yang ada di pikirannya saat itu adalah yah... biarkanlah saja dulu, waktu akan terus berputar, begitu juga dengan manusia mereka seperti waktu, begitu cepat berubah. 

Benar ucapanku, waktu terus berlalu. Teman-temanmu menghilang satu persatu. Disaat itulah kamu merasa berada di titik rendahmu, kamu merasa seperti seseorang yang pernah kamu lihat di masa itu. 

Kamu merasa sendiri, mungkin awalnya kamu berpikir dengan berada di lingkungan baru, kamu menemukan banyak teman baru, dan sayangnya teman-teman yang kau anggap baik itu malah memanfaatkanmu, memanfaatkan kebaikanmu demi keuntungannya semata. 

Bahkan yang lebih parah ada yang memberimu harapan begitu besar. Membawanya dengan embel-embel sahabat. Kamu yang merasa sepi itu tentu saja senang, kamu merasa hidup kembali. Namun siapa disangka? Hanya dalam waktu beberapa hari ia meninggalkanmu, kembali bersama kelompoknya, lalu memandangmu dengan yah... kubilang lagi, sebelah mata.  

Kamu tertawa miris, sakit? Ya, sakit. Mungkin itulah yang pernah dirasakan seseorang di masa lalu itu. Berharap? Dikecewakan. Didekati? Hanya untuk dimanfaati. 

Melalui rasa sakitmu, kamu memilih menutup diri. Kamu membiarkan dirimu seorang diri, dan berusaha mungkin untuk tidak peduli dengan tatapan bahkan ucapan-ucapan miring orang lain. Mungkin disaat itu kamu akan berpikir, 

Tak ada orang baik, bahkan tak ada orang yang pantas dipercayai lagi. Dan karena perasaan itulah kamu tumbuh menjadi mandiri, kamu berusaha mungkin mencari cara bagaimana untuk hidup tanpa bergantung dengan orang lain. 

Karena yang kutahu...

Bergantung dengan manusia adalah hal yang paling menyakitkan.  

QUOTES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang